Sudah lima hari sejak kunjungan Reta di apartemen. Dia aku suruh nginap gak mau katanya ' gue gak bisa, sibuk ' kujawab ' sibuk apa? pengangguran ' ' yaelah dari tadi lo ngomong pedes banget, ngajak tawuran? ' kujawab ' emang gue anak SMA suka tawuran ' begitulah percakapanku dengan Reta sebelum meninggalkan apartemen.
" Rian ayo bangun, udah kesiangan "
ya seperti biasa lah rutinitas ku setiap hari. Sesudah mandi aku siapin sarapan buat aku dan Rian, memandikan dan menyiapkan seragam Rian dan setelah itu mengantarkan Rian ke sekolah dan pergi ke restoran. Tapi untuk hari ini aku terlambat bangun dan hanya menyiapkan roti untuk sarapan. Jadi aku mengantarkan Rian ke sekolah telat 10 menit, semua temanya sudah masuk ke kelasnya masing-masing.
" Rian maafkan bunda ya gara gara bunda kamu telat," ucapku saat berada diluar gerbang sekolah
" dak papa unda"
" bunda antarin kamu ke kelas ya," Rian menjawabnya dengan anggukan. Aku mengantarkan Rian ke kelasnya
" permisi bu guru," ucapku saat berada di depan pintu kelas Rian dengan menggandeng tangan Rian
" iya bu," ucap guru Rian menghampiriku
" bu guru maaf Rian datangnya telat, saya tadi lupa nyalakan alarm"
" gak papa bu, sini Rian ayo masuk ke kelas "
" dadah unda," ucap Rian melambaikan tangannya dan masuk ke kelasnya
" ya udah bu guru saya permisi, terimakasih"
" ya bu sama sama"
setelah itu aku langsung pergi ke restoran. Aku sampai di restoran pada pukul delapan lebih empat menit yang artinya aku telat datang di restoran sekitar tiga puluh empat menit. Aku segera bergegas masuk ke restoran lewat pintu belakang. Dan bertemu mbak Tami diruang ganti baju setelah aku ganti baju.
" Maaf mbak aku telat"
" iya gak papa"
" mbak kok tumben jam segini restorannya sepi, saat aku lewat parkiran cuma satu kendaraan yang parkir"
" oh ya sampai lupa, aku disini nungguin kamu datang…"
" ngapain mbak nungguin aku?" ucapku dengan wajah penasaran
" aku ngomong jangan disela dong"
" iya maaf lagian penasaran," ucapku dengan cengengesan
" itu kamu dicariin sama laki laki bertubuh besar kayaknya sih bodyguard. Dia yang nyewa restoran ini saat nunggu kamu," ucap mbak Tami dengan antusias
" gak paham aku mbak," ucapku dengan menggaruk kepalaku
" kalau gak ya kesana," ucap mbak Tami mendorongku menuju tempat makan pelanggan
" tapi mbak baju?" ucapku memegang baju pelayan restoran
" gak papa pake aja"
Siapa sih yang mau ketemu sama aku? sepenting gitu ya sampai sampai nyewa restoran segala. Kayaknya sih kaya tuh orang buang buang duit banget. Seharusnya
daripada uangnya di hamburin buat nyewa restoran kan lebih baik diberikan padaku, mumpung aku banyak hutang nih, dengan senang hati aku terima. Orangnya itu kah banyak banget kirain cuma satu eh ternyata empat orang, galak galak sih.
" Maaf permisi pak ada yang bisa saya bantu?"
" dengan ibu Difa"
" iya saya sendiri, ada apa ya pak?"
" tolong ikut kami"
" kemana?" eh malah gak dijawab. Mau kemana sih buat aku penasaran aja bapak ini. Ya terpaksa aku ikut dia daripada nanti aku mati penasaran, trus nanti siapa yang mau tanggung jawab? setelah aku keluar dari restoran langsung disambut dengan mobil mewah warna hitam. Saat aku mau masuk ke mobil salah satu bodyguard tadi membukakan pintu mobil untukku. Kayak drama di TV TV yang sering aku tonton. Serasa seperti Upik abu naik kereta kuda eh ralat maksudnya mobil.
Sudah dua puluh menit aku menaiki mobil ini. seberapa jauh sih tempatnya, perasaan dari tadi gak nyampek nyampek. Apa jangan-jangan kita mau ke kutup Utara ya? kan aku mau bertemu ber uang dalam bentuk manusia. Tapi kalau ke kutub Utara masak pakai mobil sih gak banget tau. Tapi apa hubungannya sama kutup Utara ya? ih aku ngaco deh. Ini pasti kelamaan naik mobil mewah jadi seperti ini.
" Bu kita sudah sampai," ucap bodyguard yang tadi berada di samping sopir membukakan pintu untukku. Yang aku heran kan keempat bodyguard tadi naik apa? kok bisa ada disini duluan lagi.
" Lewat sini bu," ucap bodyguard menunjukan arah. Sepertinya lobby ini gak asing, kayak pernah kesini ya? tapi kapan?aku berjalan mengikuti bodyguard tadi. Naik lift kelantai lima belas. Setelah liftnya terbuka aku disambut dengan laki laki jangkung yang tampan dengan kaca mata berada di hidung mancungnya. Aku mengedipkan mata berkali-kali seperti mimpi, aku dijemput dengan makhluk setampan ini. Kalau memang ini mimpi tolong jangan pernah bangunin aku alarm.
" Silahkan bu" ucap laki laki itu membuka pintu ruangan. Saat aku masuk satu kata yang ada di pikiranku waw. Ruangan yang besar, sekitar empat kalinya apartemenku yang semuanya bernuansa abu abu dan putih. Bahkan kita dapat melihat pemandangan indah kota dari ketinggian, dan sebelah kiri dari ruangan tersebut terdapat sofa yang diduduki dengan angkuhnya oleh laki laki bertubuh jangkung dan jujur ya lebih tampan dari laki laki yang berkacamata di sampingku ini.
" Pak dia orang yang bapak tugaskan kepada saya untuk mencarinya," ucap laki laki di sampingku setelah menunduk hormat. Sebegitu pentingnya aku sampai dicari cari.
" kamu boleh pergi," perintah laki laki yang duduk di sofa. Setelah perintah orang tersebut laki laki di sebelahku menunduk hormat dan meninggalkan aku bersama orang angkuh itu.
" Silahkan duduk"
aku duduk bersebrangan dengan pria itu.
" Perkenalkan nama saya Andrian Sanjaya CEO perusahaan ini," ucap orang di depanku itu. Sebentar nama itu kayak gak asing tapi siapa? oh iya berarti orang ini yang memecatku seenaknya, makanya saat di lobby tadi gak asing.
" Oh bapak yang namanya Andrian Sanjaya, dulu saya sangat mengidolakan bapak, sampai nama anak saya terinspirasi dari nama bapak. Tapi saya menyesal pak, saya takut anak saya menjadi kayak bapak memecat karyawan seenaknya," ucapku dengan menggebu-gebu.
" Saya min…"
" sudah terlambat bapak minta maaf, nasi sudah menjadi bubur, saya sudah terlanjur sak…" ucapku memotong perkataannya.
" Saya minta kamu menjadi istri saya"
" eh, maksudnya gimana?"
" maukah anda menjadi istri saya?" ucapnya melipat tangannya
aku hanya melongo mendengar ucapannya. Orang ini kenapa ya? apa jangan-jangan dia baru bangun tidur jadi ngomongnya ngelantur gak jelas. Bisa aja sih dia kan tampan jadi gak kelihatan habis bangun tidur.
" Bapak serius?"
" saya serius, anak yang kamu besarkan itu anak kandung saya, saya hanya ingin memberikan keluarga lengkap pada anak saya"
ucapan pria itu membuatku merasa sedih dan tanpa kusadari aku menitikkan air mata. Aku sadar bahwa Rian bukan anakku tapi, aku menganggapnya seperti bagian dari hidupku. Mungkin suatu saat ibunya yang datang kepadaku. Apakah mungkin Rian mau bersamaku jika mengetahui kalau aku bukan ibu kandungnya? aku harus menghindarkan Rian dari keluarga kandungannya agar aku tidak kehilangan Rian. Biarkan untuk saat ini aku egois.
" Maaf pak saya tidak bisa, Rian sudah bahagia walaupun tidak sosok ayah disampingnya, permisi pak"
" aku akan memberimu waktu lima hari untuk berfikir," ucap orang itu menghentikan langkahku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments