Seperti rencana awal tadi waktu di pasar, aku sekarang sudah berjibaku di dapur. Salma dengan teman-teman yang lain pastinya sudah berangkat ke mushola, jadi dia tidak bisa membantuku. Di rumah ini sekarang hanya ada aku, Puput, sama Tika yang dapat tamunya siang tadi. Dan mereka bertiga sekarang masih sibuk dengan urusannya.
Mengandalkan tutorial dari video di YouTube, aku mulai mengikuti langkah demi langkah prosesnya. Sampai pada langkah terakhir, yaitu memasukkan jagung di wajan. Dan langung kututup dengan tutup panci. Supaya tidak melompat keluar.
"Oke. Tinggal tunggu beberapa menit" aku memilih menunggu dengan duduk di lantai. Melihat video-video lain di YouTube.
"Lagi masak apa Na?"
Tika yang tiba-tiba datang tanpa kuduga langsung membuka tutup pancinya. Belum sempat aku peringatkan, jagung-jagung itu sudah lebih dulu loncat-loncat keluar.
Pletak!
Aduh! Kena mataku!
Pletak!
Kena pipiku!!
"Waduh! Duh!" Aku dan Tika sama-sama heboh di dapur. Tanpa berpikir panjang kita langsung lari keluar dari dapur.
Ternyata, kehebohan kita membuat Puput keluar kamar.
"Ada apa, ada apa?!" Tanya Puput panik.
"Tika nih!" Dengan gemas aku memukul lengan Tika.
"Aw!! Sakit tahu Na!"
"Biarin! Jadi orang kok usil banget! Aku lagi masak popcorn malah dibuka tutupnya, kan jagung-jagungnya meloncat keluar semua!"
"Kamu buat popcorn Na?" Matanya Puput langsung berbinar-binar gitu. Karena masih dalam suasana kesal, aku hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Yaudah ayo! Kita buat lagi sama-sama" Puput menyeret tanganku menuju dapur. Tapi aku segera menghentikan langkahnya.
"Tunggu dulu! Udah selesai apa belum jagung yang tadi loncat-loncatnya?" Kataku.
Tapi sesaat kemudian, mataku dan Puput bekerja sama menatap Tika.
"Kenapa?" Dia heran.
"Coba kamu cek Tik!" Suruhku.
"Iya-iya!" Sambil menghentak-hentakkan kaki, dia berjalan menuju dapur.
Akal-akalannya Tika supaya enggak celaka, dia enggak langsung masuk ke dapur. Tapi menempelkan telinganya di tembok pembatas. Katanya mau dengar jagungnya masih lompat-lompat apa enggak. Setelah dirasa aman, dia mulai masuk ke dapur. Aku dan Puput masih menunggu di depan ambang pintu.
"Aman!" Kata Tika.
Dan dimulailah kita mengeksekusi jagung-jagung itu menjadi popcorn yang lezat. Bersamaan dengan matangnya popcorn itu, teman-teman mulai berdatangan. Kurasa, bau sedap langsung menggiring mereka ke dapur. Malah Iren dengan enggak tahu malunya langsung membawa satu toples ke ruang tamu.
"Wihh enak nih!"
"Lihat dulu siapa yang masak!" Aku, Tika, dan Puput dengan bangga langsung keluar dari dapur.
Yah dikacangin!
Mereka malah tambah asyik rebutan popcorn itu. Ya sudahlah.
"Enak nih kalau sama nobar" ucapan spontan dari Rendi membuat kita semua terhenyak sebentar.
"Setuju!"
Jadi ceritanya sekarang kita persiapan buat nobar alias nonton bareng. Kursi yang ada di ruang tamu kita pinggirkan, terus di tengah-tengah kita gelar karpet. Fahmi sudah siap dengan laptopnya, dan Rendi dengan cepat mengambil proyektor miliknya. Enggak habis pikir sih, kalau dia sampai bawa proyektor gitu. Tapi kata Rendi dia bawa proyektor emang untuk mendukung kegiatan pas sosialisasi.
"Mau nonton apa?" Tanya Alif.
"Film romantis!" Kata kita yang cewek-cewek kompak.
"Enggak! Enggak! Film horor aja! Gimana guys? Setuju gak?" Si Wahyu lagi ngompor-ngomporin anak-anak cowok.
"Setuju!" Ya jelaslah mereka setuju.
Kita sebagai kaum hawa yang selalu ingin menang dengan segala ke-maha benarannya tetap ngeyel dengan film romantis. Sedangkan yang cowok juga tetap teguh pendirian mau nonton film horor.
Jadilah kita sekarang adu mulut. Sama-sama melemparkan opini yang menyudutkan lawan. Mungkin Alif sudah geram kali ya? Jadi dia langsung menggebrak kecil meja. Dan kita mendadak diam seketika.
Alif tampak mengerutkan keningnya, sambil tangannya mengusap pelan dahinya. Lagi mikir solusi yang tepat mungkin.
"Nonton sendiri-sendiri aja gimana? Yang cowok sama film horornya, sedangkan yang cewek sama film romantisnya"
"ENGGAK!" kita semua menolak. Kan tujuannya mau nonton bareng, bukan nonton terpisah.
"Ya sudah kalau gitu suit aja! Yang menang yang berhak menentukan mau nonton film apa"
"Nahh... setuju!"
Akhirnya kita suit hanya untuk menentukan genre film apa untuk ditonton. Dari pihak cowok ada Abdul yang mewakili, sedangkan kita mempercayakan sama Rere.
Satu.
Dua.
Tiga.
Suit!
Oke masih sama. Mereka sama-sama mengeluarkan jempol.
Lagi-lagi.
Satu.
Dua.
Tiga.
Suit!
Sabar-sabar. Mereka masih mengeluarkan jari yang sama. Ulangi sekali lagi.
Suit!
"Sama lagi?!" Kita semua kompak gregetan.
"Coba deh suit jepang!" Saranku.
"Kertas, gunting, batu!"
"Yaakkk!!! Wuhuuuu!!" Iya deh yang menang girang banget.
Akhirnya dengan lapang dada kita yang cewek-cewek menerima kekalahan. Terpaksa malam ini harus siap-siap tenggorokan kering gara-gara jerit-jerit. Tapi sebelum menonton kita kembali ke kamar dulu. Membawa peralatan yang mendukung untuk menonton film horor. Ada selimut, bantal, guling juga ada. Sedangkan aku mengambil Palila, boneka panda dari Alif.
"Busett! Mau nobar apa mau kemah mbak? Ribet bener!"
"Berisik deh Ren!" Aku bongkar aibmu baru tahu rasa!.
Sekarang kita sudah siap di posisi masing-masing. Yang cewek ada di barisan depan, sedangkan yang cowok ada di belakang sambil senderan di tembok. Popcorn juga air putih sudah siap di tempatnya.
Alif sebagai operator tengah mengotak-atik laptopnya Fahmi. Mencari film yang bagus.
"Mi, punya film horor apa enggak? Kok dicari di file mana pun enggak ketemu?"
"Emang aku enggak punya film sama sekali di situ"
Alamakk!!
Kalau enggak ingat aku mau jadi lebih baik, sudah kulempar muka si Fahmi pakai proyektor.
Dari tadi anteng banget lagi.
"Bentar-bentar! Mau ambil flashdisk dulu. Aku punya banyak film kaya gituan" beruntung ada Ucup yang bisa diandalkan. Tak sampai lima menit dia sudah kembali.
"Nonton Suster Keramas aja yuk" ajakan si Ucup langsung ditolak.
"Mau nonton setannya, apa nonton adegan anu-anunya?"
"Anu-anu apaan Sit?" Aku yang memang belum pernah nonton film yang disebutkan Ucup jadi bingung waktu Sita bilang anu-anu.
Kan kata "Anu" itu satu kata beribu makna.
Iren yang berada di sampingku langsung menarikku ke arahnya. Membisikkan arti kata "anu" yang dimaksud oleh Sita.
"Eh enggak! Enggak! Nanti mataku ternodai"
"Kan film horor yang ditunggu-tunggu adegan itunya Na" ucapan Ucup ini langsung dihadiahi lemparan popcorn oleh teman-temanku. Sedangkan yang cowok cuma bisa menertawakan Ucup.
"Ini ada The Conjuring 2, nonton ini aja gimana?" Saran dari Alif langsung disetujui oleh semua.
"Boleh-boleh! Yang hantunya suka minta uang secara paksa itu kan?" Wahyu mulai ngereceh.
"Itu palak!"
"Palak itu bukannya buah yang kulitnya cokelat kaya sisik ular?" Indra malah ikut-ikutan.
"Itu salak!"
"Salak itu bu-..."
"NGOMONG SEKALI LAGI AKU LEMPAR MEJA NIH!!" Wuihh! Si Astri langsung keluar macannya. Sampai si Abdul jadi diam tak berkutik gitu.
"Hehehe... lanjut gih diputar filmnya" Dasar Abdul Dudul!
Waktu pertama-pertama masih biasa aja lihatnya. Tapi lama kelamaan sudah mulai tercium bau-bau kemunculan si setan. Semua sudah siap dengan pertahanannya. Palila sudah kuletakkan di depan muka. Takut-takut nanti setannya langsung muncul di layar. Kan bisa ditutupi pakai boneka.
Oke. Tenang.
Dari musiknya sudah ketebak nih valak mau muncul. Ayo cepet muncul! Biar cepat kelar!
Dalam hati aku sudah menghitung mundur detik-detik munculnya si valak.
Satu... dua... tiga
JRENGGG!!!
Lap!
"WAAAAAAAAA!!!!" Kita semua langsung menjerit sekencang-kencangnya.
Gimana enggak? Waktu setannya muncul pas banget tiba-tiba lampunya mati.
Wow. Sangat dramatis sekali. Pikirku.
Aku meraba jantungku. Memastikan apakah berada dalam posisi yang benar apa tidak.
Deg.
Deg.
Oke. Masih di dada sebelah kiri.
Aman.
"Ini pemadaman listrik apa saklarnya yang bermasalah?" Tanya Alif setelah mem-pause film nya.
"Enggak tahu" kayanya semua geleng-geleng kepala.
Iyalah masih kayanya. Orang gelap semua. Enggak ada satu pun wajah mereka yang kelihatan.
"Temen-temen! Yang bawa HP tolong dihidupin dong flash-nya! Gelap banget ini" pintaku.
Satu per satu lampu flash dari HP mulai nyala. Ada yang menoel bahuku dari belakang. Ketika aku berbalik.
"ALLOHU AKBAR!!" Palila yang kugenggam erat langsung terlempar entah ke mana saking kagetnya.
"Rendi kampret!!" Aku pukul terus badannya.
Biar kapok!
Salah sendiri tadi mukanya dibuat serem dengan lidah melet terus bola mata yang dibuat putih semua. Mana flashnya ditaruh di bawah dagu lagi.
Kan mirip setan!
Nih anak emang hobi banget deh jahilin aku. Bikin jantungku berasa mau copot.
"Rendi! Jangan bercanda!" Nah loh! Rasain dibentak sama pak ketua.
"Sekarang ikut aku keluar. Kita cek saklarnya"
"Yang lain aja Lif!"
"Iya Lif yang lain aja. Rendi kan penakut!" Aku berusaha memanasinya.
"Aku beraninya ya! Ayo Lif! Berangkat!" Tuh kan. Cuma digituin sudah panas duluan.
Tapi, baru saja mereka berdiri dan hendak meraih pintu.
Klontang!
"Emakk!!!" Si Rendi dengan sigap langsung meluk Alif.
Cih. Cowok penakut!
"Apaan tadi?" Oh iya lupa. Iren yang duduk di sampingki ini kan juga penakut tingkat akut.
"Enggak ada apa-apa ren, palingan juga kucing" mendengar penuturanku Salma langsung heboh.
"Kucing?! Rendi coba kamu lihat di dapur, itu kucingnya nyolong ikan apa enggak?!" Langsung deh jiwa emaknya keluar. Dalam situasi menyeramkan begin masih sempat-sempatnya mikirin lauk.
Dengan langkah takut-takut, Rendi menuruti apa kata Salma. Tiga menit kemudian dia sudah kembali.
"Ikannya masih aman kok! Tadi cuma panci yang jatuh. Mungkin kesenggol sama tikus" konfirmasi dari Rendi membuat Salma bisa bernapas lega.
Kemudian kita sekarang semakin merapatkan diri satu sama lain. Beruntung cowok-cowok dalam kelompok ini enggak ada yang berani ngambil kesempatan dalam kesempitan. Meskipun otak mereka ada yang sudah terkontaminasi begituan.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di jendela membuat kita semua refleks mengarahkan flash ke jendela.
"AAAAAAAAAA!!!!! HUAA!!"
Kali ini lebih heboh dari mati lampu tadi. Jantungku juga berdetak berkali-kali lipat lebih kencang. Kita semua otomatis langsung menjauh dari jendela. Merapat ke lemari sebagai pemisah ruang tamu dan ruang tengah. Saking mepetnya, mungkin lemari ini bakal ambruk sebentar lagi.
Gila!!!
Kita melihat penampakan di jendela!!
Demi apa coba?!!!
"Mbak-mbak! Mas-mas! Ini Pak Karto! Tolong dibuka pintunya"
Ha? Kita jadi noleh satu sama lain.
Jadi tadi itu mukanya Pak Karto yang sedang melihat dari jendela?
Huft!
Setidaknya tidak ada hal-hal menyeramkan yang akan menimpa kita di desa ini.
Setelah pintu terbuka, Pak Karto masuk lalu meminta maaf telah membuat kita kaget.
"Saya lupa tadi siang mau ngasih tahu kalau sekarang waktunya pemadaman bergilir. Jadi ini saya bawakan lilin buat mas-mas dan mbak-mbaknya" Fahmi menerima dua pack lilin itu. Setelah itu kita berterima kasih, lalu Pak Karto pamit untuk pulang.
"Jam berapa sekarang?" Tanyaku.
"Masih jam delapan. Gimana? mau lanjut nontonnya?" Ucup nantang banget deh.
Sok berani banget dia. Padahal aku dengar tadi teriakannya juga enggak kalah kencang sama yang cewek.
"Enggak! Enggak! Udah pada pulang sana! Udah. Horornya berhenti sampai di sini!" Setuju sih sama Iren.
Akhirnya kita sudahi acara nobar yang gagal di tengah jalan ini. Setelah berkemas, anak-anak cowok kembali ke rumahnya. Sedangkan kita yang cewek-cewek malah bentuk formasi kereta-keretaan. Tangan kita saling terhubung dari pundak satu ke pundak lainnya untuk menuju ke kamar masing-masing.
Duh. Suasana horornya masih kerasa banget lagi.
Posisi tidur kita yang biasanya berjauhan sekarang jadi merapat. Dengan terpaksa kita memejamkan mata. Bisa enggak bisa harus tertidur. Berharap semoga malam cepat berlalu dan berganti dengan cerahnya mentari pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Alza Aal
terima kasih author aku ketawa di part ini 😂
2022-09-19
0
Na Han
padahal nunggu nunggu adegan yg cewek nemplok ke para cowok2,berharap ada uwuw uwuww gituu😁😁
2022-03-13
0
MeliMelo💦
Yaa allah rendi sampe peluk alif.....Wkwkwkwkkk
2020-09-30
0