Bab 10
Jangan sesali sesuatu yang telah berakhir, meskipun itu indah. Tanpa akhir tak akan pernah ada awal baru yang mungkin akan lebih indah.
Pagi itu langit sangat cerah dan udara sangat segar, setelah sholat subuh Aneska bersiap untuk berlari sebentar di sekitar komplek rumah om Bagas sebelum mulai bekerja.
“Nei kamu ga mau ikut kakak lari pagi nih? Biar sehat Nei, masa model ga pernah olahraga.” Ucap Aneska.
“Engga deh kak kapan-kapan aja lah, aku masih ngantuk banget habis ngerjain tugas, nanti siang aku ada sekolah modelling aku mau mengumpulkan tenaga dulu.” Ucap Aneisha yang kembali menarik selimutnya.
Aneska hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya itu lalu keluar dari kamarnya.
“Kamu mau kemana Nes?” tanya Elvan yang kebetulan baru saja keluar dari kamarnya yang berada di sebelah kamar Aneska.
“Duh kak Elvan bikin kaget aja sih.” Ucap Aneska sambil memegang dadanya.
“Lagian kamu kayak mau maling aja Nes jalan pelan-pelan.”
“Ini masih sangat pagi kak aku takut membangunkan om dan tante.” Jawab Aneska dengan berbisik.
Elvan hanya menggelengkan kepalanya menanggapi jawaban dari adik angkatnya itu.
“Kamu mau olahraga pagi kan? Bagaimana jika kita olahraga bersama?” ajak Elvan.
“Boleh juga tuh kak, kalo ga ada temennya juga ga enak.” Ucap Aneska.
“Emang Aneisha ga mau ikutan?”
“Dia bilang nanti ada kelas modelling jadi dia mau mengumpulkan tenaga.”
Elvan hanya mengangguk mendengar ucapan Aneska, lalu mereka berdua keluar rumah untuh olahraga pagi bersama.
Setelah memutari komplek sekitar 5 keliling, Aneska duduk di bangku taman karena kelelahan, sedangkan Elvan masih melanjutkan larinya dan membuat Aneska takjub akan kekuatan fisik Elvan.
“Dia memang benar-benar tidak bisa di tebak, kadang seperti laki-laki yang tidak bisa di andalkan, kadang juga dia seperti laki-laki yang bertolak belakang dengan sifatnya yang lain, sebenarnya yang mana sifat aslinya?” gumam Aneska yang masih terus menatap Elvan berlari.
“Jadi mau sampe kapan kamu ngeliatin aku terus?” tanya Elvan yang duduk di sebelah Aneska.
Aneska terkejut karena terlalu fokus dengan fikirannya hingga tidak mengetahui jika Elvan sudah berada di sebelahnya.
“Kak, ngagetin aja sih.” Ucap Aneska.
“Lah, kamu dari tadi bengong liatin aku terus.”
“Dih siapa juga yang bengong liat kakak, aku cuma mikir kayaknya kakak tuh punya dua kepribadian ya.” ucap Aneska.
“Ha? ngawur, kok bisa-bisanya kamu kepikiran kalo aku punya dua kepribadian.” Ucap Elvan.
“Hm, soalnya kak Elvan tuh kadang kayak laki-laki berwibawa banget gitu, tapi kadang juga kayak laki-laki yang ga bisa di andalkan.” Ucap Aneska.
“Benarkah? ya aku memang seperti ini, aku bisa menempatkan diri kapan aku harus bertindak dewasa dan kapan waktunya aku bermain-main. Mungkin sekarang kamu belum mengerti aku, tapi lama-kelamaan kamu akan mengerti dan akan terbiasa dengan sikapku.” Ucap Elvan dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Aneska hanya menggelengkan kepala tidak mengerti tentang maksud dari perkataan Elvan.
“Sudahlah kak, ayo kita pulang dan membersihkan diri. Bukankah kita harus bersiap untuk berperang?” ajak Aneska yang sudah berdiri.
“Ya, kamu benar kita harus bersiap untuk berperang. Jika kita sudah memenangkan peperangan ini, aku akan mentraktirmu makan di restoran termahal.” Ucap Elvan.
“Hah? Bukankah saat ini juga kakak bisa mentraktirku makan makanan yang mahal? Atau jangan-jangan kak Elvan sudah tidak memiliki uang untuk membayar makanan?” ucap Aneska sambil terkekeh.
“Enak saja, aku itu punya banyak uang hanya saja aku harus mengirit untuk biaya perusahaan. Masa iya aku minta uang ke orang yang menjadi lawanku, yang ada aku di ketawain.” Ucap Elvan.
“Hm, benar juga kamu kak. Baiklah aku juga akan menginvestasikan sebagian penghasilanku untuk membantu membangun perusahaan.” Ucap Aneska.
“Benarkah? apa kamu memiliki uang?” Elvan meragukan Aneska.
Aneska yang merasa dirinya telah di ragukan oleh Elvan langsung menatapnya dengan tatapan sinis.
“Kak, apa kakak lupa jika aku adalah karyawan yang bekerja di perusahaan orang tuanya sendiri? Selain memiliki gaji bulanan, aku juga memiliki uang jajan bulanan yang di berikan orang tuaku.” Ketus Aneska.
“Pfftt, jangan marah gitu lah Nes ntar cantiknya hilang. Lagipula aku kan hanya bercanda, aku juga tau jika kamu memiliki banyak uang, aku juga yakin jika gaji yang di berikan oleh papamu lebih banyak di bandingkan dengan yang lainnya apa lagi kamu adalah anak perempuan.”
“B,,bagaimana kakak bisa mengetahui hal itu?” tanya Aneska.
“Tentu saja aku tau, papaku saja melebihkan gajiku saat aku membantunya di perusahaan, apalagi kamu yang notabene adalah anak perempuan yang sangat di sayang oleh papamu.”
“Sudahlah tidak perlu memikirkannya lebih lanjut, ayo kita segera membersihkan diri dan segera pergi ke kantor agar tidak terlambat.” Ucap Elvan yang mengajak Aneska untuk kembali ke rumah.
Di dalam rumah, Bagas, Mala dan Aneska sudah berada di meja makan untuk bersiap menyantap sarapannya.
“Kalian ini dari mana saja? apa kalian lupa jika kalian harus bekerja? Jangan mentang-mentang kalian adalah anak pemilik perusahaan terus bisa seenaknya untuk datang terlambat ke perusahaan ya.” ucap papa Bagas.
“Elvan, kamu segera mandi dan bersiap untuk sarapan lalu pergi ke kantor. Kamu ini CEO macam apa yang datang ke perusahaan sesuka hatinya. Dan Aneska sayang, kamu segera mandi ya jangan ikuti jejak Elvan yang selalu terlambat datang ke kantor. Mama juga sudah menyiapkan pakaian di lemarimu, pakailah apapun yang kamu suka.” Ucap mama Mala.
“Terimakasih banyak mama Mala.” Ucap Aneska.
“K,,kamu bilang apa barusan Nes? Bisakah kamu mengulanginya?” ucap mama Mala yang terkejut mendengar Aneska yang memanggilnya dengan sebutan ‘mama’.
“Terimakasih mama Mala.” Ucap Aneska dengan lantang.
Mama Mala yang mendengar ucapan Aneska segera beranjak dari kursi makannya dan segera memeluk erat Aneska.
“Aish, mentang-mentang udah punya anak cewe aku di lupakan.” Gumam Elvan yang masih bisa di dengar oleh Aneska.
Aneska yang mendengar ucapan Elvan menjadi merasa bersalah karena dirinya dan adiknya berada di rumah ini, Elvan menjadi di pojokkan.
“Maaf ya kak, kakak jadi di pojokkan karena aku dan Aneisha.” Bisik Aneska kepada Elvan saat menaiki tangga.
“Tenanglah, aku malah lebih suka seperti ini. Suasana rumah mejadi lebih hidup saat kalian datang.” ujar Elvan yang mengetahui jika Aneska merasa tidak enak.
Aneska dan Elvan menuju kamarnya masing-masing dan membersihkan diri lalu bersiap untuk berangkat ke kantor.
Elvan yang sudah selesai segera menghampiri keluarganya yang sudah menunggunya di meja makan, sedangkan Aneska masih belum selesai bersiap.
“Ma, Anei sudah sangat lapar. Bisakah kita makan duluan?” rengek Aneisha.
Aneisha memang mudah sekali akrab dengan orang yang baru di kenalnya, apalagi mama Mala dan papa Bagas yang selalu memanjakannya membuat Aneisha menjadi manja.
“No. Kita tunggu semua sudah lengkap baru makan bersama sayang.” ucap mama Mala.
Tidak lama kemudian Aneska turun dengan pakaian yang sudah di siapkan oleh mama Mala. Semua orang terkagum melihat Aneska yang sangat cantik dengan balutan baju yang di siapkan oleh mama Mala. Begitupun dengan Aneisha yang ikut terkejut melihat kakaknya yang berpakaian tidak seperti biasanya.
Sedangkan Aneska tersipu malu karena semua orang menatapnya dengan tatapan yang menurutnya sangat aneh dan membuatnya tidak nyaman akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments