Bab 8
Setelah sarapan bersama tadi pagi, Bagas sedang bersiap untuk pergi ke kantor sedangkan Mala membantu suaminya memasangkan dasi dan jasnya.
“Pa, mama kan maunya Aneska jadi menantu kita, kok kamu malah bilang mau jadiin dia anak kita sih, terus gimana bisa Aneska dan Elvan bisa menikah jika Aneska menjadi anak kita.” Protes Mala karena perkataan suaminya tadi.
“Ma, semua butuh proses papa juga ga mungkin tiba-tiba menjadikan Aneska menantu kita. Lagipula papa tidak menjadikan Aneska sebagai anak secara hukum, papa hanya akan menginformasikan hal ini kepada media itupun bertujuan untuk mengintimidasi omnya. Jadi kalaupun mereka memang berjodoh ya kita bisa menikahkan mereka berdua.” Jelas Bagas.
Mala hanya diam dan menuruti ucapan suaminya tanpa berkata apapun lagi.
“Aneska dan Aneisha adalah anak yang cantik, baik, sopan, dan pintar. Mama ingin sekali Elvan mendapatkan wanita seperti mereka, Aneisha masih kecil jadi mama ingin Elvan menikah dengan Aneska, lagipula kita sangat mengerti asal-usul keluarga mereka pa.” ucap Mala.
“Papa tau ma, tapi kan papa tidak bisa memaksa perasaan mereka. Biarkan perasaan mereka tumbuh dengan sendirinya secara perlahan.”
“Iya mama tau pa, mama hanya bisa berdoa dan berusaha untuk mendekatkan mereka berdua.”
Mama Mala kembali memakaikan dasi suaminya dan mengantarkannya sampai ke depan pintu rumahnya.
“Hati-hati di jalan ya pa..” ucap Mala yang di balas senyuman oleh Bagas.
Hubungan Bagas dan Mala selalu hangat dan romantis walaupun sudah bertahun-tahun menikah.
“Kita makan dulu yuk Nes, aku sudah lapar sekali.” ucap Elvan.
“Baiklah, kita mau makan di mana kak?” tanya Aneska.
“Gimana kalau kita makan di kantin perusahaan aja, sekalian kita lihat bagaimana menu yang ada di perusahaan ini.” ajak Elvan yang di balas anggukan oleh Aneska.
“Ide bagus kak, ayo kita makan di sana.”
Akhirnya Elvan dan Aneska memutuskan untuk makan di kantin perusahaan sekaligus melihat bagaimana kualitas makanan di kantin perusahaannya.
Sesampainya di kantin perusahaan, Elvan dan Aneska segera mengantri untuk mengambil makanan. Elvan melihat menu makanan yang di sediakan di sana dan mengerutkan dahinya.
“*Kenapa makanannya tidak bergizi begini, bagaimana bisa mereka bisa semangat untuk bekerja jika menu makanannya seperti ini*.” batin Elvan.
“Kak, menu makanannya apa tidak terlalu sederhana?” bisik Aneska yang berada di belakang Elvan.
“Baru saja aku bilang gitu di dalam hati.” Gumam Elvan yang tidak terdengar oleh Aneska.
“*Dia ngomong apaan sih*.” Batin Aneska.
Setelah mengambil menu makanan, Elvan dan Aneska mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka berdua.
“Sepertinya akan ada banyak hal yang harus kita rubah di perusahaan ini Nes.” Ucap Elvan.
“Kamu benar kak, makanan di sini tidak bergizi dan minumannya susu membuat para karyawan mengantuk setelah makan siang.” Ujar Aneska.
“Apa perlu aku tulis di memo hpku kak apa saja yang akan di rubah di perusahaan ini?” lanjut Aneska yang dengan segera mengeluarkan hpnya.
“Boleh, catat apa saja yang perlu kita ubah. Kita harus mengubahnya satu per satu.”
“Hm, kita ubah dari makanan di kantin ini bagaimana kak? Semua berawal dari makanan bukan?” tanya Aneska.
“Kamu benar, tapi kita harus membaca keuangan perusahaan dulu agar kita mengetahui apakah dana yang di butuhkan cukup untuk mengganti menu makanan di sini.”
Elvan melihat Aneska sangat antusias membicarakan setiap hal yang mereka rencanakan untuk perusahaan.
“Kamu bersemangat sekali Nes, apa kamu memang sangat menyukai menjadi wanita karir?” tanya Elvan.
“Dulu aku tidak kepikiran untuk menjadi wanita karir dan bekerja di perusahaan kak, aku hanya suka menggambar dan aku sangat ingin menjadi desainer atau arsitek. Hahaha bukankah lucu?”
“Tapi kenapa tiba-tiba kamu memutuskan untuk bekerja di perusahaan?”
“Waktu itu saat aku masih SMA ada sesuatu hal yang terjadi dan tiba-tiba saja papa terkena serangan jantung, kita semua sangat panik melihat papa terkena serangan jantung dan segera membawanya ke rumah sakit, untung saja kami cepat membawa papa ke rumah sakit jadi papa masih bisa di selamatkan, saat papa berada di rumah sakit dia menginginkan aku atau Aneisha menjadi penerusnya, Aneisha menolak mentah-mentah permintaan itu karena dia sudah bertekad dengan cita-citanya, akhirnya aku mengalah dan mengajukan diri sebagai penerus papa.” Jelas Aneska.
“Bukankah jika apa yang kita lakukan dengan paksaan akan membuat kita malas untuk menjalaninya?” tanya Elvan.
“Kak Elvan benar, awalnya aku bermalas-malasan untuk belajar. Aku tidak mengerti materi yang di ajarkan oleh dosenku, tapi ada sesuatu yang membuatku menjadi bersemangat untuk belajar.” Ucap Aneska.
“Pasti karena laki-laki kan? Kamu saat itu pasti menyukai seseorang.” Tebak Elvan.
“Bagaimana kak Elvan tau? Dulu ada banyak laki-laki yang mendekatiku tapi hanya satu laki-laki yang aku sukai, setelah itu aku menjadi semakin bersemangat dan membuktikan kepadanya jika aku adalah wanita yang pintar.” Aneska menceritakan kisah cintanya dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
“Lalu, apa kamu masih berhubungan dengannya? Tapi aku tidak melihat laki-laki lain di rumahmu.” Ucap Elvan.
“Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun kak, dia dekat dengan banyak wanita dan dia juga selalu chattingan sama cewe-cewe dengan kata ‘sayang-sayangan’ akhirnya aku memutuskannya terus dia biasa aja pas aku putusin, kan ngeselin banget ya orang kayak gitu.” Aneska mulai kesal menceritakan tentang Evano.
“Wah itu sih namanya cowo kurang ajar Nes, kamu jangan dekat-dekat sama cowo kayak gitu lagi lain kali ya.” perintah Elvan.
“Siap laksanakan kak.” Ucap Aneska sambil tangannya memberi hormat layaknya sedang menjadi pasukan baris-berbaris.
Elvan tertawa melihat tingkah Aneska yang menurutnya sangat lucu itu, dia tidak menyangka wanita yang selama ia tau adalah wanita yang dingin ternyata memiliki sisi yang lucu dan menggemaskan.
“*Apa dia selalu semenggemaskan ini*?” batin Elvan.
“Kakak kenapa ngeliatin aku kayak gitu?” tanya Aneska.
“Ga apa-apa, aku ga nyangka aja kamu punya sisi menggemaskan seperti ini.” ucap Elvan.
Aneska hanya tersenyum mendengar ucapan kakak barunya itu, ia juga tidak menyangka jika Elvan akan seenak itu untuk di ajak berbicara.
“Aku juga ga nyangka ternyata kak Elvan juga enak di ajak berbicara. Aku kira kak Elvan hanya anak yang menggunakan kekuasaan papanya aja, ternyata engga bahkan kak Elvan harus mendapatkan ujian sebelum menjadi penerus om Bagas.” Ucap Aneska.
“Hm, dari dulu aku tidak pernah mendapatkan sesuatu dengan gratis Nes, jika aku menginginkan sesuatu papa pasti akan memintaku melakukan sesuatu juga.”
“Bagus dong, itu namanya om Bagas ingin mengajari kak Elvan bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini, semua butuh usaha untuk mendapatkannya.” ucap Aneska.
“Ya mungkin juga begitu, aku sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu dari papa sejak kecil, jadi sekarangpun aku ga akan kaget kalo papa memberikan perusahaan yang hampir bangkrut ini kepadaku.” Jelas Elvan.
“Sudahlah, ayo kak kita pulang dan segera melihat data-data perusahaan, kita harus menang dari om Bagas bukan? Aku tidak pernah ingin kalah dalam hal apapun kak.” Ucap Aneska memberi semangat kepada Aneska.
“Tenang saja, aku juga tidak akan membiarkan kita kalah dari papa.” Ucap Elvan dengan bersemangat.
Akhirnya Elvan dan Aneska memutuskan untuk pulang ke rumah dan mulai membaca-baca data-data perusahaan.
Mereka sudah memutuskan untuk bekerja sama membangun perusahaan yang sudah hampir bangkrut ini menjadi perusahaan yang sukses.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Elsa Naila
aq mampir thor semgat trs y
2021-09-12
0
Yully Lamboka
aku mampir ya thor ttp smngt.
2021-07-13
0
Maria Jabat
aq mampir y thor
2021-01-04
0