" Rian!!! mbak Difa eh ada bapak" ucap Tina saat melihat aku, Rian dan pak Rehan masuk ke restoran
" ya sudah saya mau masuk keruangan saya"
" iya pak," ucapku
" dadah om Lehan," ucap Rian dengan melambaikan tangannya yang dijawab dengan lambaian dari pak Rehan
" mbak Rian nya sama aku ya"
" oke tapi gak ganggu kamu kerja kan?"
" gak la mbak Rian kan anaknya nurut dan pintar, iya kan Rian?"
" iya kak"
" mbak kayaknya pak Rehan suka sama mbak deh," ucap Tina
" jangan ngawur kamu!" ucapku menolak perkataan Tina
" apanya yang ngawur sih Dif?"
" eh mbak Tami"
" mana ada bos yang baiknya kayak begitu ke karyawan, aku aja sudah bekerja dengan pak Rehan lima tahun gak pernah tuh diperlakukan seperti itu," setelah mengucapkan itu mbak Tami pergi melanjutkan pekerjaannya.
Perkataan mbak Tami ada benarnya juga, aku kan selama ini diperlakukan berbeda dengan karyawan lain. Dulu mbak Riana aja bawa anaknya aja udah dimarahi habis-habisan dengan pak Rehan, padahal anaknya udah besar dan gak ngeganggu karyawan lain. Tapi mana mau pak Rehan sama aku, apa kelebihan ku wajah pas-pasan, kaya aja kagak, pinter aja enggak kira kira apa yang dia suka sama aku? ya gak ada sih. Mereka pasti salah paham, pak Rehan seperti itu karena kasihan sama aku, masih muda udah jadi orang tua tunggal dan paket plus nya korban PHK ngenes banget kan.
" mbak, mbak, mbak!!!, ngelamun aja mbak, ngelamun apa sih jangan jangan ngelamun pak Rehan ya?"
" apa apaan sih kamu"
" maaf maaf mbak permisi," ucap Tina dengan tertawa membawa Rian
Tapi rencana tak sebaik kenyataan. Tina tidak bisa menjaga Rian dikarenakan pada saat itu restoran sedang ramai. Jadi Rian duduk sendiri di kursi kosong dipojok kanan restoran dan sedang memegang buku. Aku selalu mengawasi Rian dari kejauhan walaupun sih dengan bekerja.
Saat aku mengantarkan makanan untuk segerombolan anak remaja laki-laki yang memakai baju putih abu-abu. Salah satu remaja tersebut menunjuk Rian.
" Tin Tin Tin lihat tuh"
" apaan sih lo, Tin Tin Tin, emang Lo pikir gue klakson mobil ( tttiiinnn ), lo kalau manggil orang yang lelap dong, nama gue Tino Saputra"
" iya iya gue tau tapi coba lo lihat anak itu! wajahnya sama persis sama Abang lo,"
" mana?"
" tuh," ucap pemuda memutar kepala pemuda yang bernama Tino
" eh apa apaan sih lo sakit nih kepala gue, lo mau tanggung jawab kalau sampai kepala gue putus?" ucap Tino dengan menengok kebelakang
" eh iya iya maap"
" eh iya ya Din, persis banget kayak foto copy an," ucap Tino dengan mengambil handphonenya yang berada didalam tasnya dan memfoto anak itu
" ngapain lo," ucap pemuda yang lain
" gue mau tunjukkin foto ini ke abang gue"
aku mendengarkan semua perkataan mereka. Perkataan mereka itu membuatku merasa takut, orang yang mereka bicarakan adalah orang tua kandung Rian. Dan sewaktu waktu Rian akan diambil oleh orang tua kandungnya.
Pada pukul 4.30 sif ku berakhir. Aku menghampiri anakku yang sedang asyik dengan bukunya dan mengajaknya untuk pulang.
" Rian ayo kita pulang nak"
" iya unda," ucap Rian dengan membereskan buku-bukunya
" sini biar bunda aja yang beresin"
Setelah itu aku menggandeng tangan Rian keluar dari restoran. Saat memegang kenop pintu restoran…
" mbak," ucap Tina memanggilku
panggilan dari Tina yang menghentikan langkah ku
" iya Tin ada apa?"
" mbak soal tadi aku minta maaf, aku udah janji temenin Rian eh malah gak aku tepatin, maaf ya mbak?" ucap Tina menyesal
" gak papa itu diluar kendali kita, Rian juga gak papa, iya kan Rian?"
" iya unda"
" ya udah kita pulang duluan"
" iya mbak ati ati"
Aku mengendarai sepeda motorku menelusuri jalan kota.
" unda becok kalau Ian cekolahnya libul kita kecana ya?" ucap Rian menunjuk taman hiburan yang kami lewati
" iya Rian, kalau bunda udah gajian kita kesana"
" makaci unda."
Walaupun jika aku dan Rian kesana maka akan menghabiskan satu bulan gaji ku dan gak ada untuk makan sehari-hari dan juga gak ada uang untuk ngirimin ke orang tua. Tapi gak
lah untuk Rian aku kan bisa pinjem ke mbak Tami atau ke pak Rehan, nanti cara bayarnya memotong gaji ku.
" Akhirnya kita sampai juga Rian," ucapku saat sampai di parkiran apartemen. Aku melepaskan helm Rian dan helm ku dan masuk ke lift apartemen. Setelah lift apartemen terbuka aku menuju ruang apartemenku yang terletak di ujung lorong. Aku mengambil kunci yang ada didalam tasku dan membuka pintu apartemenku. Akhirnya sampai juga aku melepas sepatu ku dan punya Rian dan meletakkannya ke rak. Setelah itu aku menuju kursi yang ada di ruang tamu. Dan menghabiskan waktuku sementara di kursi melepas rasa penatku dengan merentangkan tanganku yang ditirukan oleh Rian.
" Rian, ayo kita pergi mandi!" ucapku dengan penuh semangat
" ayo unda!!" yang dijawab oleh Rian tidak kala semangat.
Setelah memandikan dan mengganti pakaian Rian kini giliran aku mandi. Saat aku berada dimandi aku mendengarkan bel apartemenku.
" unda kayaknya ada olang datang," ucap Rian dibalik pintu kamar mandi
" Rian bukain pintunya, sebelum dibuka Rian lihat dari lubang kunci, jika Rian tidak kenal jangan dibukain, oke Rian"
" oke unda"
sebenarnya aku was was sih tapi mau bagaimana lagi. Aku mendengar suara Rian membuka kenop pintu yang disusul suara Reta yang membuatku sedikit lebih tenang.
" Rian bunda Difa dimana?"
" unda lagi mandi tante Leta"
" jangan panggil tante dong Ri, panggilan kak Reta oke"
" dak mau, tante Leta itu temannya unda, kata unda kalau manggil saudala pelempuan atau temanya unda halus panggil tante"
" wah wah gak bener tuh anak, gue harus komplain"
aku mendengar perkataan Reta membuatku tertawa sendiri. Mampus lo makanya jangan sok muda sendiri hi hi hi. Enak aja gue aja dipanggil bunda kamu juga harus dipanggil tante.
Setelah itu aku memakai pakaianku dan menghampiri Reta.
" E lo Ret, ngapain lo kesini? jangan bilang kamu mau numpang makan"
" jahat banget lo mbak, gini ya kalau udah jadi emak emak mulutnya pedes banget! temen udah lama gak ketemu ya seharusnya kan tanyain kabar kek atau buatin minuman, ini malah dibilang mau numpang makan!"
" iya terus ngapain kamu kesini?" ucapku duduk dikursi ruang tamu dengan merek berdua
" nih" ucap Reta meletakkan undangan pernikahan dimeja
" lo mau nih, selamat ya akhirnya ngelepasin status lo sebagai jomblo"
" bukan gue yang mau nikah, tapi adik gue!"
" adik lo ha ha ha, dilompati adiknya ha ha ha, ngenes banget lo dasar jomblo"
" tertawa terus terus, yang seharusnya tertawa itu gue masak jomblo ngatain jomblo, datang ya lo nemenin gue jadi jomblo"
" iya iya"
" Ian Ian," ucap Rian mengangkat tangannya
" iya Rian boleh datang sama bunda," ucap Reta mengelus kepala Rian
" kapan?"
" bulan depan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments