Tuan Wijaya dan Andara duduk di sofa, Andro juga mulai duduk di samping mamanya.Terlihat tuan Wijaya menghela nafas panjang sebelum mulai berbicara.
"Andro, apa kamu mencintai kekasihmu yang sekarang?" tanya tuan Wijaya lirih.
Andro hanya menggangguk pelan, tuan Wijaya kembali menghela nafasnya, sedang Andara masih duduk terdiam menunggu suaminya bicara.
"Lalu bagaimana jika kamu harus memilih antara keluarga ini dan kekasihmu?" tanya tuan Wijaya.
Duar...bagai di sambar ribuan petir kini Andro memandang papanya dengan tatapan nanar.
"Maksud papa apa?" lirih Andro.
"Ada yang harus kamu ketahui nak, beberapa proyek yang papa tangani sedang membutuhkan investor, papa juga tidak punya pilihan lain selain melanjutkan proyek, kalau papa putus di tengah jalan maka perusahaan kita akan terancam bangkrut" jelas tuan Wijaya.
"Terus apa hubungannya dengan hubungan Andro pah?" tanya Andro.
"Baru saja tuan Caesar menghubungi papa lewat pesan tak lama setelah mereka meninggalkan rumah ini, beliau bersedia mengucurkan nada buat proyek papa asal kamu bersedia menikahi putrinya" jawab tuan Wijaya.
"Apaa???"
Andro benar-benar kaget, kenapa dirinya di jadikan barang pertukaran, bukankah tadi baru pertama kali dia bertemu dengan putri tuan Caesar, dan sekarang dia memintanya untuk menikah dengannya.
Wajah Andro tertunduk lemas, jari tangannya mengepal mencoba meredam emosinya.
"Sayang, apakah kamu tega melihat perusahaan papamu bangkut, bagaimana dengan kehidupan kita nanti, Calissa juga kelihatannya gadis yang baik, cantik pula" bujuk Andara.
Andro masih terdiam dan hanya menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak sanggup meninggalkan Dinda, baru saja dia mendapatkan kebahagiaannya dan sekarang harus melepaskannya, Andro seakan tidak sanggup.
"Nak, papa tau semuai ini kesalahan papa, karena kurang matang perhitungan papa menjadikan perusahaan kita menjadi seperti ini, hanya kamu satu-satunya harapan kami" tutur tuan Wijaya pelan.
"Tolong beri Andro waktu pah, Andro tidak bisa berfikir sekarang" pinta Andro.
"Baiklah nak, besok papa tunggu keputusanmu, dan papa harap kamu tidak pernah mengecewakan papa dan mama" ucap tuan Wijaya.
Andro berdiri dam berjalan gontai keluar dari rumah keluarganya, tubuhnya seakan tidak bertenaga, kakinya mendadak melemas, tapi dia tetap mencoba untuk kuat.
Sampai di dalam mobil Andro diam sesaat, mencoba untuk menangkan dirinya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumamnya.
Setelah beberapa menit dia mulai menyalakan mobilnya dan melaju meninggalkan rumah orangtuanya.
Dua puluh lima menit kemudian Andro telah sampai di basemant Apartmentnya, memarkirkan mobil dan berjalan menuju lift.
Setelah pintu lift terbuka Andro mulai menghela nafas panjang,berusaha menormalkan dirinya supaya Dinda tidak curiga.
Perlahan dia membuka pintu Apartmentnya, Andro melangkah perlahan dan berniat langsung masuk ke kamarnya, sampai ada suara yang memanggil namanya membuat langkahnya terhenti.
"Andro, baru pulang?, gimana makan malamnya?" tanya Dinda yang sengaja menunggu dia di ruang tamu.
"Lancar kok, tadi ngobrol banyak sampai lupa waktu" alasan Andro.
"Ohh,"
"Kamu kenapa belum tidur sayang?" tanya Andro.
"Belum ngantuk, sengaja nungguin kamu" ucap Dinda sambil bergelayut manja di tangan Andro.
Andro memejamkan matanya, mencoba mengatur nafas yang seakan mencekat.
"Ayo kita tidur, sudah malam" ajak Andro.
Mereka berjalan menuju ke kamar dengan Dinda yang masih bergelayut manja di lengan Andro.
Andro menatap Dinda yang sekarang sedang terlelap dalam pelukannya, airmatanya mulai mengalir membasahi pipinya, sungguh ini merupakan pilihan yang sulit baginya.
Selama ini Andro adalah anak kebanggaan keluarganya, selalu menuruti dan tidak pernah membantah orangtuanya, tapi sekarang dia di hadapkan pada situasi yang harus memilih salah satu di antara keluarga dan kekasihnya.
Besok adalah janji Andro pada orangtuanya untuk memberikan jawabannya, kepala Andro semakin pusing seoalah mau meledak, dia benar- benar sadar tidak bisa memilih salah satu.
Sinar mentari pagi mulai menyeruak di sela-sela tirai jendela kamar Andro, mata Dinda perlahan mulai terbuka, mengerjap sesaat menyesuaikan dengan cahaya, senyum manisnya mengembang saat menatap Andro yang masih terlelap dengan memeluknya.
Perlahan Dinda mencoba melepaskan tubuhnya dari pelukan Andro tapi gagal karena Andro semakin mengeratkan pelukannya.
"Lima menit lagi sayang" ucap Andro dengan mata masih terpejam.
Dinda tersenyum kemudian kembali membenamkan kepalanya di dada Andro, lima menit kemudian Andro melepaskan pelukannya dan membiarkan Dinda beranjak dari ranjang.
Dinda menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan buat Andro, kali ini dia akan membuatkan Andro nasi goreng untuk sarapan.
Tiga puluh menit dia berkutat di dapur menyiapkan nasi goreng.
"Perfect" gumamnya saat nasi goreng sudah tersedia di meja makan.
Dinda beranjak dari dapur dan masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya, menatap Andro sekilas yang masih terlelap di ranjang.
Setelah selesai mandi, Dinda membangunkan Andro.
"Andro, mandi dulu gih, dah siang lho nanti terlambat" ucap Dinda sambil mengelus pelan wajah kekasihnya itu.
Andro mulai membuka matanya, Dinda tersenyum dan mengecup pipinya.
"Aku tunggu di meja makan ya " ucap Dinda .
Setelah rapi dengan baju kerjanya, Andro keluar dari kamar dan menghampiri Dinda di meja makan.
Di tengah-tengah sarapannya Andro meminta ijin pada Dinda.
"Sayang, nanti aku gak bisa temenin makan siang, aku ada janji ketemu klien sama Anton"alasan Andro.
"Gak apa, nanti aku makan siang bareng Nesa aja" jawab Dinda.
Setelah selesai sarapan Andro dan Dinda berangkat bersama, dalam perjalanan Dinda minta berhenti sebentar ke supermarket.
"Mau beli apa sayang?" tanya Andro heran.
Dinda nyengir dan tidak menjawab pertanyaan Andro, kemudia bergegas turun dan masuk kedalam supermarket.
Tak lama kemudia Dinda sudah kembali masuk kedalam mobil dengan membawa kantong plastik kecil.
Andro mengernyitkan keningnya.
"Beli apa sih?" tanya Andro lagi.
"Biasa keperluan wanita, udah deh ayo jalan nanti telat" oceh Dinda.
Andro melajukan mobilnya kembali, sampai di depan lobby kantor Dinda keluar duluan dan meminta ijin pada Andro untuk ke ruangan Nesa sebentar. Andro menggangguk pelan, kemudian Dinda berjalan duluan meninggalkan Andro.
Sampai di ruangan Nesa, Dinda melemparkan kantong plastik yang dia bawa ke meja sahabatnya itu.
"Kamu ya Nes kebiasaan, masa aku suruh beliin pembalut" oceh Dinda.
"Maaf Din, tadi pas waktu berangkat belum, taunya udah sampai kantor,mana persediaan di laciku abis pula" jelas Nesa.
"Lain kali beli banyak penuhin itu laci" omel Dinda.
Dinda pergi meninggalkan ruangan Nesa dan bergegas masuk ke dalam lift, sampai di lantai 11 Dinda keluar dari litf, sebelum masuk ke ruangannya Dinda di sambut hangat dengan senyuman Melisa.
"Selamat pagi bu Dinda" sapa Melisa.
"Dinda aja gak usah pake bu" oceh Dinda.
Melisa tersenyum, dia senang sekali menggoda kekasih Ceonya itu, Melisa merasa nyaman dengan Dinda karena Dinda tidak seperti wanita yang lain, biarpun dia kekasih Ceo tapi dia tetap ramah dan mau bergaul dengan karyawan lainnya.
♡♡♡
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Septiyan
nada=dana yang bener kak.
2022-01-11
0
Galuh Radya
pernikahan bisnis.. mau bisnis kalo anaknya dinikahin.. nanti kalo ganti partner bisnis anaknya mau nikahin dinikahin lagi.. jadi tuh anak kaya barang obralan yg dijual jual sana sini.. sungguh demi HARTA TAHTA..
2021-09-30
0
Pit
semngat thor buat upnya❤❤❤
2020-10-03
2