Chapter 10 "CHAOS"

Brugg!!!

Kyaaahh!

Tubuh Chika tersungkur di tanah setelah didorong paksa oleh pasukan Cicada. Rencana kami sudah pastiakan gagal total. Jika saja saat itu Cicada tidak datang lebih cepat dari dugaan Pak Riki, kita semua akan sampai tujuan dan selamat.

“Cepat! Cepat! Cepat! Jika tidak peluru ini akan menembus kepala kalian!” Ucap salah satu pasukan Cicada sambil mendorong dan menodongkan senjata api ke kepalaku.

Aku mempercepat langkahku. Aku tidak ingin peluru itu bersarang di kepalaku dan memaksaku melakukan pengulangan waktu lagi. Sungguh, aku trauma dengan kekuatanku ini. Jika saja aku bertemu dengan jin yang bisa mengabulkan segala permintaan. Aku ingin dia menghapus force majeure ini.

Chika seggera bangun dan berjalan dengan lebih cepat. Ekspresi wajahnya sangat ketakutan. Jika saja tanganku tidak diborgol, dan tidak ada moncong senjata yang terarah kepadaku, aku pasti sudah menolong Chika.

“Tch, kenapa aku harus dibawa dengan keadaan seperti ini.” Gerutu Rika.

Karena Rika tidak bisa berjalan, dia diangkat menggunakan tandu. Jika diangkat menggunakan tandu saja mungkin Rika tidak akan menggurutu. Tapi tubuhnya dililit oleh rantai di atas tandu. Pasukan ini tidak ingin memberikan kesempatan kabur sedikit pun kepada kami.

“………”

Sementara Pak Riki hanya bisa terdiam dan tidak berkomentar. Seharusnya Pak Riki menikmati hidup diusianya yang beranjak senja. Tapi, dia malah memimpin organisasi yang menentang Cicada dan memikirkan banyak nyawa orang. Beban dan tanggung jawab di pundaknya sudah terlalu besar untuk orang seusia Pak Riki.

“Jika dunia ini mempunyai banyak cabang kemungkinan, mungkinkah aku menemukan cabang dunia dimana aku dan semuanya bisa hidup bahagia dan layaknya orang biasa?” Gumamku pelan.

Jujur saja, semangatku beberapa hari yang lalu telah hilang tuntas pada hari ini. Harapanku mulai terkikis perlahan karena semua kejadian gila dan tidak masuk akal ini. Ibu, Ayah, apa yang harus aku lakukan?

“Pasukan! Buka pintu truknya!” Perintah salah satu pasukan Cicada.

Mereka datang ke sini dengan membawa tiga truk kecil tertutup. Sepertinya kami semua akan dibawa ke markas mereka. Ya, mungkin ada untungnya bagiku karena bisa mengetahui rencana Cicada sebenarnya dan siapa pemimpin mereka.

“Hey kau! Ayok cepat masuk!”

Bruggg!!

Aku didorong dengan kasar untuk masuk ke dalam truk. Ugh, tangan dan kakiku terasa sangat sakit. Lalu kenapa truk ini memiliki aroma yang sangat busuk? Apa truk ini digunakan untuk membawa mayat orang-orang yang telah dibunuh Cicada?

Baiklah, lupakan hal itu karena disini masih ada hal yang jauh lebih mencurigakan.

“Yo Dirga! Sepertinya kita senasib  berada di truk busuk ini ya!” Ucap Rizky sambil tersenyum.

Mengapa dia bisa ada di sini? Lalu kenapa tangannya diborgol sama sepertiku dan yang lainnya? Bukannya dia merupakan salah satu anggota Cicada?

“Ah, sepertinya yang lain menaiki truk yang terpisah dengan kita. Aku berharap truk mereka jauh lebih busuk daripada truk yang kita naiki. Hahaha”

Yang benar saja! Disaat seperti ini pun dia masih bisa bercanda. Dia ini memang benar-benar Rizky. Baiklah,  aku tidak akan peduli, aku lebih peduli dengan alasan Rizky bisa sangat tenang disituasi buruk ini.

“Katakan padaku Rizky, mengapa kau ikut diborgol dan dibawa di truk ini bersamaku? Bukannya kau ini anggota Cicada?” Tanyaku kepada Rizky.

Rizky tersenyum dan terkekeh pelan.

“Hahaha mana kutahu Dirga. Mungkin, mungkin saja ya mereka ini ingin melakukan tindakan jahil kepadaku. Semacam prank yang menuduhku memberontak dan saat pranknya berakhir mereka memberikan hadiah besar untukku karena telah berhasil menangkap kalian semua.”

Aku menatap Rizky dengan sangat kesal.

“Kalau begitu kenapa beberapa menit yang lalu kau berusaha membunuh Pak Riki?” Ucapku jengkel.

Rizky menatapku sejenak dan tertawa.

“Hahahaha ayolah sobat! Jangan menatapku seperti itu! Kau sendiri tahu bukan bahwa aku ini orangnya humoris? Orang humoris itu disukai banyak orang, terutama wanita. Apakah kau ingin tahu rahasia bagaimana aku bisa merebut hati Sasha dengan cepat?”

Aku menggeleng. Mungkin jika kejadian gila ini tidak pernah ada, aku akan mendengarkan rahasia Rizky dan segera menggaet perempuan untuk kujadikan pacar.

“Oh, ayolah Dirga! Masa kau tidak ingin tahu rahasia merebut hati perempuan dengan cepat? Apa jangan jangan kau ini gay dan termasuk dalam komoditas LGBT ya?” Rizky menatap kujahil.

“Kau ini benar-benar menjengkelkan ya. Pertama, aku bukan gay atau LGBT. Kedua, aku tidak tertarik sama sekali dengan caramu itu. Ketiga, kau itu sangat menjengkelkan! Kau juga musuhku! Jadi berhentilah untuk berbicara padaku dan sok akrab kepadaku!”

Hening sejenak.

Sepertinya Rizky mendengarkan ucapanku dan berhenti berbicara kepadaku. Syukurlah, aku tidak akan merasa kesal dan jengkel untuk beberapa waktu ke depan.

“Hey, Dirga…”

Oke, dia ternyata tidak mendengarkan kata-kataku.

“Kalau…”

Hening.

“Kita membahas Cicada 3301, membahas rahasianya, membahas apa tujuannya…..”

Kembali hening sejenak. Sebenarnya apa yang Rizky rencanakan?

“M a u k a h  k a u  m e n d e n g a r k a n n y a ?”  Nada berbicara Rizky tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan.

“K a u  t a h u ? C i c a d a  s u d a h  m e r e n c a n a k a n  s e s u a t u ?"

Aku mengangguk.

“Rhythm 0….” Ucapku pelan.

Rizky mengangguk mantap.

“Benar! Tepat! 100 poin untuk Dirgatha Wijaya!!” Rizky kembali ke tingkah konyolnya.

Suasana kembali hening.

“Tapi Dirga, apakah kau tahu sesuatu tentang rencana lain Cicada?” Tanya Rizky.

Aku menggeleng. Jujur, aku hanya tahu rencana Rhythm 0, apakah Cicada mempunyai rencana lain yang sama gila dengan rhythm 0? Atau jangan-jangan sesuatu yang jauh lebih gila dari rencana Rhythm 0?

“Apakah kau tahu sesuatu tentang r e n c a n a  C H A O S ?” Rizky kembali bersikap aneh. Jujur, aku sangat tidak nyaman dengan sifatnya ini.

Dor!!

Suara tembakan memecah keheningan.

“Kalian berdua diamlah! Jika kalian berdua terus berkicau akan kulubangi kepala kalian berdua!” Teriak salah satu prajurit yang masuk ke dalam truk.

“Kita semua akan berangkat menuju markas! Selama diperjalanan tidak ada percakapan! Dapat dimengerti?” Tanya prajurit itu.

Aku mengangguk terpaksa. Jika saja prajurit itu tidak mengganggu, aku mungkin sudah mendapatkan informasi tentang rencana Cicada yang lainnya. Yaitu, rencana CHAOS.

Mesin mobil mulai menyala dan mobil mulai bergerak.

“Chaos.. berarti kekacauan bukan?” Tanyaku dalam hati.

 

 

“Dirga….! Tolong aku…..!”

Dengan segera kubuka mataku dan kusapu segala penjuru. Eh? Bukannya tadi aku berada di truk bersama Rizky? Tapi sekarang kenapa aku berada di tempat terkutuk ini lagi?

“I-Ini perkemahan! Apa aku melakukan pengulangan waktu lagi? Apa yang terjadi?” Ucapku panik.

“Dirga……!”

Aku mendengar seseorang meneriakan namaku. Aku segera berlari ke sumber suara tersebut. Suaranya cukup familiar, aku kenal suara ini!

“Kevin….! Dimana kau…..!!!”

Aku berteriak sekuat tenaga. Jika ini memang benar-benar pengulangan waktu. Aku harap, aku berharap bisa menyelamatkan Kevin dan Aisy-

“A-Aisyah….”

Harapanku seketika hancur ketika melihat tubuh Aisyah menempel dibatang pohon yang besar. Ya, dia ‘ditempel’ permanen oleh seseorang dengan pisau lipat. Di kedua tangannya, di pahanya, di perutnya.

“Ini pasti ulah Rizky dan Sasha!” Aku mengepalkankan tanganku.

Drap…Drap…..

“Kevin….! Kevin…..! Dimana kau?” Aku terus berteriak mencari Kevin.

Apa Kevin sudah dibunuh Oleh Rizky dan Sasha? Apakah aku gagal lagi menyelamatkan kawan-kawanku?

Puk~

Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku pun segera menoleh, ternyata seseorang yang kucari berada dihadapanku. Walaupun tidak dengan tubuh yangg lengkap ya, kepala Kevin sedang dipegang oleh seseorang yang berjubah hitam dan menggunakan topeng.

“Kau terlambat Dirga dan ini semua adalah salahmu.”

Aku memejamkan mataku. Tidak, ini bukan salahku! Ini salah Rizky dan Sasha! Salah Cicada!

“Hm? Ada apa Dirga? Apa kau merasa bersalah?”

Aku tidak menanggapi pertanyaan tersebut.

“Aku berikan ini untukmu sebagai kenang-kenangan…” Ujar orang itu sambil melemparkan kepala Kevin ke arahku.

Tuk~

Kepala Kevin menyentuh kakiku.

“Kau..Kau.. diam di tempat! Aku akan mengahajarmu!”

Aku berteriak dan berlari sekuat tenaga. Aku harus mengahajar orang itu! Aku sudah muak dengan semua kekacauan ini!

Aaaaarrghhh….!!

Aku melayangkan tinjuku kepada orang itu.

“Ugh!”

Kepalaku terasa pusing dan sakit. Aku memegang kepalaku dengan kedua tanganku dan rasanya tempat ini seperti berputar dengan cepat.

“Aarrghhh…!” Aku mengerang kesakitan.

Aku membuka mataku. Betapa terkejutnya diriku saat melihat semua yang ada di sekelilingku berubah. Pepohonan yang rindang, bulan yang bersinar, kepala Kevin yang menggelinding, semua tiba-tiba berubah menjadi tempat yang aku selalu membuatku nyaman.

“I-Ini kamarku!”

Tidak salah lagi ini adalah kamar tidurku. Tempat favoritku di dunia ini, tempat dimana aku bisa beristirahat dan melakukan hobiku dengan tenang.

“T-Tapi bagaimana aku bisa ada di sini?” Tanyaku pada diriku sendiri.

Clek!

Kriiieet….

Aku membuka pintu kamarku. Ah, suara engsel menyebalkan itu. Padahal aku sudah berkali-kali bilang kepada Mas Rohmat. Ah, lupakan itu, Mas Rohmat bukan lagi bagian dari kelurga ini. Dia musuh. Dia Cicada.

Tepat disaat aku membukakan pintu, Mbok Darmi melewati ruanganku.

“Nden… Ayok makan Nden, ibu dan bapak sudah menungggu dibawah ruang makan.”  Ucap Mbok Darmi dengan sopan.

Aku mengangguk dan tersenyum.

“Ya, aku kan segera ke ruang makan Mbok.”

Sungguh, ini terasa seperti kehidupan normal yang pernah aku alami sebelum kejadian gila ini menimpa diriku. Aku harap, semua kejadian gila itu hanya mimpiku semata dan aku baru bangun dari tidurku.

“Mbok kemarin sangat khawatir kepada Nden. Habisnya Nden kabur dari perkemahan dan pingsan di jalan. Untung saja ada warga yang baik dan menelepon Ibu dan Ayahmu.” Ucap Mbok Darmi dengan muka khawatir.

Tunggu, kemarin aku pingsan di jalan? Berarti kejadian gila itu tetap terjadi. Lalu apakah Chika ikut denganku?

“Anu… Mbok, apakah Chika sudah bangun?” Tanyaku kepada Mbok Darmi.

Mbok Darmi terdiam sejenak.

“Chika? Siapa itu Chika?” Mbok Darmi terlihat bingung.

Apakah ini cabang dunia yang lainnya? Soalnya Chika tidak berada disini. Lupakan itu, jika kejadian gila itu tetap terjadi kemarin, berarti di hari ini bisa terjadi hal gila di rumahku. Mas Rohmat. Ya, Mas Rohmat harus diamankan sebelum hal gila ini terjadi.

Brukkkk!!

Terdengar suara yang nyaring dari lantai bawah. Sudah kuduga, hal gila akan terjadi hari ini dan aku telat untuk mencegahnya.

“Mbok Darmi! Cari tempat perlindungan yang aman!”

“A-Anu… Apa yang terjadi Nden?” Mbok Darmi mulai ketakutan.

Aku menggelengkan kepalaku.

“Cepat Mbok! Sembunyi atau kabur lewat pintu belakang!”

Drap…Drap…Drap…..

Aku menuruni tangga dengan cepat. Aku harus menyelamatkan orangtuaku sebelum terlambat!

Crekk!!

“D-Dirga, cepat pergi dari sini Nak.” Ucap ayah pasrah.

Ibu dan ayah dikelilingi oleh empat orang dengan senjata berjenis assaut riffle yang sudah dikokang dan siap untuk ditembak.

“Kenapa kau malah diam Dirga? Lari! Lari!”

Air mataku mulai menetes, aku ingin menyelamatkan mereka, tapi aku tidak bisa melakukan apapun.

“Sesuai dengan perintah bos, jika mereka menolak. Eksekusi mereka!”

Dor…Dor…Dor…Dor…Dor…Dor….!!!

Puluhan peluru menembus tubuh kedua orangtuaku. Aku menutup mataku dan menggenggam erat kedua tanganku. Tidak bisa seperti ini! Tidak bisa seperti ini! Aku hanya ingin kehidupan normalku kembali!

“Cicada sialan!! Kembalikan kehidupan normalku!!” Teriakku sambil berlari ke arah pasukan Cicada.

Nyuttt!

Arrghhh!!

Kepalaku kembali pusing. Aku menutup mataku dan menggenggam erat kepalaku dengan kedua tanganku. Rasa sakitnya lebih parah dari yang sebelumya. Sebenarnya apa yang terjadi kepadaku? Oh tuhan, aku hanya ingin kehidupan normalku kembali.

Berputar, dunia rasanya berputar dengan cepat. Sebenarnya apa yang ingin dilihatkan force majeure kepadaku?

Hosh…Hosh…Hosh….

Aku melepaskan cengkraman kedua tanganku dan perlahan membuka kedua mataku. Dimana ini?

“I-ini kan rumah sakit tempat Marta dirawat…”

Tidak salah lagi ini tempat dimana Marta dirawat disaat-saat terakhirnya. Tapi mengapa aku berada di sini? Lalu kenapa rumah sakit ini sepi? Apakah tidak ada seorangpun di sini?

“Halooo….!”

Tidak ada jawaban, rumah sakit ini benar-benar hening.

Drap..Drap…Drap….

Aku berjalan di koridor rumah sakit. Rumah sakit ini sangat besar karena bantuan dari keluargaku. Rumah sakit ini mempunyai tujuh lantai dengan kapasitas sekitar sepuluh ribu pasien. Dokter yang berada di sini juga sangat profesional. Highclass untuk semua golongan masyarakat.

Drap…Drap…Drap….

Aku berhenti di depan sebuah ruangan. Di pintu ruangan tersebut ditulis ‘Ruangan C3’ ini ruangan dimana Marta terakhir dirawat.

Clek!

Aku membuka pintu ruangan tersebut. Aku masih bisa mebayangkan senyuman Marta disaat-saat terakhirnya. Dia benar-benar pasrah dan menerima takdir hidupnya. Sepertinya, Marta tidak merasakan sedikitpun penyesalan dalam hidupnya.

Drap…Drap…

Aku berjalan menuju kasur pasien dimana Marta dirawat dan duduk di dekatnya.

“Marta… apa yang harus aku perbuat? Apakah aku harus menerima takdir anehku ini? Apakah aku harus ikhlas dengan force majeureku ini?”

Drap…Drap…Drap…Drap….!

Terdengar suara langkah kaki dengan tempo yang cepat di luar ruangan. Bukannya rumah sakit ini tadi kosong? Siapa yang masuk?

Aku terus mendengar suara langkah kaki dengan fokus.

“Lebih dari lima orang, mereka sepertinya Cicada.” Ucapku dalam hati.

Brakk!!

Brakkk!!

Brakkkkk!!

Terdengar suara yang nyaring dari luar ruangan, sepertinya mereka memeriksa satu persatu ruangan di rumah sakit ini. Sialan, jika aku ketahuan aku bisa mati. Tapi aku tidak bisa keluar dari ruangan ini, karena jika aku keluar aku bisa habis ditembaki oleh mereka.

Aku melihat ke sekelilingku. Tidak ada tempat untuk bersembunyi.

Brakkk!!

“Target ada di sini!!” Teriak prajurit Cicada. Lebih tepatnya pasukan Elizabeth karena menggunakan jubah hitam dan topeng gas.

Drap..Drap..Drap….

Tujuh orang menyusul masuk kedalam ruangan. Kemudian mereka mulai mengangkat dan mengarahkan senjatanya ke arahku.

Clek!

Mereka mulai mengokang senjatanya. Apa yang harus aku lakukan?

Dor..Dor..Dor..Dor..Dor!!!

Setelah mendengar suara ledakan mesiu itu, dengan cepat aku berlari menuju kaca di ruangan ini. Aku tahu, ini lantai tiga. Tapi aku tidak mempunyai pilihan lain. Aku harus melompat.

Prangg….!!

Kaca itu pecah menjadi berkeping-keping setelah diterobos paksa olehku. Beberapa detik kemudian tubuhku melayang di atas udara. Terbang bersama burung-burung.

Aaaahhh…..!!!

Nyuuuut!

Brukk!!

 

 

Haaaah…!!!

Aku berteriak sekuat tenaga.

Apa aku mati saat terjatuh tadi? Sekarang dimana aku? Apakah aku melakukan pengulangan waktu kembali?

Bukk…!!

Tubuhku tiba-tiba terpental. Aku merasakan sakit yang teramat sangat dibagain pipi kananku.

“Sudah kubilang! Jangan berbicara atau kubunuh kau!”

Bukkk!!

Prajurit itu menendangku dengan sekuat tenaga tepat dibagian dada. Ugh, aku rasa tulang rusukku hancur semua.

“……”

Rizky hanya terdiam melihat aku yang ditendang oleh prajurit Cicada. Dia memasang ekspresi yang menunjukan ‘Kenapa berteriak dan berbicara ngawur sih?’ Dengan pukulan yang keras, ekspresi aneh Rizky, dan suara mesin mobil dapat dipastikan aku masih berada di truk dan menuju markas Cicada.

Tapi, yang tadi apa? Apakah itu mimpi? Tapi mimpi itu terasa seperti Déjà vu. Walaupun bisa disebut Déjà vu tapi itu terasa sangat nyata, bahkan aku bisa merasakan lelah, sakit, dan takut. Terutama saat di rumah sakit Cipta Cahaya Darma tadi.

Cuh!

Aku meludah. Gusiku berdarah akibat pukulan prajurit itu. Napasku juga menjadi sesak karena prajurit yang menendangku layaknya bola sepak. Tch, belum sampai markas saja aku sudah disiksa seperti ini. Apalagi ketika di markas, bisa hancur semua tubuhku.

“Kita sebentar lagi akan sampai di markas besar Cicada. Agen Rizky, aku harap kau bisa menjelaskan apa yang telah terjadi ke bos, kau adalah harapan kami semua. Jangan kecewakan kami.”

Rizky hanya mengangguk dan tersenyum. Aku yakin, Rizky pasti mempunyai suatu rencana. Apalagi setelah ia berbicara tentang CHAOS kepadaku dengan nada yang menyeramkan. Aku semakin yakin dia telah merencakan sesuatu yang mengerikan.

“Lalu kau, Dirgatha Wijaya. Aku yakin kau akan suka markas kami. Sangat menyukainya lebih dari markas milik kakek tua di mobil sana.” Ucap prajurit itu sambil tersenyum.

Aku menggigit bibirku. Ya, aku pasti akan sangat menyukainya.

“Nah karena kita sudah hampir sampai dan bos ingin membuat kejutan yang besar untukmu. Kau harus menutup matamu sebentar ya. Ah ya agen Rizky, aku izin bermain kasar ya dengan sahabatmu.”

Rizki mengangguk dan tersenyum.

“Kita pasti akan berjumpa lagi sobat.” Ucap Rizky pelan.

Buggg…!!

Buggg…..!!!

“S-Sial! Apa yang sebenarnya mereka rencanakan?” Ucapku dalam hati sambil menahan sakit.

Prajurit itu mundur mengambil ancang-ancang dan berlari dengan cepat ke arahku sambil mengayunkan kakinya.

“Sial….” Ucapku pelan.

Brukkk…!!!

 

 

Aku membuka kedua mataku dan melihat sekeliling. Ini bukan truk lagi, berarti aku sudah sampai di markas Cicada.

Uhukk!!

Uhukkk!!

Aku terbatuk-batuk. Ini pasti efek ditendang oleh prajurit itu. Urgh, rasanya sakit sekali.

Jeruji besi, lantai kotor, tangan masih di borgol, sudah dapat dipastikan sekarang aku sedang ditahan dan berada di penjara markas Cicada. Sebenarnya dimana markas Cicada ini. Ah ya! Aku punya ide! Aku bisa mengetahui dimana ini dengan menggunakan GPS, aku hanya memerlukan handphoneku

Aku merogoh sakuku. Eh? Kemana handhphoneku? Apakah mereka mengambilnya saat aku pingsan tadi? Pulpen pemberian orangtuaku juga hilang, aku mencebik. Padahal itukan benda berhargaku.

Urghh….

Aku mencoba berdiri walaupun seluruh tubuhku terasa sakit. Aku harus melihat keadaan di luar. Aku bisa melihatnya lewat celah jeruji besi dan memikirkan bagaimana caranya aku kabur dari tempat gila ini.

Aku melihat lewat celah jeruji besi. Tempat ini dipenuhi oleh jeruji-jeruji tahanan. Tapi aku tidak melihat dimana teman-teman. Dimana mereka ditahan? Apa hal buruk terjadi kepada mereka?

Jrug! Jrug! Jrug!

Aku mencoba mendobrak pintu jeruji. Tidak bisa, ini terlalu kuat.

Bruk! Bruk! Bruk!

Aku juga mencoba menginjak-injak lantai penjara ini. Tidak bisa digali, lantai penjara ini terbuat dari cor.

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk-ngetuk dinding penjara. Tidak terlalu kuat. Tapi, percuma saja tidak ada alat bantu yang kuat untuk menghancurkan dinding itu. Pulpenku saja diambil oleh mereka.

“Tidak ada celah sedikitpun untuk kabur dari tempat ini….” Ucapku sambil mengusap wajah.

Aku termenung sejenak. Apa aku harus menggunakan force majeureku dan mengulang waktu? Keadaan saat ini benar-benar kacau. Tapi tidak ada satupun alat yang bisa membantuku untuk bunuh diri. Tidak mungkin aku bunuh diri dengan cara menjeduk-jedukan kepalaku ke tembok bukan?

Bzzztt! Bzzttt!

Suara apa itu? Ah ternyata di ujung ruangan ini ada speaker dan alat itu tiba tiba menyala. Ada seseorang yang menggunakannya.

Bzzztt Bzzztt!

Aku mendengarkan speaker itu dengan fokus.

“Ehem! Halo Dirgatha Wijaya! Riki Rusmana! Chika Lestari! dan Rika Lestari!”

Bzzzztt! Bzzztt!

“Aku harap kalian semua menyukai tempat ini. Oh ya, perkenalkan, aku adalah pemimpin organisasi CIcada 3301! Pemimpin yang mempunyai rencana yang sangat besar untuk masa depan! R-E-V-O-L-U-S-I ! Aku akan membuat perubahan yang sangat besar di masa depan nanti!”

Aku menggigit kuat bibirku.

“Tch! Apa-apaan orang ini!” Gerutuku.

“Kalian semua pasti bertanya-tanya kenapa aku menangkap kalian semua? Pertama, karena kalian adalah benalu-benalu yang akan menganggu kelangsungan Cicada! Yang kedua, karena adanya Dirgatha Wijaya!”

Aku terkejut.

“Ya! Dirgatha Wijaya kau adalah tamu kehormatanku! Tapi dia meremehkanku dan menolak ajakanku secara sia-sia! Dia ini sama keras kepalanya dengan kedua orangtuanya! Keluarga Wijaya yang keras kepala!”

Hening sejenak.

“Dengarkan Dirga, semua teman-temanmu akan menderita di sini. Mereka perlahan akan jatuh kedalam rasa putus asa. Kau tahu ini karena siapa? Semua ini karenamu Dirga! Ini semua disebabkan olehmu! Bahkan Cicada ini terlahir karena ulahmu dan aku berterimakasih atas hal itu. Hahaha.”

Bzzztt! Bzzzztt!

“Bersenang-senanglah kalian di sini, anggap saja seperti rumah sendiri.”

Bzzzt!

Aku terdiam mendengar hal itu. Apa? Kapan dia menawarkan sesuatu kepadaku? Aku sama sekali tidak mengingatnya. Terlebih lagi mengapa Cicada muncul karena aku?

“Dia bohong kan?”

 

 

Aku membuka mataku secara perlahan. Sudah satu hari aku berada di dalam penjara ini. Tidak ada makanan, tidak ada minuman.  Aku hanya bisa diam termenung sambil berpikir bagaimana cara untuk keluar dari tempat ini. Namun itu sia-sia, tidak ada satu pun ide bagus yang muncul di otakku.

Gulp~

“Haus……” Lirihku.

Ketika haus seperti ini aku jadi teringat Kevin yang mencetuskan lelucon minuman berdosa. Ya, aku sangat suka dengan lelucon itu. Ah jujur, aku ingin melihat kelanjutan hubungan Kevin dan Aisyah. Apakah Kevin akan terus oveprotective kepada Aisyah? Atau malah sebalikya?

Aku mencoba untuk berdiri dan berjalan mendekati speaker  di ujung ruangan ini.

“Hey petugas, pengawas, pemimpin Cicada atau apapun itu. Berikan aku makanan dan minuman! Aku sudah tidak kuat lagi!” Teriakku.

“……”

Tidak ada jawaban. Tentu saja, karena mereka tidak bisa mendengarku dan  aku seharusnya tidak terlalu berharap mereka akan berbaik hati kepada musuhnya.

“Cicada sialan…..” Ucapku

Bzzztt! Bzzzttt!!

Speaker itu berbunyi. Apakah mereka bisa mendengarkan ucapanku?

“Tentu saja aku mendengarmu Dirga. Aku bisa mendengar ucapanmu. Tapi, rasanya sangat malas mendengarkanmu. Yang kau ucapkan hanyalah ‘sialan cicada’ ‘cicada gila’ dan semacamnya.”

Aku mengusap wajahku.

“Kali ini berbeda, aku hanya ingin makanan tahu….” Ucapku lemas.

“Ugh baiklah! Lagipula aku tidak ingin melihatmu mati. Aku ingin menyiksamu sampai puas terlebih dahulu!”

Aku mengepalkan tanganku. Orang ini benar-benar menjengkelkan.

“Kalau begitu cepat berikan aku makanan dan minuman!” Aku berteriak ke arah speaker.

Hening sejenak.

Bzztt! Bzzzztt!

“Baiklah.. baiklah… asal dengan satu syarat.”

Aku menggigit bibirku. Tentu saja mereka tidak akan memberikan makanan dan minuman secara gratis kepadaku. Mereka pasti ingin mendapatkan informasi kepadaku lalu mereka memberikan makanan dan minuman itu kepadaku.

“Dengar ya! Jika kau menginginkan sesuatu dariku aku tidak akan memberikan itu! Aku lebih baik mati kelaparan daripada mati mengkhianati teman-temanku!” Ucapku penuh emosi.

Bzzt! Bzzzt!

“Oh, baiklah, tadinya aku hanya memiintamu untuk tidur. Nanti makanan dan minumannya tiba-tiba ada di depan matamu.”

“Hanya itu?”

“Ya, aku serius”

“Oooh….” Aku mengangguk-ngangguk.

Bzztt! Bzzzztt!!

“………”

“Hey kapan kau mau tidur? Apakah aku harus menyanyikan lagu sebelum tidur untukmu? Atau menceritakan dongeng sebelum tidur?”

 

 

Aku membuka kedua mataku, yang terlintas pertama kali saat aku terbangun adalah makanan dan minuman. Orang itu bilang akan memberikanku makanan jika aku sudah tidur. Dia benar-benar tidak ingin memberikanku celah untuk kabur.

Aku melihat box berawrna hitam di ujung ruangan. Ekspetasiku adalah didalamnya terdapat makanan lezat dan hangat yang siap mengisi perutku dan minuman segar yang siap menyegarkan tenggorokan keringku ini.

Drap…Drap…Drap….

Aku langsung berlari mendekati box itu dan langsung membukanya.

“A-Akhirnya! Makanan! Minuman!” Aku berseru bahagia.

Di dalam box itu ada nasi goreng dengan satu telur mata sapi yang terlihat sangat menggiurkan dan satu kaleng minuman bersoda. Ah, mereka tahu saja aku ini sedang sangat haus dan menginginkan minuman yang segar.

Bzzzztt!! Bzzztt!

Speaker itu tiba-tiba aktif kembali.

“Hahahaha! Sepertinya kau benar-benar kelaparan ya Dirga!”

Aku tidak mempedulikan ucapa orang itu dan mulai memakan nasi goring itu. Rasanya lumayan. Ah, akhirnya perutku dapat terisi oleh makanan.

“Hey kau mengacuhkanku ya? Hah, bersenang-senanglah dengan makanan dan minuman mu untuk saat ini. Tapi, setelah puas bersenang-senang lihatlah tablet yang ada di box itu juga ya. Itu hadiah untukmu.”

“Tablet…?” Ucapku pelan.

Aku memeriksa box itu. Ah, ternyata benar ada sebuah tablet hitam didalamnya. Apa dia berusaha menghiburku dengan memberikanku sebuah tablet? Atau malah memberikanku kejutan yang mengerikan?

Aku menggelengkan kepalaku. Untuk sekarang aku harus menikmati makanan dan minumanku terlebih dahulu.

Trok!

Aku membuka kaleng minuman bersoda.

Glup glup!

“Ah segarnya….!” Ucapku riang.

Namun aku jadi terpikir, bagaimana kabar kawan-kawan? Apakah mereka mendapatkan makanan dan minuman juga sepertiku? Aku khawatir. Sangat khawatir terutama kepada Chika. Dia pada awalnya gadis yang sangat menyebalkan. Tapi kelamaan aku mulai mengerti dan perlahan mulai terbiasa dekat dengannya.

Dia temanku yang berharga. Kevin, Chika, awalnya aku menganggap mereka semua orang-orang yang menyebalkan. Tapi setelah kejadian besar ini aku jadi menyadari mereka itu baik dan bukan musuh dalam selimut seperti Rizky.

Lalu bagaimana dengan Sasha? Dia juga sebenarnya orang baik. Dia sangat berharga bagi Rian. Hanya saja dia dijadikan objek eksperimen oleh organisasi. Apa yang bisa kulakukan untuk mengubahnya kembali menjadi Saras?

Aku terus mengunyah sambil berpikir dan tanpa sadar nasi gorengku habis dilahap olehku. Perutku masih terasa lapar, tapi ini jauh lebih baik dari tadi.

Glup glup!

Aku menghabiskan minuman bersodaku. Oke, saatnya menyalakan dan melihat apa isi tablet ini. Semoga saja bukan sesuatu yang buruk.

Pip!

Aku menyalakan tablet itu.

“Ini… kamera CCTV?” Tanyaku pada diriku sendiri.

Ruangan ini pasti sangat gelap. Tapi kamera CCTV ini mempunyai kamera infra merah sehingga dapat melihat dengan jelas. Oh, ternyata aku bisa mengotrol CCTV ini. Aku menggerakannya untuk melihat apakah ada yang aneh dari ruangan ini.

Lalu aku melihat sebuah objek yang nampaknya aku kenal. Tunggu, itu manusia. Tapi kenapa dia bertingkah sangat aneh?

“Arrghh…!” Orang itu tiba-tiba berteriak dan meremas rambutnya.

Apa yang terjadi? Kenapa orang itu bertingkah sangat aneh?

“Uhh… huhuhu….” Orang itu mulai menangis dan mendekati kamera CCTV.

“T-Tolong aku! Lepaskan aku dari sini!”

Itu Pak Riki! Tapi dia sangat berbeda dengan Pak Riki yang aku kenal? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Pak Riki bertingkah aneh seperti itu.

“Pak Riki! Jika Bapak bisa mendengarkanku bertahanlah! Kita pasti bisa keluar dari sini dan menghancurkan organisasi ini!” Teriakku

Pak Riki terus-terusan menangis. Sial, sepertinya suaraku tidak bisa didengar olehnya.

Bzzzt! Bzzztt!

“Kau ingin tahu kenapa Pak Riki bersifat aneh?”

Aku mengepalkan tanganku dan mendengarkan orang misterius itu.

“Apa kau pernah mendengarkan ‘Russian Sleep Experiment’ Dirga?”

Aku terdiam dan menggeleng.

“Tidak, aku tidak tahu.”

Bzztt! Bzztt!

“Baiklah aku akan jelaskan. Russian Sleep Experiment adalah eksperimen yang dilakukan oleh Rusia kepada empat tahanan perangnya pada akhir tahun 1940. Biasanya manusia secara umumnya tidur sekali dalam sehari, tapi apa yang terjadi jika mereka tidak tidur selama behari-hari?”

“Tahanan perang itu diberikan gas stimulan sehingga mereka tidak bisa tidur. Sebelumnya para tahanan diijanjikan akan dibebaskan jika berhasil bertahan selama 30 hari. Ilmuwan melihat tingkah laku para tahanan dengan cermin dua arah dan mendengarkan suara mereka lewat speaker yang disediakan di ruangan eksperimen.”

“Kau tahu hasilnya bagaimana Dirga? Beberapa hari kemudian mereka mulai paranoid. Lalu, kelakuan mereka mulai menjadi semakin aneh. Mereka berlari-lari seperti orang gila dan yang paling aneh adalah ketika mereka melumuri cermin dua arah itu dengan kotoran mereka.”

“Sudah seperti binatang liar bukan? Hahaha…” Ucap orang itu cekikikan.

“Ilmuwan pun berdebat tentang eksperimen ini. Pada hari ke-15 eksperimen mengerikan inipun dihentikan. Gas stimulan dihentikan dan digantikan dengan udara segar. Tapi mereka menjadi semakin aneh. Mereka memohon kepada ilmuwan untuk kembali mengeluarkan gas stimulan.”

“Tentu ilmuwan merasa sangat aneh. Pada akhirnya beberapa tentara ditugaskan untuk masuk kedalam ruang eksperimen dan mengeluarkan subjek. Betapa terkejutnya mereka saat masuk ke dalam ruangan. Subjek melukai diri mereka sendiri, bahkan satu subjek mati karena memutilasi badannya sendiri. ‘Tidak ingin tidur’ itu jawaban aneh dari mereka saat ditanya kenapa menginginkan gas stimulan lagi.”

Hening sejenak.

“Dirga, aku tidak tahu kebenaran tentang eksperimen ini. Maka dari itu aku harus mencobanya demi mengobati rasa penasaranku. Lalu kau juga akan menjadi saksi tentang eksperimen ini. Kita lihat ya, bagaimana reaksi Pak Riki beberapa hari ke depan hahahahaha....!!” Orang itu tertawa dengan sangat kencang.

“Diam kau orang sinting! Akan kubunuh kau! Akan kukirim dirimu ke neraka! Arghhh!!” Aku berteriak penuh emosi.

Brukkk!!

Aku melemparkan tablet yang ada digenggaman tanganku. Tablet itu terbelah menjadi dua bagian. Sudah dapat dipastikan tablet itu rusak total.

Emosi menjalar diseluruh pembuluh darahku. Orang ini benar-benar sudah gila! Aku harus menghentikannya! Aku harus menggagalkan semua rencananya!

Brukk! Brukk!

Aku menendang-nendang jeruji besi.

“Keluarkan aku! Keluarkan aku dari sini sialan!” Aku terus menerus menendang jeruji besi.

Arrghhh!!

Brukk!

Aku memukul jeruji besi dengan sekuat tenaga. Darah bercucuran dari kepalan tanganku.

“Aku harus mengulang waktu! Aku harus mengulang waktu!”

Duk! Duk! Duk!

Aku menjeduk-jedukan kepalaku ke jeruji besi. Darah bercucuran dari dahiku. Rasanya sangat sakit tapi aku harus terus melakukan ini! Aku harus mengubah kesalahan ini!

Arrghhh!

Duk! Duk! Duk!

“S-Sial…. Pandanganku menjadi kabur….”

Brukk!

Tubuhku kehilangan tenaga dan terjatuh. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Aku bahkan tidak bisa menyelamatkan Pak Riki yang sudah menyelamatkanku sebelumnya.

Air mata perlahan menetes dari mataku.

“Bertahanlah Pak Riki…. Kumohon bertahanlah…..”

“Bertahanlah…..”

Pandanganku seketika berubah menjadi hitam pekat.

 

 

Dua hari kemudian….

“U-Uhh….” Air mata terus mengucur dari mataku.

Aku tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan teman-temanku. Badanku juga sangat tidak bertenaga karena tidak makan dan minum selama dua hari. Orang misterius itu juga tidak berkomunikasi denganku lagi. Sungguh, aku ingin membunuh orang itu dengan kedua tanganku sendiri.

Bzzzt! Bzzzt!

Speaker itu tiba-tiba aktif kembali.

“Halo Dirga! Apa kabar? Maaf ya aku tidak menghubungimu. Aku sibuk dengan rencana besarku haha. Oh ya, apa kau lapar?”

Aku tidak menjawab.

“Jika kau ingin makan aku bisa mengantarkan makanan dan minuman lagi ke sel penjaramu, kau juga akan mendapatkan satu tablet gratis lagi. Tapi untuk kali ini jadilah anak yang baik ya! Jangan lempar tablet itu lagi.”

Aku menggigit kuat bibirku.

“Diam! Diam! Diam! Tutup mulutmu dan bebaskan teman-temanku sekarang juga!” Aku berteriak penuh emosi.

Hening sejenak.

“Wah…Wah… Dirga marah besar dan berani mengancamku rupanya. Karena keberanianmu, maukah ka-“

“Diaaam…!!!”

Arghhh!

Bukk! Bukk!

Aku berlari dan melompat kearah speaker itu dan memukul-mukulnya.

“W… bzztt! Dirga sangat Bzztt!! Aku akan memberikan Bztt!!

“Berisik…!!”

Brukkk!

Aku menginjak speaker itu dengan emosi.

“Haaah….!!!” Aku berteriak penuh emosi.

 

 

Beberapa jam kemudian….

Gruduk.. Gruduk….

Aku mendengar sesuatu mendekat ke sini. Siapa itu? Tidak mungkin Pak Riki atau teman-teman yang lain bukan?

Gruduk… Gruduk…..

Suara itu semakin dekat. Aku langsung fokus dan bersiap untuk segala kejadian aneh yang akan terjadi.

“P-Pak Riki!”

Ternyata itu Pak Riki. Tapi, dia menaiki kursi roda dan dikawal oleh dua orang prajuirit yang sepertinya masuk ke dalam grup Elizabeth. Prajurit itu memutar silinder revolver terlebih dahulu lalu memberikannya kepada Pak Riki.

“Dirga… Pak Riki disini akan bermain game. Karena dia adalah subjek dari Russian Sleeping Experiment, maka dia juga akan bermain game dari negara Rusia. Namanya Russian Roulette. Cara bermainnya sangat mudah, bahkan anak kecil pun dapat memahaminya.”

“Pak Riki hanya harus mengarahkan moncong senjatanya ke kepalanya lalu menarik pelatuknya. Di dalam revolver ini hanya terisi satu peluru. Jika pelatuk itu mengenai silinder yang kosong selama 4 kali maka Pak Riki dibebaskan dari penjara ini.”

Ini permainan yang sangat berbahaya! Pak Riki tidak boleh melakukan ini!

“Pak Riki bersediakah kau memainkan permainan ini?”

Pak Riki mengangguk. Kondisinya sangat kacau, badannya sangat kurus, tatapan matanya sangat kosong dan terdapat kantung mata yang sangat jelas di bawah matanya. Pak Riki benar-benar menderita.

Pak Riki mulai mengarahkan Revolver ke kepalanya dan perlahan menarik pelatuk senjata itu.

“Ugh…” Aku tidak kuat melihat ini. Aku memejamkan mataku.

Ctek!

Pelatuk mengenai silinder yang kosong. Silinder pun berputar.

“Bapak! Pak! Bapak harus menghentikan ini! Ini terlalu gila!”

Pak Riki sama sekali tidak mendengarkanku dan mulai menarik kembali pelatuk senjatanya.

Ctek!

Aku merasa lega untuk sesaat. Jantungku berdegup dengan sangat cepat melihat aksi gila yang dilakukan Pak Riki.

“Pak Riki berhentilah! Kita pasti bis-“

Dor!!

Pelatuk mengenai silinder yang berisi peluru. Mesiu meledak dan peluru melesat menembus kepala Pak Riki. Darah berceceran kemana-mana bahkan beberapa mengenai bajuku.

“Pak Riki….!!!”

Brukk! Brukk! Bruk!!

Aku menendang-nendang jeruji besi.

“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Air mata mulai bercucuran.

Dua prajurit itu berjalan dan meninggalkanku dengan tubuh Pak Riki yang sudah tidak bernyawa.

“Ha-ah…! Haaaaaaaahhh……!!!!!!”

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!