Jangan melakukan segala sesuatu hanya untuk diri sendiri. Apa yang kamu lakukan untuk diri sendiri akan terkubur saat mati.
Di depan perusahaan Aneska masuk ke dalam dengan perasaan tenang karena menurutnya bagaimana pun juga dia harus bertemu dengan omnya itu.
Di perusahaan, ada banyak karyawan yang mengenal Aneska. Mereka sangat mengenal anak dari pemilik perusahaan yang mereka tempati.
“Selamat pagi nona Aneska..” sapa salah satu karyawan perusahaan.
“Selamat pagi..” ucap Aneska dengan senyum ramahnya.
Tidak sedikit karyawan yang saling berbisik untuk bertanya-tanya tentang maksud dan tujuan keberadaan Aneska di perusahaan mereka.
Aneska berhenti di depan ruangan rapat yang sudah di siapkan, dengan penuh keberanian Aneska memutar gagang pintu ruangan itu dan masuk ke dalam ruangan.
“Selamat pagi semuanya, maaf saya terlambat.” Ucap Aneska memberi hormat kepada semua orang yang berada di ruangan itu.
Semua orang yang berada di dalam ruangan itu terkejut melihat kedatangan Aneska di ruangan itu termasuk Alex dan sepupunya Belvina.
“Kau! Untuk apa kau di sini!?” bentak Belvina.
“Pa! kenapa dia di sini?” tanya Belvina kepada papanya yang masih terkejut melihat kedatangan Aneska.
“Ada apa? Kenapa kalian semua terkejut? Saya hanya mengikuti rapat pemegang saham ini, apa salah? Saya adalah perwakilan dari tuan Bagaskara yang tidak lain adalah pemegang saham terbesar kedua setelah almarhum papa saya.” jelas Aneska dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Alex dan Belvina semakin terkejut mendengar penjelasan Aneska, mereka berdua tidak menyangka jika Aneska memiliki hubungan baik dengan tuan Bagaskara.
“Duduklah nona.” Salah satu pemegang saham yang ada di sana menyuruh Aneska untuk duduk di kursinya.
Aneska tersenyum dan duduk di tempat yang sudah di siapkan untuk tuan Bagaskara. Sedangkan Alex dan Belvina hanya diam tanpa membantah apapun karena dia belum di angkat menjadi CEO perusahaan itu.
“Pa, gimana sih? Kok bisa dia datang ke rapat penting ini?” bisik Belvina kepada Alex.
“Diamlah, papa juga tidak tau kenapa bisa jadi begini.” Balas Alex.
Rapat pemegang sahampun di mulai dengan serius, mereka semua mendengarkan satu per satu pendapat dari masing-masing pemegang saham yang lainnya.
Semua memutuskan untuk menjadikan Aneska sebagai pemegang saham, karena Aneska adalah wakil dari pemegang saham terbesar dan juga dia adalah anak kandung dari pemilik perusahaan itu.
Alex dan Belvina kesal dengan keputusan pemegang saham yang memilih Aneska sebagai penerus perusahaan, sedangkan Aneska tersenyum senang melihat wajah om dan sepupunya itu.
“Apakah anda bersedia untuk menjadi CEO perusahaan ini nona Aneska?” tanya salah satu pemegang saham.
“Pertama saya mengucapkan banyak terimakasih karena kalian semua mempercayai saya sebagai CEO perusahaan papa saya, tapi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya tidak bisa menerima tanggung jawab sebesar itu, saya yakin jika om saya lebih mampu untuk memikul tanggung jawab ini, terlebih lagi karena dia juga lebih berpengalaman di bandingkan saya.” ucap Aneska sambil melihat ke arah omnya.
Alex terkejut mendengar ucapan Aneska yang menyuruh dirinya untuk menjadi CEO perusahaan itu.
“*Pasti dia merencanakan sesuatu*!” batin Alex sambil menatap tajam ke arah Aneska.
“Bagaimana tuan Alex? Apakah anda ingin menerima permintaan nona Aneska untuk menjadi CEO perusahaan ini?” tanya yang lain.
“Tentu saja! dengan senang hati, terimakasih untuk keponakan saya yang sudah mempercayakan tanggung jawab sebesar ini kepada saya.” ucap Alex.
Aneska tersenyum sinis melihat semangat Alex yang menerima semuanya dengan mudahnya.
Setelah selesai, semua orang meninggalkan ruangan itu kecuali Aneska, Alex dan Belvina yang masih tinggal di dalam ruangan itu.
Saat Aneska ingin beranjak dari kursinya, tiba-tiba Alex menghentikannya.
“Tunggu! Sebenarnya apa rencanamu membiarkanku untuk menduduki posisi CEO!?” tanya Alex.
Aneska tersenyum mendengar ucapan pamannya itu dan berjalan menghampirinya dengan santai dan membuat Alex menjadi gugup.
“Tentu saja aku akan memberikan posisi itu, anggap saja aku sedang beramal kepada kalian! Lagipula aku ingin mengingatkan om untuk menikmati posisi CEO ini sepuasnya, karena mungkin suatu saat nanti aku akan segera mengambilnya kembali setelah aku puas bermain dengan kalian berdua.” Ucap Aneska dengan senyum licik yang mengembang di wajahnya.
“*Sial! Dia bukan Aneska yang dulu bisa dengan mudah di tindas*!” batin Alex di dalam hatinya.
“Kau! Di mana sopan santunmu berbicara seperti itu kpada orang tua!” ucap Belvina yang ingin menampar Aneska namun di tahan oleh Alex.
Aneska hanya tersenyum dan beranjak dari kursinya lalu meninggalkan om dan sepupunya di dalam ruangan itu.
“Pa! kenapa papa menahanku!?” ucap Belvina.
“Kita tidak boleh gegabah mulai saat ini Bel! Aneska memiliki tuan Bagaskara di belakangnya, kita tidak bisa mengusiknya untuk saat ini!” ucap Alex.
“Lalu apa yang harus kita lakukan pa?”
“Kita harus mencari cara untuk membuat kepercayaan keluarga Bagaskara kepada Aneska hancur!” ucap Alex dengan senyum liciknya.
Aneska yang baru saja keluar dari ruangan rapat tiba-tiba lemas dan memegang tembok yang ada di luar, Aneska merasa sangat gugup selama rapat berlangsung.
“Yaampun, aku tidak pernah segugup ini. Tapi aku senang sekali melihat wajah om Alex dan kak Belvina tadi.” gumam Aneska sambil tersenyum penuh kemenangan.
Drtt,, drtt,,
Aneska melihat hpnya yang berbunyi, Aneska melihat nama Elvan di layar hpnya dan langsung di angkat olehnya.
“Halo kak?”
“Bagaimana rapatnya?” tanya Elvan.
“Berjalan dengan lancar kak, ini aku akan langsung menuju perusahaan kakak.”
“Keluarlah, aku ada di depan perusahaanmu!” ucap Elvan yang langsung mematikan telfonnya.
“*Di depan perusahaan? Bagaimana bisa? Apa jangan-jangan kak Elvan memang menungguku dari tadi*.” batin Aneska yang masih menatap hpnya.
Aneska akhirnya berjalan menuju lobby dan mencari keberadaan Elvan di luar namun Aneska tidak melihat batang hidung Elvan sama sekali.
“*Kemana kak Elvan, katanya dia ada di depan*.” Batin Aneska dengan wajah murungnya.
Tiba-tiba ada yang menutup mata Aneska dengan tangannya dari belakang, Aneska menjadi kaku karena terlalu terkejut dengan hal itu.
“Kejutan!” teriak Elvan yang langsung membuka mata Aneska dan memiringkan wajahnya di hadapan Aneska.
“Kak Elvan! Kakak ga bisa ya ga bikin orang jantungan?” ucap Aneska kesal.
“Ini buat kamu!” Elvan memberikan bucket bunga yang dari tadi di sembunyikan di belakang tubuhnya.
Aneska yang tadinya kesal itu tiba-tiba tersenyum karena Elvan sudah memberinya bucket bunga berwarna ungu, warna yang sangat di sukai Aneksa.
Dari kejauhan, Belvina yang memang mengikuti Aneska mengepalkan kedua tangannya melihat kebahagiaan Aneska yang terlihat jelas di wajahnya.
“*Aku tidak akan membiarkanmu bahagia terlalu lama Aneska! Lihat saja, aku akan menghancurkan kebahagiaanmu satu per satu secara perlahan hingga membuatmu merasakan sakit yang luar biasa*.” Batin Belvina yang masih menatap tajam ke arah Aneska dan Elvan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nuraini Hasanah
sakit jiwa si belvina
2022-07-02
0
Elsa Naila
lanjt thor
2021-09-29
1
Iyud Wati
aku udh mampir d novel kakak
mampir jg dong d Vidic's cake
2020-10-08
2