Kemarahan Vanesa

Dinda bergegas merapikan meja kerjanya, berniat segera pulang, bersantai di ranjang kesayangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku, selain sudah mulai membantu sebagian perkerjaan Ceonya, hari ini juga sangat melelahkan hatinya.

Saat Dinda sudah bersiap dan mulai melangkahkan kakinya sedikit beranjak dari meja kerjanya kembali Andro bersuara.

"Mau kemana sayang,"

"Pulang Bos bukankah ini sudah waktunya pulang kerja" kembali Dinda berdecak kesal.

"Kita pulang bersama" ucap Andro.

"Andro ...pleasee,biarkan aku pulang sendiri kali ini, aku ada janji dengan Nesa" bujuk Dinda.

Sejenak Andro berfikir kemudian mengangguk pelan, merasa sudah dapat ijin Dinda segera melangkahkan kakinya, belum juga tiga langkah kembali Andro bersuara.

"Hanya kali ini tidak ada lain kali lagi, besok dan seterusnya kita berangkat dan pulang bersama, satu lagi siapkan barang-barangmu pindah ke apartmentku mulai besok" tandas Andro.

Dinda sempat ingin menjawab tapi urung di lakukannya, dia takut kalau sampai berdebat lagi yang ada dia malah gak di ijinkan pulang sendiri hari ini, bisa Dinda bayangkan bagaimana amarah Nesa kalau itu terjadi.

"Nasib Din, kamu berada di tengah dua manusia yang sangat keras kepala, satu kekasih baru dan yang satunya sahabat karib" gumam Dinda dalam hati.

Dinda hanya tersenyum dan segera keluar dari ruangan Andro, di depan lobby sudah ada Nesa yang menunggunya dari setengah jam yang lalu.

Melihat Dinda berjalan menghampirinya, raut wajah Nesa berubah 180 derajat.

"Nes, sudah lama menunggu" tanya Dinda lirih karena dia tau dari wajah sahabatnya ini ada aura kemarahan yang memuncak.

"Menurutmu?" jawab Nesa ketus.

"Jangan marah dong Nes, ayo pulang nanti aku ceritain" alih Dinda sambil menarik tangan Nesa.

Sampai di tempat kos Dinda,Nesa duduk di tepi ranjang dan menatap lekat manik mata Dinda tanpa bersuara, Dinda yang sadar sahabatnya sedang marah memutuskan untuk duduk di sampingnya.

"Udahan dong marahnya Nes, mau di ceritain ngga?" bujuk Dinda.

Nesa menghembuskan nafas kasarnya dan mencoba meredamkan amarahnya.

"Cerita.." satu kata yang terucap dari mulut Nesa berhasil membuat jantung Dinda berdetak lebih kencang.

Dinda sadar dan merasa bersalah tidak menghubungi Nesa dan menceritakan semuanya tentang Andro, Nesa adalah satu-satunya sahabat dekat Dinda yang sangat protektif dan tidak suka kalau ada kebohongan ataupun kenyataan yang dia dengar dari orang lain bukan dari mulut sahabatnya sendiri.

Dinda mulai bercerita awal mula dia kenal dengan Andro dan bagaimana sekarang dia sudah menerima Andro sebagai kekasihnya.

"Aku udah ceritain semuanya jangan marah lagi ya" rengek Dinda sambil memeluk Nesa.

"Kenapa gak cerita dari kemarin, apa sekarang juga kamu mau bilang gak ada pulsa dan paketan internetmu abis, atau lowbatt ponselmu?" cecar Nesa.

"Bukan begitu Nes, aku juga masih kaget, jadi fikiranku buyar, gak tau harus berbuat apa" jelas Dinda.

Akhirnya suasana telah mencair, Nesa mulai melupakan kemarahannya, pada saat yang sama ponsel Dinda bergetar, ada notifikasi pesan masuk.

📩Andro

Sayang cepat bersiap, satu jam lagi aku jemput, jangan lupa bawa semua barang-barangmu, pindah ke apartmentku.

Dinda terdiam membatu di tempatnya, baru saja kelar satu masalah kini datang lagi masalah yang lain.

"Din..Dinda, kamu kenapa?" ucap Nesa sambil menggoyang tubuh Dinda yang terdiam seperti patung manekin.

"Ahh.. Nes,aku mau kasih tau satu hal lagi tapi janji jangan marah ya?" rayu Dinda.

"Tergantung.." jawab Nesa santai.

"Nesaaaa..."

"Ya sudah apa bicara?"

"Janji dulu gak marah" rengek Dinda.

"Oke aku janji" jawab Nesa.

Dinda mulai bicara bahwa Andro menyuruhnya pindah ke apartmentnya dan bersiap sekarang karena satu jam lagi dia akan menjemputnya.

Nesa terbelalak tak percaya, matanya kini sudah membulat seperti bakso mang ujang yang biasa mereka makan.

"Kamu gila Din" hanya kata itu yang keluar dari mulut Nesa dan berhasil membuat jantung Dinda kembali berdisco.

"Gak seperti yang kamu fikirkan Nes, di apartmentnya ada 3 kamar dan aku tidur terpisah dengan Andro" jelas Dinda.

"Tapi tetap saja Din, kalian berdua tinggal satu atap, setan lewat nanti bilangnya khilaf" sarkas Nesa .

"Nes, kamu gak percaya sama sahabatmu ini?" ucap Dinda memelas.

Nesa sudah kehabisan kata-kata, dia juga sadar gak bisa memaksakan kehendaknya pada Dinda, bagaimanapun mereka sudah sama-sama dewasa dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

"Terserah Din, tapi ingat jaga diri baik-baik,jangan sampe lengah setan masuk membuatmu lupa diri" tutur Nesa.

"Aku janji Nes, kamu tenang aja ya" jawab Dinda.

Nesa membantu sahabatnya itu mengemasi pakaian dan barang-barang Dinda, setengah jam berkutat akhirnya mereka telah selesai, bukan karena kecepatan mereka tapi memang barang Dinda hanya sedikit, dia tidak pernah membeli sesuatu yang tidak benar-benar di butuhkan karena memang masih kost males ribet kalau sewaktu-waktu dia akan pindah kost.

Dan benar saja sekarang dia akan pindah ke Apartment kekasih barunya, ironis memang tapi apa boleh buat, kekasih barunya itu sangat keras kepala dan tidak menerima penolakan.

Satu jam berlalu Andro sudah sampai di depan kost an Dinda, dia mengambil ponsel yang ada dikantong celananya dan menghubungi Dinda.

"Sayang, aku sudah di depan" ucap Andro.

"Tunggu sebentar aku keluar" jawab Dinda.

Beberapa menit kemudian Dinda keluar dengan mendorong 2 koper besar, di belakangnya ada Nesa yang membawa tas kecil berisi boneka guling kesayangan Dinda.

Andro tersenyum kemudian berjalan menghampiri Dinda dan mengambil alih koper yang di bawa kekasihnya itu, setelah semua barang masuk ke bagasi mobil, Andro menatap sekilas Nesa.

"Oh... maaf pak saya tadi hanya membatu Dinda berkemas" ucap Nesa kikuk.

"Gak apa Nes, kamu sahabatnya Dinda jangan terlalu formal kalau sedang di luar kantor, sahabat Dinda sama dengan sahabatku juga" tutur Andro.

Dinda memeluk sahabatnya sebelum dia masuk ke dalam mobil Andro.

"Nes, aku antar pulang sekalian" ajak Andro.

"Nggak usah terima kasih, aku masih ada janji sama temen" jawab Nesa.

"Ya sudah kita tinggal dulu ya" ucap Andro.

Nesa masih berdiri terdiam di tempatnya saat mobil Andro sudah melaju pergi, tak lama kemudian ada mobil berhenti di depan Nesa.

"Reno kamu lama banget" rengek Nesa saat pria itu keluar dari mobilnya.

Reno putra pratama ( Reno ): anak tunggal dari keluarga Pratama,pemilik usaha waralaba lebih dari 50 cabang di Indonesia, usia 26 tahun, jawa tulen, tampan dan berkulit sawo matang.

"Macet sayang" jawab Reno.

Nesa masuk ke dalam mobil Reno, dalam perjalanan Nesa kembali bertanya pada kekasihnya itu.

"Ren, serius minggu depan kamu ke Surabaya?" tanya Nesa.

"Iya sayang, kan udah di bahas kemaren, papa buka cabang di sana dan mungkin sebulan aku akan di menetap di sana" jawab Reno.

"Hhmm...lengkap sudah penderitaanku, kekasih pergi ,sahabat satu-satunya di culik si Bos baru" gumam Nesa.

♡♡♡

To be continue...

Terpopuler

Comments

DELINA ZALUKHU LINA ZALUKHU

DELINA ZALUKHU LINA ZALUKHU

kasiaan kamu nes

2021-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!