Dinda masih saja menangis mendapati tubuhnya yang polos seperti bayi baru lahir, berbeda dengan Farrel yang terdiam memandang ekspresi ketakutan pada wajah Dinda.
Tangannya meraih tubuh Dinda dan membenamkan di dadanya, sekuat tenaga Dinda mendorong tubuh Farrel tapi tak berhasil, tubuhnya masih terlalu lemas, apalagi tubuh bagian bawahnya terasa sangat nyeri dan perih.
"Ka..kamu siapa?" tanya Dinda terbata-bata dan masih dalam pelukan Farrel.
Farrel melepaskan pelukannya, dan menangkup wajah Dinda dengan kedua tangannya.
"Jangan takut, aku akan menikahimu" ucap Farrel seakan tanpa beban mengucapkan itu, padahal sebelumnya dia anti dengan kata-kata menikah.
Tapi setelah bertemu dengan Dinda dia merasa ada yang aneh dalam dirinya, tubuh dan mulutnya tergerak begitu saja tanpa berfikir panjang.
Dinda menangis meratapi nasibnya, baru saja dia diputuskan kekasihnya dan sekarang mendapati keperawanan diambil orang yang tidak dia kenal.
Dinda menangis meraung-raung, Farrel binggung harus berbuat apa, dia sadar telah salah mengambil mahkota gadis yang sedang tak berdaya.
Perlahan dia mendekati Dinda, tapi Dinda malah beringsut menjauh darinya, Dinda masih ketakutan, walaupun pria di depannya itu sangat tampan tapi dia tidak mengenalnya dan begitu tega mengabil mahkotanya saat dia sedang tidak sadarkan diri.
"Hey, aku bilang akan menikahimu, berhenti ketakutan seperti itu" nada bicara Farrel mulai meninggi menunjukkan sifat aslinya.
Dinda duduk meringkuk dengan menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya disela-sela lutut sambil terus menangis, Farrel sudah kehabisan akal membujuknya untuk diam.
Akhirnya Farrel mendekat dan mengangkat tubuh polos Dinda ala bridal style dan masuk ke dalam kamar mandi, Dinda yang tak kuasa untuk bergerak karena bagian bawah tubuhnya masih sangat nyeri dan perih.
Farrel mendudukkan tubuh Dinda di Bathub.
"Mandi sendiri apa perlu aku mandiin" sarkas Farrel.
"Mandi sendiri" jawab Dinda dengan takut, karena pria di depannya itu bersikap sangat dingin dan menakutkan.
Farrel keluar dari kamar mandi dan membiarkan Dinda mandi sendiri, dia mengambil piyama tidur dan kemudian mengenakannya, setelah itu Farrel keluar dari kamar dan menemui Alvin asistennya.
"Vin, siapkan kontrak pernikahan lima tahun untuk aku dan gadis semalam" ucap Farrel.
Alvin yang tadinya minum kopi langsung menyemburkan kopi itu dari mulutnya.
"Appaa??, saya gak salah dengar tuan?" tanya Alvin.
"Diam dan jangan banyak bertanya, siapkan segera, dan ingat siapkan juga pernikahan lusa" jelas Farrel.
Alvin hanya bisa tercengang disofa, bagaimana mungkin tuannya yang anti dengan pernikahan tiba-tiba menyuruhnya menyiapkan pernikahan dalam dua hari, apalagi dengan gadis yang baru saja dia temui.
"Gadis yang sangat hebat, bisa membuat tuan Farrelino Anderson bersedia menikahinya walaupun hanya pernikahan kontrak" gumam Alvin.
Farrel kembali ke kamarnya dan melihat Dinda sudah rapi menggunakan dres selutut miliknya, kopernya ternyata juga ada di kamar itu, membuat Dinda sedikit tenang.
Farrel menatap Dinda dari atas sampai bawah.
"Lumayan cantik" gumamnya.
Dinda merasa risih, Farrel terus saja memandangnya, akhirnya dia memberanikan diri bertanya kepada Farrel.
"Kamu siapa, kenapa tega melakukan itu padaku?" tanya Dinda.
"Kamu bisa panggil aku Farrel, aku menemukanmu pingsan dipinggir jalan" jawab Farrel.
"Tapi kenapa kamu memperkosa aku?" lirih Dinda sambil kembali meneteskan airmata.
Seorang Farrel bisa luluh karena airmata Dinda, tangannya tiba-tiba bergerak dan menghapus airmata Dinda dipipinya.
"Namamu siapa?" tanya Farrel lirih sambil menghapus airmata Dinda.
"Dinda.." jawab Dinda pelan.
Sosok Farrel yang dingin dan kejam bisa sangat lembek di depan seorang Dinda, sungguh pemandangan yang perlu di abadikan dalam sejarah.
"Siapkan dirimu, kita menikah lusa" ucap Farrel.
"Apa??, menikah"
"Ya, menikah tapi diatas kontrak, kita akan menikah selama 5 tahun, setelah itu kamu bebas, dan tidak lupa selama kamu menjadi nyonya Anderson semua kebutuhanmu akan tercukupi" jelas Farrel.
"Tapi aku gak butuh uangmu" jawab Dinda.
Farrel mengernyitkan dahinya,bagaimana wanita itu tidak suka uangnya, padahal selama ini banyak wanita yang mengejar dirinya untuk mendapatkan berbagai fasilitas dan uang yang melimpah.
"Aku tidak perduli, kita tetap akan menikah dua hari lagi"tandas Farrel dengan suara yang kembali meninggi membuat Dinda ketakutan seketika.
Farel berjalan menuju ke kemar mandi dan membersihkan dirinya, Dinda duduk dipinggir ranjang dan tak ada niat untuk kabur karena badannya masih sangat lemas, apalagi pria yang mengambil mahkotanya bersedia menikahinya walaupun hanya pernikahan kontrak.
Farrel keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk melilit di pinggangnya, Dinda kesusahan menelan salivanya, baru kali ini dia benar-benar menatap Farrel.
Pria tampan jauh 10 kali lipat lebih tampan dari Andro, wajahnya yang tegas, alis tebal, hidung yang mancung dan satu lagi, mata itu benar-benar indah, berwarna biru, degup jantung Dinda berdetak lebih kencang seperti genderang perang kalau kata mas Ahmad dani.
Farrel membiarkan Dinda menatapnya dan seolah dia tidak melihat, bagaimana bisa Dinda menolak pria setampan itu, apalagi Andro sudah mencampakkannya begitu saja seperti sampah.
Setelah rapi menggunakan pakaian santainya Farrel mengajak Dinda turun, dan makan siang, sarapan pagi sudah mereka lewatkan karena terlelap tidur setelah sesi percintaan panas mereka.
Alvin melihat tuannya dan gadis yang dia tolong kemarin menuruni tangga, dia menelan salivanya, memang sangat cocok, Dinda juga kelihatan sangat cantik, cocok sekali berdampingan dengan Farrel.
Farrel mengajak Dinda ke meja makan, ada 3 ART yang melayani mereka.
"Selamat siang tuan, selamat siang nona" sapa para ART.
"Siang " jawab Dinda pelan.
Para ART itu melayani Farrel dan Dinda makan siang, ada beberapa menu di meja makan itu dan semuanya seakan asing di mata Dinda.
"Kenapa gak makan?" tanya Farrel.
"Aku..aku gak biasa makan makanan seperti ini, boleh aku minta telur ceplok sama nasi saja" jawab Dinda.
Farrel tertawa dan hampir saja menyemburkan makanan dimulutnya.
"Jangan tertawa, aku memang gak biasa makan makanan seperti ini" ucap Dinda kesal.
"Baik..baiklah minta sesukamu, mereka akan menyiapkannya untukmu" kekeh Farrel.
Dinda memanggil salah satu Art dan memintanya membuatkan dua telur ceplok untuknya, sejenak Art itu terdiam kemudian mengagguk mengiyakan permintaan Dinda.
Tak butuh waktu lama Dinda sudah mendapatkan telur pesanannya, Dinda mengambil nasi dan mulai makan dengan telur ceplok, Dinda sangat lapar karena dan makan dengan lahap, Farrel menatap Dinda dengan senyum manisnya, Alvin memandang dari kejauhan ikut tersenyum.
Dia mulai menginggat-ingat kapan terakhir tuannya itu tersenyum manis seperti itu, gadis kecil itu mampu membuat senyum Farrel kembali mengembang setelah bertahun-tahun.
Setelah selesai makan Farel menyerahkan Black cardnya pada Dinda, Dinda terdiam, dia kaget kenapa tiba-tiba pria yang baru dia kenal menyerahkan Black card miliknya, setau Dinda Black card itu mempunyai limit yang tak terbatas, dan hanya orang yang benar-benar kaya yang memilikinya, bahkan Andro pun tidak memilikinya.
Sultan mah bebas yaa gaess....😂😅.
♡♡♡
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Arie Chrisdiana
Dinda dicampakkan sm Andro mlh dpt yg lbh sultan 😁😁😁😁
2023-09-03
0
Rahma Inayah
hdp dinda akan berubh 180 ⁰c 🤭🤭🤭sultan ma bebas ...
2023-08-02
0
Wahyu Hastuti
Lebih baik sma Babang Farel,lebih segala2nya💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓
2021-06-13
1