Chapter 11 "Back To Zero"

Haah…

Badanku sangat lemas. Sudah beberapa hari aku tidak makan walaupun mereka memberikanku makanan. Aku sama sekali tidak ingin memakan makanan dan minuman dari mereka.

Aku menggelengkan kepalaku. Aku masih tidak percaya mereka melakukan hal sekejam itu kepada Pak Riki. Membuat Pak Riki tidak bisa tidur dan dikurung ditempat yang tidak ada pencahayaan sama sekali hanya untuk kepuasan semata? Itu sangat tidak manusiawi.

“Sampai kapan aku akan berada di tempat terkutuk ini? Lalu apa yang akan mereka akan lakukan kepadaku?” Lirihku.

Aku mengucek kedua mataku. Aku tidak bisa berhenti menangis karena merasa sangat bersalah dengan kematian Pak Riki. Jika aku tidak bertemu Pak Riki, aku tidak akan tahu siapa musuh yang sedang kuhadapi dan aku tidak akan tahu bahwa sahabatku sendiri adalah anggota Cicada.

Ah, iya, bagaimana dengan Chika dan Rika? Aku sangat khawatir kepada mereka berdua. Apakah mereka akan baik-baik saja? Aku harap Cicada tidak melakukan hal yang aneh kepada mereka.

Drap…Drap...Drap…

Aku mendengar langkah kaki. Mereka berjalan ke sini. Kalau mereka menawarkan makanan atau minuman aku tidak akan sudi menerimanya kembali. Karena disetiap kebaikan yang mereka lakukan selalu ada hal buruk dibaliknya.

Drap…Drap…Drap…

Suara langkah kaki itu semakin mendekat.

“Tahanan Dirga, kau harus keluar dari sel penjara ini sekarang juga.” Ucap seorang prajurit.

Aku mengangkat kedua bahuku.

“Kenapa aku harus pergi dari sel ini? Aku sudah sangat nyamaaan berada di dalam.” Ucapku sarkas.

Clek!

Kunci pintu penjara dibuka. Sepertinya dengan terpaksa aku harus meninggalkan penjara ini. Aku tahu, aku tidak mungkin dibebaskan atau diberi peringanan hukuman, tapi aku akan diperlihatkan sesuatu atau menjalani eksperimen gila seperti yang menimpa Pak Riki.

“Kau harus bergerak cepat Dirga! Atau kutendang perutmu!” Teriak prajurit itu.

Aku berusaha berjalan sambil tergopoh-gopoh, badanku sangat lemas dan tidak bertenaga.

“Hey, bolehkah aku berjalan pelan saja? Aku tidak kuat berjalan cep-“

Bukkk!

Tubuhku terpental dan berguling di lantai. Rasa sakit mulai menjalar di perutku. Tch, dia benar-benar menendang perutku. Padahal perutku kosong dan perlu diisi dan bukan ditendang seperti tadi.

Uhukk!!

Uhukk!!

Aku terbatuk akibat tendangan itu. Rasanya sakit sekali. Aku bahkan tidak bisa berjalan kalau seperti ini.

Bukkk!! Bukkk!!

Prajurit itu menendang badanku berulang-ulang.

“Arghh! Baiklah-baiklah! Aku akan berjalan dengan cepat.” Ucapku sambil terbatuk-batuk.

Aku berusaha berdiri dengan seluruh sisa tenagaku. Aku penasaran, sudah turun berapa kilogram berat badanku. Tempat ini sepertinya sangat cocok untuk yang ingin diet dalam waktu sekejap.

Drap…Drap…Drap…

Aku berjalan sambil sempoyongan. Pandanganku juga perlahan buram.

“Ugh, haaah haaah….” Aku mulai berjalan terengah-engah.

“Jangan berisik Dirga! Kau ingin kuhajar lagi hah?” Teriak prajurit yang ada di depanku.

Orang ini sangat menjengkelkan. Jika saja aku memliki tenaga yang cukup, sudah hancur tulang tengkoraknya olehku.

“Bos sudah menunggumu Dirga. Kau pasti tidak sabar untuk melihatnya. Kau tidak perlu berkenalan dengan bos, karena kau sudah mengenal bos lama sekali.”

Aku menggelengkan kepalaku. Apa? Aku sudah mengenal pendiri Cicada? Siapa dia? Tidak ada lagi orang yang kukenal yang dapat dicurigai olehku.

“Jangan-jangan Rizky adalah pendiri Cicada?” Celetukku.

Hening sejenak.

“Hahahahaha…! Tentu saja bukan dia Bodoh! Dia hanya bocah beruntung karena bos dan entah kenapa bos sangat berharap besar kepadanya. Aku sangat tidak mengerti.” Ucap prajurit itu sambil menggelengkan kepalanya.

Drap…Drap…Drap…

Kami terus berjalan mennyusuri koridor panjang. Di sini banyak sekali sel penjara dan ruangan eksperimen. Cicada ini sepertinya sangat menyukai eksperimen-eksperimen aneh dan aku berharap aku tidak menjadi subjek eksperimen aneh itu nanti.

“Kita berhenti di sini. Di balik pintu ini adalah ruangan bos. Bos sudah menunggu di dalam aku harap kau akan menyukai reuni kecilmu bersama bos.”

Clek!

Prajurit itu membukakan pintu.

“Hey nak, selamat bersenang-senang! Jangan buat bos tersinggung ya!”

Aku menelan ludahku secara paksa dan mulai berjalan kedalam ruangan itu. Aku tidak tahu apa yag menungguku didalam, tapi aku akan terus berjuang demi masa depan manusia yang lebih baik.

Bersabarlah Chika, Rika, aku akan segera mengubah masa depan. Aku hanya harus tahu siapa dalang dibalik semua ini lalu kembali ke masa lalu dan membunuhnya.

Bersabarlah.

 

 

Clek!

Pintu di belakangku ditutup oleh prajurit itu. Ruangan ini sangat luas dan sangat nyaman. Ada TV besar ditengah ruangan, air conditioner, sofa lembut, lemari buku yang berisi ratusan buku tentang sains dan ilmu kesehatan.

“Andai saja kamarku sebesar dan senyaman ini.” Gumamku pelan.

Di dinding juga terdapat banyak pajangan piagam-piagam penghargaan. Orang ini sepertinya sangat berprestasi. Disamping pajangan piagam juga terdapat rak piala. Aku tidak mengerti kenapa orang sepintar dan secerdas ini ingin mendirikan Cicada dan menjalankan Rhythm 0. Apakah karena nafsu dan haus alami manusia?

Drap…Drap..Drap….

Aku mendekati rak piala itu.

“T-Tunggu…..”

Jantungku tiba-tiba berdegup dengan kencang dan napasku seketika sesak setelah melihat nama di piala tersebut.

“Irfan Cahya Wiguna…..” Ucapku pelan sambil berjalan mundur.

“Kau benar! Pendiri Cicada adalah Irfan Cahya Wiguna, dokter cerdas dan berambisi besar.”

Aku langsung membalikan badanku. Itu Dokter Irfan! Dia menggunakan jas lab, membawa stetoskop, rambutnya sudah sedikit memutih dan di jas labnya tertulis namanya sendiri.

“Halo Nak Dirga, apa kabar? Sudah lama ya, kita tidak bertemu. Selamat datang di rumah sakitku. Ah, lebih tepatnya sih di bawah rumah sakitku. Ini tempat eksperimen dan markas kami.” Dokter Irfan tersenyum.

“T-Tidak mungkin…. Tidak mungkin!!”

Tanganku mulai bergetar hebat. Aku sungguh syok dengan kenyataan ini karena Dokter Irfan adalah pendiri rumah sakit Cipta Cahya Darma. Dia masih menjabat sebagai kepala rumah sakit sampai sekarang. Fakta gilanya adalah selain dia menjadi kepala rumah sakit, dia juga ternyata menjabat sebagai ketua dan pendiri Cicada.

“Cicada… Cicada… Cipta Cahya Darma!! Kenapa tidak terpikirkan olehku sejak dulu! Arghhh…!!” Ucapku geram.

“Hahahahaha….!” Dokter Irfan tertawa melihat tingkah lakuku.

“Ya, terimakasih atas bantuannya selama ini Dirga. Karena donasi dari keluargamu kami berhasil membuat organisasi ini semakin besar dan berjaya! Semakin mendekati tujuan utama kami, yaitu Rhytm 0….”

“J-Jadi semua ini terjadi karena ulahku itu benar?” Aku mulai berkeringat dingin. Aku tidak tahu apalagi yang harus aku lakukan.

“Ya, itulah faktanya Dirga.”

“U-Ugh! Tidak mungkin! Tidak mungkin!””

Air mata mulai bercucuran kembali dari mataku. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya tapi aku tidak memliki energi yang banyak. Tenggorokanku juga sudah kering.

Puk…

Dokter Irfan menyentuh bahuku.

“Kau tahu siapa yang membunuh kedua orangtuamu? Ya itu aku, aku yang membunuhnya sendiri saat anak buah Pak Riki datang kemari. Mereka berdua sangat arogan dan keras kepala sekali. Aku tadinya menawarkan kebebasan untuk mereka asalkan bergabung dengan kami. Tapi ya mereka menolak tawaran itu mentah-mentah. Bah! Sombong sekali!”

“Aku mulai jengkel dengan sifat keras kepalanya. Lalu, saat pasukan Pak Riki datang, aku langsung membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri. Rasanya sangaaaat melegakan jika berhasil membunuh orang yang kau benci dan anggap menjengkelkan dengan kedua tanganmu sendiri. Hahaha.”

“Dirga, kau tahu ini semua salah siapa? Jika saja kau tidak meminta hal yang aneh saat ulang tahunmu, mungkin hidupmu akan normal dan kedua orangtuamu tidak akan mati sia-sia seperti ini.”

“Kau tahu Dirga? Kematian orangtua Chika juga salahmu. Kedua orangtua Chika awalnya merupakan anggota Cicada. Tapi mereka memberontak! Sehingga saat mereka melarikan diri, pasukanku menembaknya tepat di kepalanya. Hmmm, kalau Cicada tidak lahir mungkin keluarga Chika masih tetap utuh. Tidak akan ada Highway Murder Mysteries.”

“Sasha juga akan tetap menjadi Saras jika tidak ada Cicada! Dia tidak akan menjadi korban eksperimen cuci otak Cicada!”

Dokter Irfan berbisik kepadaku.

“Semua ini salahmu. Tidak salah lagi semua ini salahmu….”

Air mataku turun semakin deras. Sedih, marah, benci, dendam, semua bercampur aduk di dalam hatiku. Benar, semua ini salahku. Sekarang aku mengerti kenapa dunia memberikan force majeure kepadaku. Dunia ingin aku bertanggung jawab dan memperbaiki semua kesalahan yang telah kuperbuat.

“Dirga, teman-temanmu dibawa kesini juga karena ulahmu. Jika saja kau tidak menolak ajakanku kau mungkin masih bisa hidup dengan tenang bersama kawan-kawanku. Tapi kau malah tidak menghormati tawaranku.”

Tunggu, tawaran apa? Ajakan apa? Aku tidak pernah sekalipun mendengar tawaran atau ajakan yang ditawarkan oleh Dokter Irfan.

“Rizky, Sasha, masuklah!” Ucap Dokter Irfan.

Tiba-tiba pintu di belakangku terbuka. Sasha dan Rizky masuk secara bersama-sama. Tunggu, bukannya Rizky ditangkap juga saat di truk? Sebenarnya apa yang terjadi? Aku mempuyai firasat buruk tentang ini.

“Awalnya kukira Rizky adalah pemberontak karena telah menghilang beberapa hari dan terjadi serangkaian peristiwa aneh yang mengacaukan rencanaku. Tapi ternyata aku salah paham, itu hanya ulahmu dan kawan-kawanmu Dirga. Rizky berhak mendapatkan penghargaan karena berhasil menemukan kalian dengan kondisi hidup.” Ucapnya sambil melihat ke arah Rizky dan Sasha.

Dokter Irfan menarik napas panjang.

“Jujur, aku tidak mau membunuhmu karena sudah membantu banyak. Tapi, keputusanku sudah bulat. Rizky bunuh dia!” Dokter Irfan melemparkan pistol ke Rizky.

“Baiklah.” Ucap Rizky singkat.

Crek!

Rizky mengokang senjatanya dan mengarahkannya ke kepalaku. Aku yakin dalam beberapa detik lagi aku akan mati dan mengalami pengulangan waktu. Tapi, aku harus melakukan sesuatu terlebih dahulu dan mengakhiri semua ini!

“T-Tunggu! Dokter! Sebenarnya kenapa kau ingin mewujudkan Rhythm 0?” Tanyaku sambil mengusap kedua air mataku.

Dokter Irfan terdiam dan menutup kedua matanya.

“Tidak ada yang berhak mengetahui itu selain diriku sendiri. Rizky tembak!”

Aku memejamkan kedua mataku. Aku siap untuk mati.

Dor!!

Dor!!

Dor!!

Eh? Apa yang terjadi? Aku tidak merasakan sakit sedikit pun di seluruh tubuhku. Aku pun membuka kedua matamu dan melihat pemandangan yang mengerikan sekaligus memuaskan. Dokter Irfan mati ditembak oleh Rizky. Kepalanya berlubang dan perutnya dipenuhi oleh darah. Bahkan jas labnya yang berwarna putih seketika berubah menjadi merah.

“R-Rizky! Jangan-jangan kau ini berada disisiku?” Ucapku semangat.

“Tidak.” Ucap Rizky singkat.

Rizky memiringkan kepalanya, ekspresinya berubah menjadi ekspresi menyeramkan seperti yang ia ditunjukan di truk. Apa yang sebenarnya terjadi.

“Cicada sekarang menjadi milikku..” Rizky tersenyum aneh.

Aku menatap tajam ke arah Rizky.

“Apa yang kau katakan? Jangan-jangan kau hanya berniat untuk mengambil alih Cicada?” Ucapku dengan nada serius. Sementara di sana Sasha hanya diam berdiri di samping Rizky dengan wajah tanpa ekspresi. Aku menggerutu dalam hati.

Rizky tersenyum lalu tertawa terbahak-bahak.

“Hahahahahahahahaha…..!!! Ya! Tentu saja! Dari dulu sudah kutunggu momen ini! Momen dimana Irfan bodoh itu sangat percaya kepadaku dan berada di ruangan yang sama denganku tanpa ada satu pun pengawal!”

Aku mengepalkan kedua tanganku.

“Kau sudah sinting Rizky!”

Rizky berjalan mendekatiku sambil tetap tersenyum dan memasang ekspresi anehnya itu.

“Hahahahahaah..!! Dirga… Dirga… Kuucapkan terimakasih kepadamu. Kau akan menjadi umpanku untuk saat ini. Jika semua anggota Cicada mengetahui aku yang membunuh Dokter Irfan, mereka semua pasti akan membunuhku. Tapi aku bisa bilang bahwa ‘Dirga yang membunuh Dokter Irfan karena sebuah kesalahan di luar rencana’ maka aku bisa menjadi pemimpin Cicada.”

“Kau tahu Dirga? Kenapa aku menolongmu saat mobil Pak Riki kecelakaan? Itu karena aku memang pemberontak dan dua orang itu merupakan orang yang akan menawarkanmu kebebasan asalkan mau bergabung dengan Dokter Irfan. Mereka menembakimu karena hanya ingin bermain-main, mereka tidak akan mengenai satu peluru pun kepadamu.”

“Lalu aku membunuh mereka! Lalu aku melapor kepada Dokter Irfan bahwa kau dan Pak Riki yang membunuh utusan Cicada itu. Dokter Irfan langsung tersinggung dan ingin menyiksa kau dan kawan-kawanmu dengan cara yang kejam!”

Aku menggigit bibirku.

“Lalu…. setelah mengambil alih Cicada kau mau apa hah? Tetap melakukan Rhythm 0?” Ucapku kesal.

Rizky menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kau tahu Dirga? Aku sudah muak dengan semua manusia yang ada di bumi ini. Aku tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sedikit pun di dunia ini. Maka dari itu, daripada menjalankan rencana Rhythm 0, aku akan menjalankan rencaku sendiri. Rencana CHAOS.”

“Rencana pembantaian seluruh umat manusia. Aku bisa memanipulasi semua yang berada di Cicada dan dengan kekuatan super Cicada aku bisa menjalankan rencanaku hahahahha….!!”

“Dunia ini, akan diselimuti dengan…”

“K e p u t u s  a s a a n…”

Aku menelan ludahku secara paksa. Aku tidak tahu ternyata sahabatku segila ini. Aku sekarang mengerti, yang merusak tatanan dunia adalah Rizky! Bukan Dokter Irfan! karena walaupun Rhythm 0 terjadi, manusia tetap akan hidup dan tidak terjadi kepunahan masal.

“Aku harus mengulang waktu! Aku harus mengulang waktu!” Ucapku dalam hati.

Arrghhh…!

Brukk!!

Dengan sisa tenaga yang kupunya aku mendorong tubuh Rizky. Kami berdua pun jatuh dan berguling di lantai. Pistol yang berada di genggaman Rizky lepas dan terpental ke arah Sasha.

“Sasha! Tembak Dirga!” Teriak Rizky.

“Ya, tembak saja aku! Tapi, dia bukan Sasha, Rizky! Dia adalah Saras!!” Aku mencekik leher Rizky.

“U-Uhuk! S-Sialan kau Dirga!”

Brukk!!

Badanku diinjak oleh Rizky dan terpental. Jika saja tenagaku tidak habis, mungkin aku masih bisa menahan tendangan Rizky.

“S-Saras..? A-Arghhhh….!!” Aku memanggil nama lamanya. Berharap Sasha tersadar dari pengaruh cuci otak itu. Sasha tiba-tiba terjatuh. Sepertinya eksperimen ini belum sepenuhnya berhasil karena efek cuci otaknya masih bisa dilepaskan.

Argghhh…!!

Aku bangun lalu segera mengepalkan tanganku dan kembali berlari dengan sempoyongan ke arah Rizky.

Hup! Haah!

Aku melayangkan tinjuku ke arah Rizky namun semuanya dapat dihindari olehnya dengan mudah.

“Kau ini lambat sekali Dirga! Sangat lambat!”

Brukk!

Rizky menendang kakiku. Seketika aku kehilangan keseimbangan dan tubuhku melayang selama beberapa detik di udara dan jatuh ke lantai.

“A-Arghhh!” Aku mengerang sakit.

Aku melihat ke arah Sasha yang sekarang mungkin sudah sadar dan kembali menjadi Saras. Dia mengarahkan pistolnya kepada Rizky dan siap menarik pelatuknya.

Dor! Dor! Dor!

Peluru melesat dan mengenai perut dan kaki Rizky, untuk beberapa saat kemudian dapat dipastikan Rizky akan lumpuh.

“S-Saras! Kau tak apa?” Tanyaku.

Saras memegang kepalanya. Sepertinya dia masih berusaha melawan efek cuci otak yang ada di dalam dirinya.

“Tch, aku harus segera meninggalkan tempat ini!” Ucapku sambil bangun dan berlari ke arah Saras.

“Saras! Ayo pergi dari sini!” Aku menarik lengan Saras dan menendang pintu ruangan.

“Dirga…! Kemari kau! Jangan kabur!” Teriak Rizky.

Drap..Drap..Drap…

Aku berlari sambil menggenggam erat tangan Saras. Oke, sekarang aku mengetahui cara mengembalikan Saras. Aku hanya harus membunuh diriku sendiri dan mengubah masa depan.

Dor! Dor! Dor!

Tiba-tiba kami dihadang oleh prajurit Cicada. Mereka langsung menembakan peluru ke arahku dan Saras.

Brukk!

Saras mendorongku dengan paksa untuk tiarap.

“D-Dirga! Kita tidak akan bisa kabur dari tempat ini! Terlalu banyak penjaga di tempat ini!” Ucap Saras sambil tetap memegang kepalanya.

Aku menggeleng.

“Tidak perlu, aku hanya perlu membunuh diriku sendiri!” Ucapku.

“Kau ini bercanda ya?” Saras kebingungan.

“Sudahlah! Percaya kepadaku! Arahkan pistol itu kepadaku dan tarik pelatuknya! Maka semua ini akan baik-baik saja!”

Dor!!

Aku merasakan sakit tepat dileherku. Tapi ini bukan peluru berisi mesiu. Ini……

“P-Peluru bius…. P-Pasti ini ulah Rizky……”

Brukk!!

 

 

Aku membuka kedua mataku dan melihat ke seluruh penjuru ruangan. Tunggu, ruangan ini terasa sangat familiar. Tempat yang serba di cat putih, senjata tajam, aku pernah berada di ruangan ini. Ini Blank Room!

Aku ingat, sebelumnya aku berusaha mengulang waktu. Tapi, Rizky sudah terlebih dahulu menggerakan bawahannya dan berhasil membiusku.

Nyuuut~

Kepalaku tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa. Aku berusaha menggerakan tanganku untuk memegang kepalaku. Tapi anehnya aku tidak bisa bergerak sama sekali.

Nyuuut!

Rasa sakit ini terasa semakin parah. Pandanganku mulai memudar lalu otakku tiba-tiba mengingat memori-memori yang tidak pernah kualami, Déjà vu. Ah tidak! Ini memori-memoriku yang sebenarnya!

Aku tiba-tiba ingat aku telah melakukan banyak sekali pengulangan waktu. Beratus-ratus? Entahlah, aku tidak bisa menghitungnya. Ternyata saat aku berada di bus dan bermimpi aneh, aku sudah pernah melakukan banyak pengulangan waktu. Tapi, aku kehilangan memoriku karena aku menjadi gila. Menjadi gila karena Rizky.

“Jadi setiap aku bermimpi aneh dan terasa nyata itu adalah memoriku sebelum kehilangan ingatan? Lalu kenapa aku menjadi gila karena Rizky? Aku tidak bisa mengingat detailnya.” Ucapku dalam hati.

Nyuuut!

Kepalaku tiba-tiba kembali menjadi sangat sakit.

Jantungku berdegup dengan sangat cepat seakan akan meledak. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhku.

“Aku mengerti sekarang, aku menjadi gila karena Rizky menyiksaku secara terus menerus dan meperlihatkanku rencana CHAOSnya dimana manusia punah secara perlahan. Aku pun menjadi gila secara total lalu kehilangan memoriku dan mati.” Ucapku dalam hati.

Aku menelan ludahku.

“Ini adalah cabang dunia yang sama. Cabang dunia dimana aku kehilangan memoriku karena disiksa oleh Rizky….”

“Dirga tolong aku!”

Kulihat seseorang memanggil namaku di pojok ruangan. Aku memicingkan mataku. Tidak salah lagi itu Chika! Tubuhnya diikat dan tangannya dipenuhi oleh darah. Tidak salah lagi, ini adalah cabang dunia yang sama saat aku kehilangan ingatan.

Aku berusaha bangun dan ingin menghampirinya. Namun, tubuhku sama sekali tidak bisa digerakkan. Bahkan mulutku tidak bisa digerakkan sama sekali.

Sialan, ini benar-benar sama persis dengan memoriku yang ada di mimpi. Rizky, memasukkan obat pelumpuh ke dalam tubuhku sehingga dia dapat memperlihatkan atraksinya menyiksa Chika di hadapanku dengan tenang.

Ceklek!

Terdengar suara pintu terbuka. Seseorang datang membawa sebuah pisau. Berbeda dengan di mimpi, kali ini aku bisa menebak dia siapa walaupun orang itu menggunakan topeng. Dia adalah Rizky! Sahabatku yang ternyata adalah musuh utamaku.

Aku terdiam putus asa. Aku ingin berteriak sekuat tenaga tapi bibirku tidak bisa digerakkan sama sekali. Apa aku akan mejadi gila dan kehilangan memoriku kembali kemudian mati? Lalu terbangun di bus kembali tanpa tahuapa pun?

Siklus ini tidak akan berhenti. Siklus kematian ini akan terus berjalan sampai cabang dunia terus terbelah dan hancur. Ini lingkaran takdirku dan aku tidak akan bisa menghindari lingkaran setan ini.

Ya, selamanya tidak akan bisa….

“Dirga…!! Tolong aku…..!!!!!”

 

 

Kubuka mataku dengan cepat, keringat dingin mengalir deras dari pelipisku. Aku terhenyak, barusan itu apa? Mimpi? Tapi rasanya aku pernah merasakan hal itu, seperti déjà vu.

"Before Chaos"

Pip~

Aku menekan tombol power di tabletku. Tablet ini hadiah ulang tahun yang diberikan ibuku saat aku masih berada di sekolah dasar. Tablet ini sekarang jarang kugunakan karena ukurannya yang besar dan tidak praktis. Walaupun lebih enak saat menonton film atau bermain game, aku lebih suka menggunakan handphone biasa saat berpergian.

Aku berulang kali mengusap layar tabletku karena kesusahan mencari kamera.

“Ah ketemu!”

Tap!

Aku menyentuhnya dan segera menggunakan kamera depan tabletku.

“Ehem! Ehem!” Aku berdehem. Sudah seminggu suaraku menjadi serak seperti ini. Ah, rasanya tidak enak sekali.

Tap!

Aku menekan tombol rekam.

“Halo…” Ucapku sambil melambaikan tangan ke kamera.

“Aku tahu ini sangat aneh dan membingungkan. Tapi, saat ini aku tidak bercanda. Jika siapapun telah melihat video ini dan aku menghilang beberapa hari, berarti aku sedang terlibat dengan masalah yang besar. Toolong jangan cari aku dan tolong jangan terlibat sedikit pun dengan masalah ini.”

Aku menarik napas panjang.

“Aku bukannya ingin melakukan aksi bunuh diri seperti gantung diri atau minum cairan pembersih lantai. Tapi, aku terlibat masalah yang sangat rumit. Saking rumitnya aku tidak bisa menjelaskannya di video ini.”

“Aku tidak bisa mundur dari masalah ini sekarang. Aku harus menghadapinya dan menuntaskannya demi kebaikan semua orang.”

Aku tersenyum ke arah kamera.

“Aku mencintaimu Mah, Pah. Sampai jumpa di lain waktu…”

Tap!

Aku memencet tombol stop.

“Aku tidak bisa mundur dari masalah ini.” Ucapku pelan dan penuh keyakinan.

Pip! Pip!

Aku menerima notifikasi pesan singkat dari temanku.

“Saras, ayo. Kita harus segera bergegas. Kawan-kawan sudah berkumpul di tempat biasa. Jangan lupa membawa alat-alat yang kita perlukan nanti. Jangan lupa bawa obatmu juga. Aku tidak ingin mengangkatmu jika kau pingsan.”

Aku mengetik di handphoneku.

“Okkey dokkey, on the way.”

Send.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

AtinyRyesa24

AtinyRyesa24

sudah ku boom like sama ku bintang lima

2020-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!