Bab 3
Setelah selesai pemakaman orang tua Aneska dan Aneisha, Belvina yang tidak lain adalah kakak sepupu Aneska dan Aneisha menghampiri mereka dengan tangan yang masih di lipat di dadanya.
“Bukankan orang tua kalian sudah di makamkan? Sekarang silahkan pergi dari rumah ini!” ketus Belvina.
Kanaya yang mendengar ucapan Belvina ingin sekali menampar pipinya, namun Aneska menahannya dan menggenggam tangan Kanaya.
“Baiklah, aku akan keluar dari rumah ini dan membiarkanmu menikmati kemewahan dari hasil jerih payah orang tuaku untuk sementara waktu, karena saat waktunya tiba aku akan melihat kehancuranmu kakak sepupuku tersayang. Dan satu hal lagi, titipkan salamku untuk om Alex yang amat sangat baik itu.” Ucap Aneska dengan tersenyum namun terselip sindiran di setiap perkataannya.
Belvina merasa kesal dengan perkataan Aneska, namun dia tidak menghiraukannya dan memberikan senyuman sinis kepada adik sepupunya itu.
Elvan yang masih berada di sana dan melihat kejadian itu hanya tersenyum melihat Aneska yang mampu membuat wanita sombong di hadapannya kesal.
“Wanita yang menarik, ternyata dia tidak selemah yang aku fikirkan.” Gumam Elvan.
Aneska berusaha merangkul adiknya yang sudah berhenti menangis. Kanaya dan Gavin selalu mendampingi mereka berdua kemana pun.
“Nes, kalian tinggal di apartmentku saja ya, aku tidak akan membiarkan kalian terlantar di luar sana.” ucap Kanaya menawarkan bantuan kepada Aneska.
“Tidak usah Nay, aku akan mencari sebuah apartment kecil untukku dan adikku. Aku masih memiliki sedikit tabungan dan aku juga bisa menjual mobilku jika uang tabunganku kurang untuk menyewa apartment.” Ucap Aneska.
Aneska memang selalu menolak bantuan dari orang lain, namun bukan karena ia sombong. Aneska menolah bantuan dari orang lain karena dia tidak ingin berhutang budi dan tidak ingin menyusahkan orang lain. Selama dia masih mampu untuk bertahan hidup, dia tidak akan pernah meminta bantuan kepada siapapun.
“Benar kata kak Naya, tinggallah di apartment kami kak. Kami akan selalu menerima kedatangan kalian berdua.” Ucap Gavin yang masih membujuk Aneska.
Aneska tersenyum menghampiri Gavin dan memegang pundak adik sahabatnya itu.
“Gavin, kak Anes tau kalau kamu dan kakakmu mengkhawatirkan aku dan Anei, tapi apa kamu meremehkan kakak Anesmu ini? Aku tidak akan membiarkan adik kesayanganku ini terlantar.” Ucap Aneska.
“Tinggallah di rumahku, aku memiliki banyak kamar kosong dan juga papa dan mamaku akan sangat senang menyambut kalian berdua.” Ucap Elvan yang muncul dari belakang mereka secara tiba-tiba.
Aneska dan lainnya terkejut karena kedatangan Elvan yang datang secara tiba-tiba itu.
“Bukankah dia itu anak dari tuan Bagaskara Nes?” bisik Kanaya yang dijawab anggukan oleh Aneska.
“Maaf, apakah kamu berbicara kepada kami?” tanya Aneska.
“Hm, aku berbicara kepadamu dan mengajakmu untuk tinggal di rumahku.” Ucap Elvan sambil tersenyum.
“Maaf tuan Elvan, tapi..” kata-kata Aneska terputus karena Elvan memotongnya.
“Aku tau kamu akan menolak ajakanku, setidaknya ikutlah dulu bersamaku ke rumah dan berbicara dengan papaku.” Ucap Elvan.
Aneska sempat berfikir sejenak dan menoleh ke arah Aneisha untuk menanyakan pendapatnya.
“Bagaimana Nei? Apa kita harus ikut dengannya dulu?” tanya Aneska kepada adiknya.
“Nei terserah sama kakak aja, Nei ikut kemanapun kakak pergi.” Ucap Aneisha dengan lemah.
Aneska menatap Kanaya dan mengangguk memberi kode kepada sahabatnya jika dirinya akan baik-baik saja.
“Baiklah aku akan ikut bersamamu.” Ucap Aneska kepada Elvan.
Elvan tersenyum manis karena Aneska menerima ajakannya.
“Baiklah, mobilmu letakkan saja di sini aku akan menyuruh orang untuk membawanya ke rumahku nanti.” Ucap Elvan.
“Kamu yakin tidak apa-apa Nes? Apa tidak sebaiknya kamu tinggal di apartmentku?” tanya Kanaya meyakinkan.
“Tidak apa-apa Nay, lagipula apartmentmu hanya cukup untuk dua orang. Aku tidak ingin merepotkanmu Nay. Aku akan mencari solusi untuk diriku sendiri, aku akan segera menghubungimu setelah ini.” ucap Aneska lalu memeluk sahabatnya itu.
“Nei, jangan bersedih lagi ya, aku akan selalu ada untukmu.” Ucap Gavin kepada Aneisha.
“Terimakasih kak Gavin, aku akan menghubungi kakak setelah ini.” ucap Aneisha.
“Silahkan.” Ucap Elvan yang mempersilahkan kedua kakak beradik itu naik ke dalam mobilnya.
Aneska dan Aneisha masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan kepada Kanaya dan Gavin.
Aneska duduk di sebelah Elvan yang menyetir, sedangkan Aneisha duduk di bangku belakang dan memejamkan matanya karena dia merasa matanya panas setelah menangis.
“Aku yakin kamu adalah wanita yang kuat dan mampu menghadapi semua musuh-musuhmu kedepannya.” Ucap Elvan membuka pembicaraan dengan Aneska.
“Benarkah? Bagaimana kamu tau? Bagaimanapun juga aku harus tetap kuat menghadapi musuh-musuhku kedepannya, jika tidak mereka akan selalu menindasku.” Ucap Aneska yang menatap lurus kedepan.
“Apa pekerjaanmu?” tanya Elvan.
“Aku bekerja menjadi sekertaris di perusahaan papaku. Dan aku baru saja di pecat secara tidak hormat. Bukankah itu sangat lucu? Di pecat dari perushaan orang tuamu sendiri?” Ucap Aneska dengan senyum getir.
Elvan yang sangat paham dengan perasaan Aneska hanya bisa tersenyum tanpa bisa berbuat apapun untuk membantunya.
Seketika mereka terdiam tanpa berbicara sepatah katapun dan membuat suasana menjadi canggung kembali.
Setelah sekitar 30 menit, mereka akhirnya sampai di rumah mewah milik keluarga Bagaskara. Aneska segera membangunkan Aneisha dari tidurnya.
“Nei, ayo bangun kita sudah sampai.” Ucap Aneska dengan sangat lembut.
Tidak butuh waktu lama Aneisha membuka matanya secara perlahan dan tersenyum kepada kakanya.
“Kita sudah sampai kak?” tanya Aneisha.
“Iya Nei kita sudah sampai, ayo turun.”
Aneisha turun dari mobil dan mengikuti kakaknya berjalan masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga Bagaskara.
“Wah, rumahnya jauh lebih besar dari rumah kita ya kak.” Bisik Aneisha kepada kakaknya yang berada di sebelahnya.
“Sstt,, jangan ngomongin rumah orang Nei. Ingat ya harus sopan sama tamu.” Aneska mengingatkan adiknya.
Aneisha hanya mengangguk mengiyakan ucapan kakaknya.
Elvan mempersilahkan Aneska dan Aneisha untuk duduk di sofa yang ada di ruang tamu mereka dan langsung masuk untuk memanggil orang tuanya.
“Kak, apakah mereka orang yang ramah? Apa mereka akan menyukai kita kak?” tanya Aneisha.
“Selama kita selalu sopan dan menghormati mereka, mereka akan menyukai kita tenanglah, mereka adalah orang baik.”
Tuan Bagaskara dan istrinya menuruni tangga untuk menghampiri mereka, begitupun Elvan yang berjalan di belakang orang tuanya.
“Selamat sore om, tante..” ucap Aneska dan Aneisha secara bersamaan.
“Astaga Anes, Anei kalian sudah sangat besar dan sangat cantik sekali..” tante Mala segera memeluk Aneska dan Aneisha secara bergantian.
“Tante turut berduka cita atas kepergian kedua orang tua kalian, tante juga minta maaf karena tidak bisa datang ke rumah kalian.” Ucap tante Mala.
“Tidak apa-apa tante, om Bagas dan kak Elvan sudah datang itu sudah lebih dari cukup.” ucap Aneska sambil tersenyum.
Mereka semua duduk bersama di ruang tamu dan berbincang-bincang mengenai berbagai macam hal.
“Om sudah tau semua yang di katakana Alex kepada kalian. Kalian tinggalah di rumah ini bersama kami. Kami akan sangat senang jika kalian tinggal bersama di rumah ini.” ucap om Bagas.
“Tapi om, kami tidak ingin menyusahkan keluarga om dan tante.”
“Tidak ada yang di repotkan Nes, tante akan sangat senang jika kalian berdua tinggal di sini, tante tidak akan kesepian dan tante akan memiliki teman berbicara.” Ucap tante Mala.
“Hah, telinga mereka seketika akan copot mendengar ocehan mama setiap hari.” Ejek Elvan.
Aneisha tertawa terbahak-bahak secara tidak sadar dan membuat semua orang menatapnya.
“Hahaha, lucu sekali jika telinga Anei bisa copot hanya karena mendengar ocehan tante Mala.” Ucap Aneisha.
Aneska segera menyolek paha adiknya itu dan melotot kepadanya.
“Nei kamu jangan tertawa seperti itu, ini bukan di rumah kita.” Ucap Aneska memperingati adiknya itu.
Om Bagas, tante Mala, dan Elvan tertawa melihat kelucuan Aneisha yang masih polos itu.
“M,, maaf om, tante, kak Elvan.” Ucap Aneisha menyesal. Sedangka Aneska hanya menggelengkan kepalanya.
“Sudahlah, kalian tinggallah di sini. Om sudah menyuruh pelayan untuk membereskan kamar yang akan kalian tempati. Kalian ber istirahatlah, besok pagi om ingin berbicara dengan Aneska, Aneisha dan Elvan.” Ucap om Bagas.
“Mungkin rumah ini akan ramai dan penuh dengan canda tawa jika mereka berada di sini.” Batin Bagas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Elsa Naila
lanjt kk, semagat up y
2021-09-11
0
christaa
Christaa mampir thor..
Udah aq like semua episodenya rate 5 & masukin daftar favorit
Jgn lupa mampur ke novelku ya thor..
Judulnya " Pernikahanku ternyata toxic "
Sukses ya thor 😘🥰
2020-10-03
3