Single Perents
Aku Difa, Dinafa Putriana. Aku anak kuliahan yang masih berumur sembilan belas tahun. Aku tinggal di kos yang terdapat di paling ujung gang. Ya walaupun disekitar tempatku tinggal keadaannya agak kumuh sih, tapi ini adalah tempat kost termurah di dunia yang pernah aku kunjungi dari sekian banyak tempat kos. Aku di sana tinggal dengan sahabat plus teman kost yang super super bawel dan lumayan bijak dibandingkan denganku. Dia Reta, Retania Sarah. Ia sudah menemaniku selama 3 tahun di bangku SMA. Kita memiliki permasalahan perekonomian yang sama dan terpaksa harus berkerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membatu orang tua kita untuk mencari nafkah. Walaupin perekonomian keluarga Reta lebih baik daripada keluargaku. Kalau masalah uang kuliah sih kami mendapatkan bayar siswa jadi ya gak perlu pusing-pusing deh memikirkannya.
" Gila deh dosen! tadi padahal gue datangnya nggak telat telat amat, gue langsung diusir dari kelasnya!" ucapku kesal dengan berjalan beriringan melewati lorong lorong gang bersama Reta
" woy yang pikir nggak telat telat amat itu, lo datangnya lebih tiga puluh menit padahal lo tau kan tuh dosen, dosen killer malah lo samain dengan dosen lain , lo ngapain aja sih di rumah? gue aja berangkat bareng nggak mau," ucap sahabatku dengan nada kesal
" iya iya bawel, gue tadi itu tadi ketiduran pas lagi mandi dan lagian lo itu kalau berangkat ke kampus kepagian sih "
" salut gue sama e lo cuma ada satu dari seribu orang yang lagi mandi ketiduran! lo tau nggak gue itu sampai ke kampus udah kurang sepuluh menit" ucap Reta dengan nada yang meninggi.
Setelah itu keheningan terjadi diantara kita. Walaupun sih dia selalu memarahi aku tapi aku tau dia melakukan itu supaya tidak ada hal buruk yang terjadi padaku. Aku bersyukur memiliki teman seperti dia.
" Dif dif lo denger gak," ucap Reta menghentikan langkahku
" ada apa sih gue gak denger apa apa tuh"
" iih dengerin baik dong kayak ada bayi yang nangis" ucap Reta dengan nada serius
" jangan nakut nakutin deh lo"
" lo itu dengerin," ucap Reta sambil menjewer telingaku
" iya iya lepasin," ucapku dengan memukul tangan Reta agar melepaskan jewerannya dari telingaku
" kayaknya suaranya deketnya kost kita deh," ucap Reta menghampiri tempat pembuangan sampah di dekat kost
" kayaknya suaranya di dalam kardus itu deh"
" jangan ngawur kamu, mana ada bayi dimasukan kedalam kardus," ucapku menghampiri Reta
sssttsss
Kemudian aku dan Reta menghampiri kardus itu dan mengambil kardus itu dari tumpukan sampah. setelah di buka dan ternya isinya…
" bayi," aku dan Reta berteriak bersamaan
"gimana ini Dif, kita apain bayi ini, tetangga kita kan pada pulang kampung semua, ibu kost juga sedang di rumah sakit ngerawat ibunya," ucap Reta bingung dengan mondar-mandir kesana kemari
" tenang Ret, gimana kalau besok kita bawa ke kantor polisi supaya orang tuanya yang buang dia kena tangkap," ucapku dengan nada meyakinkan
" besok?" ucap Reta dengan nada kaget
" iya besok kalau sekarang kasihan dia, kita bawa kedalam, lagi pula besok kan gak ada kelas" ucapku yang disetujui oleh Reta.
Aku menggendong bayi kecil itu masuk. Anehnya setelah aku gendong bayi itu tangisannya langsung berhenti dan tertidur lelap. Bayi itu hanya dibungkus dengan selendang. wajahnya yang lucu membuatku tak tega membiarkannya diliar. Sungguh tega orang tua yang membuang bayi yang baru lahir. Apakah mungkin anak ini tidak diinginkan orang tuanya. Walaupun itu sih ya jangan dibuang ke tempat sampah juga kan lebih baik dititipkan di panti asuhan.
Aku letakkan bayi kecil itu perlahan lahan diatas tempat tidurku.
" kok bisa ya kamu gendong langsung berhenti nangis," ucap Reta dengan bingung
" entahlah gue juga gak tau, oh ya Ret lo beli perlengkapan bayi gih"
" ngapain sih besok kan dia diserahkan kekantor polisi"
" lo tega biarin dia dengan keadaan kotor kayak gini," ucapku dengan nada meninggi
" bukanya gitu, emang lo ada uang?"ucap Reta dan dijawab denganku dengan menggelengkan kepala
" gue cuma punya lima puluh ribu, itu aja untuk makan tiga hari kedepan" ucap Reta
" ini Ret," ucapku dengan menodongkan uang didepan Reta
" Apa?"
" buat beli perlengkapan dia"
" sudah gila kamu ya, satu bulan kedepan kamu makan apa?"
" kan ada kamu?" ucapku dengan wajah berbinar
" ujung ujungnya ngerepotin aku" ucap Reta dengan wajah sebal
hehe
esok harinya
aku memandikan dan menyiapkan dedek bayi, walaupun sulit sih, aku harus browsing ke google bagaimana cara memandikan, mengganti popok, menyiapkan susu formula. Tapi kesulitan itu terbayarkan dengan melihat wajah lucunya. Setelah itu aku bersiap siap.
" woy Ret lo molor terus gak bangun bangun! " ucapku sambil memukul Reta menggunakan guling yang berad di sampingnya
" iya iya gue bangun, tumben lo pagi pagi udah rapi, biasanya aja masih molor! " ucap Reta dengan nada mengejek
" jangan bawel lo udah sana pergi mandi! " ucapku dengan mendorong tubuh Reta ke kamar mandi
di kantor polisi
" Apa yang bisa saya bantu bu?"
helo pak maaf saya ini masih muda pak umur saya aja masih sembilan belas tahun masa iya dipanggil ibu, ini bukan anak saya pak ini anak nemu di tempat sampah. Saya cuma menggendong doang pak. Tapi kasian juga ni anak jadi nggak tega aku nyerahin dia.
" Saya mau ngelaporin atas kasus ditemukannya bayi di tempat pembuangan sampah," ucap Reta
" kalau begitu berikan bayi itu ke rekan saya"
" sini Bu saya gendong bayinya"
" maaf Bu gak jadi."
Setelah itu aku menarik tangan Reta keluar dari kantor polisi. Aku nggak tega melihat dia hampir menangis disaat aku ingin memberikannya kepada polwan itu. Seakan akan dia gak mau diberikan kepolisi itu dan menginginkan aku untuk merawatnya.
" Apa apaan sih lo ngapain pake lari segala," ucap Reta dengan nada tinggi
" gue mau merawat anak ini," ucapku membentak
" apa lo sudah gila, buat makan aja lo udah susah, lo sekarang ingin ngerawat anak hah!" ucap Reta dengan marah-marah
" baiklah kalau itu mau lo tapi, apa kata orang tuamu nanti? bagaimana reaksinya? lo nggak memikirkan itu!" ucap Reta dengan halus
" Gue gue akan menyebunyikannya! " ucapku dengan merangkul bayi kecil itu seakan akan barang yang berharga agar jangan sampai dicuri orang lain
" sampai kapan? " ucap Reta dengan nada yang sedikit meninggi karena sudah kehilangan kesabarannya melihat tingkahku yang kelewatan batas
" sa sam sampai sebisa gue melakukannya! " ucapku dengan nada tinggi
" pasti mereka sedikit demi sedikit luluh jika melihat anak ini! " ucapku menyakinkan Reta dengan ucapanku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments