TWENTY
Bis akhirnya memelankan lajunya, bersiap-bersiap berhenti karena sudah tiba di tempat tujuan. Bis ini membawa 20 mahasiswa dan mahasiswi yang tergabung dalam Kelompok Kerja Nyata (KKN) salah satu universitas ternama di Jawa Timur. Aku salah satunya.
Perkenalkan namaku Nala Ayu Kinanti, panggil saja Nala. Seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Sastra Inggris. Entah bagaimana nantinya, 20 orang yang dengan berbagai macam karakter dan kepribadian diharuskan bekerja sama selama satu bulan ke depan. Beruntung saja aku tipe ekstrovert, berhadapan dengan orang baru tentu bukan masalah besar bagiku.
Untuk saat ini aku mulai akrab dengan Salma, mahasiswi satu fakultas denganku. Hanya saja dia dari jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Penampilannya yang mengenakan gamis serta hijab yang lebar sejalan dengan pribadinya. Anaknya kalem, agak pendiam, tapi nyambung kalau diajak bicara.
"Na, tas kamu mana sini! Biar abang bawain!" Nah kalau ini namanya Radit, tipikal cowok buaya. Semua cewek juga diperlakukan sama seperti aku, dibuat merasa istimewa sampai melambung di atas langit lalu dihempaskan begitu saja ke dasar bumi.
Bukannya aku kenal dekat sampai tahu busuknya dia seperti apa. Nama Radit di seantero pelosok kampus memang sudah terkenal. Dan ternyata, aku satu kelompok dengan cowok ini.
"Nih sama koperku, sekalian sama punyanya Salma. Aku mau turun dulu. Bye! Ayo Salma!" segera aku menarik tangan temanku untuk meninggalkan bis.
"Kamu kok jahat banget sih Na, kasihan tahu Radit ngangkat segitu banyaknya"
"Lah, tadi dia sendiri kok yang menawarkan. Kasihan kalau ditolak" ujarku sembari cengengesan.
Selesai turun, kita semua disambut oleh Pak Karto. Salah satu perwakilan warga desa yang akan membantu kami sebulan ke depan. Kita berkumpul mendengarkan instruksi dari Pak Karto. Beberapa menit berlalu dan Pak Karto meninggalkan kita menuju kediamannya yang katanya berjarak 300 meter dari sini.
Rumah sementara yang akan kita tempati antara cewek sama cowok berdampingan. Dalam satu pagar juga. Mungkin pemiliknya dulu masih satu keluarga. Dan kalau dilihat-lihat, rumah sementara ini tampak cukup nyaman. Terdapat pohon mangga dan rambutan di samping kiri dan kanan. Pekarangannya juga lumayan luas.
Sibuk mengamati sekeliling, membuatku tidak sadar jika Pak Karto telah pulang dan teman-teman sudah mulai memasuki rumah.
"Nala!" Interupsi seseorang kepadaku.
"Eh iya?"
"Cepat masuk! Lebih cepat beres-beres lebih baik. Nanti bilangin anak-anak cewek kalau sudah selesai langsung kumpul di teras" ekhm! Kalau yang ini namanya Alif Muhammad. Ketua kelompok kami. Wajahnya mirip bule Arab, tubuh yang sempurna, wibawa yang terpancar di setiap perkataannya. Itu semua adalah turunan dari bapaknya yang tentara.
"Na?"
"Eh iya!" Haduh ini mata kok jelalatan banget sih!.
"Ini aku mau masuk ke dalam, nanti aku ngomong ke temen-temen kalau udah selesai" segera aku melenggang meninggalkan dia.
Aku berjalan menuju kamar yang masih kosong. Berhubung terdapat dua kamar tidur jadi kita dibagi menjadi dua. Yang satu kamar diisi empat anak, dan yang satunya diisi lima anak. Tentu saja aku langsung berbagi kamar dengan Salma, lalu ditambah Iren dan Tika.
"Tik, kasurmu agak geser sedikit dong! Sempit nih!" Protes Iren.
"Badan kamu aja Ren yang emang gede. Kalau aku geser-geser terus bisa nabrak pintu nih!" Haduh Tika, kalau ngomong kok suka bener. Wkwkwk.
"Badan gede begini berarti tandanya emak sama bapakku sukses mensejahterakan anaknya. Lha emang kamu Tik? Badan kurus kerempeng macam stik es krim" ya emang sih, kalau Iren sama Tika dijejerin gitu bisa bentuk formasi angka sepuluh.
"Sudahlah Ren, Tik! Cuma masalah tempat aja nggak perlu ribut. Tika, kamu bisa agak geser ke samping sedikit, nggak bakalan nabrak pintu kok. Kasihan Iren kalau kesempitan" Tika pun mengikuti perintah Salma. Memang ya, aura keibuan dari Salma itu ketara banget. Bakal jadi ibu asrama deh ini.
Jadi kita posisi tidurnya saling berhadapan. Dua di samping kanan dan dua di samping kiri dengan posisi saling beradu kaki.
"Aaaaaaa!!!!!!!" Suara teriakan terdengar dari kamar sebelah.
Ada apaan sih?
Suara cempreng bak guntur di siang bolong seperti ini. Siapa lagi kalau bukan Gea.
Bukannya enggak suka sama cewek satu ini tapi memang dari awal pembekalan KKN di kampus, aku merasa dia memang tidak menyukaiku. Pernah waktu itu aku mengajak berkenalan, eh dia dengan enggak sopannya memutar bola mata kepadaku. Siapa tidak kesal coba?
"Ada apa sih Ge?" Pertanyaan Iren mewakili kami berempat selaku penghuni kamar sebelah yang merasa terganggu.
"Tuh! Itu tuh! Ada ulat bulu!" Benar saja, kulihat ada dua ulat bulu berwarna merah dan hitam berukuran besar tengah berjalan-jalan santai di lantai kamar.
Aku yang melihatnya bergidik ngeri. Tampak teman-temanku yang lain berada di depan pintu kamar dengan wajah menegang.
"Cepet panggil anak cowok buat buang itu!" Panik Sita, si cewek paling cantik menawan, dengan badan semampai aduhai.
"Halah!! Enggak perlu manggil anak cowok. Cuma beginian aja apa susahnya sih" Tika maju bagai pahlawan kesiangan, mengambil beberapa lembar tisu dan mengambil dua ulat itu dengannya.
Hebat! Ini cewek enggak ada takut-takutnya sama sekali.
"Cepet dibuang itu Tik! Ngapain masih kamu pegang-pegang!" Nah, sampai Astri si cewek muka datar, tatapan lempeng, si super pendiam seribu bahasa kini menampakkan ekspresi ketakutannya.
Ini kok aku pengen ketawa ya, masa sih ekspresi pertama yang kulihat dari Astri malah ekspresi takut dengan kontur muka enggak terkondisikan begitu? Jatuh sudah citra Ice Girl yang selama ini kamu bangun As!
"Masa sama ulat imut ini kalian takut sih?" Tika sepertinya akan bertindak jahil.
Dia mulai berjalan ke arah kita sambil menunjukkan ulat-ulat itu.
Kita yang sudah takut setengah hidup langsung lari kocar-kacir entah ke mana. Dan dengan kampretnya, si Tika malah mengejar sambil tangannya di acung-acungkan.
Pluk!!
"AAAAAAAAAAAA!!!!" Ulat itu jatuh di lengannya Puput, karena kaget dan takut si Puput melempar ulat itu ke sembarang arah dan tepat mendarat di pipi gembul Iren. Sontak saja ulat itu langsung dikibaskan dan jatuh ke lantai dan diinjak oleh Iren tak berperikehewanan.
"TIKAAAAAA!!!!!"
Setelah beres-beres, sesuai yang dikatakan Alif tadi kita semua berkumpul di teras rumah para cowok karena memang memiliki teras lebih luas.
"Loh, yang ceweknya kok cuma tujuh? Mana Iren sama Puput?" Si buaya buka suara.
"Lagi di kamar, habis kena ulat. Kasihan banget badannya bentol-bentol" Gea dengan gaya centilnya.
"Kok bisa?" Alif rupanya berminat untuk ingin tahu.
"Gara-gara Tika tuh! Ulat dibuat mainan. Jahil banget jadi orang!" Sewotku mulai kambuh. Dan dengan santainya Tika cuma nyengir kuda. Pengen aku tabok mukanya.
"Ya sudah kalau begitu. Sekarang kita bahas perihal program yang akan kita laksanakan sebulan ke depan"
Oke, jadi kita cuma mematangkan program yang sebelumnya memang sudah dibahas pada waktu pembekalan sambil mengecek kembali perlengkapan kelompok yang khawatirnya ada yang ketinggalan. Sekaligus juga sebagai ajang untuk lebih saling mengenal satu sama lain.
Teman-teman baruku ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Mulai dari Abdul, teman satu fakultasku ini memiliki sifat sedikit tengil. Kemudian Rangga yang juga satu fakultas denganku, Rangga ini seperti Astri versi cowok. Pendiam. Dan punya tatapan tajam. Kalau mukanya tegang bin serius kaya gitu, gimana perasaan anak-anak yang dia ajar? Ingin tanya mungkin takut kali ya kalau diterkam. Hehehe.
Nah kalau yang dari tadi cuma nyender di tiang teras sambil pegang hp itu namanya Ucup, nama aslinya sih Yusuf tapi memang dari teman-temannya manggil dia Ucup, ya aku ikut-ikutan dong. Ucup ini tipikal gamers akut. Jangan dekat-dekat sama dia kalau pas dia main game. Segala jenis hewan di kebun binatang bisa keluar semua dari mulutnya.
Bikin hati istighfar terus bawaannya. Apalagi kalau sampai Salma dengar.
Beuh!
Ceramah tujuh hari tujuh malam bisa enggak kelar-kelar.
Terus nih ya, anak cowok dari Fakultas Informatika itu kaya punya panggilan khusus gitu. Ya macam Ucup tadi contohnya, terus satu lagi yaitu Nopal. Nama aslinya sih Naufal.
Sama-sama suka main hp, tapi Nopal ini beda dari Ucup. Berbanding terbalik sama panggilannya yang terkesan lucu. Nopal ini suka banget nonton film sadis-sadis gitu. Semacam film psikopat gitu lah. Jadi ya aku agak takut sih dekat-dekat sama ini cowok. Mana satu kelompokku enggak ada yang dari jurusan psikolog lagi, jadi kan enggak ada yang tahu ini cowok pribadi aslinya mencontoh psikopat apa bukan. Jadi ya aku cuma berinteraksi seperlunya, memilih dalam zona aman.
"Oh iya, iuran makan sama keperluan yang lainnya jangan lupa! Enggak iuran bakal enggak dapat jatah makan!"
Wehh!! Rere sudah menunjukkan taringbya. Cocok banget lah jadi bendahara, orang galaknya enggak ketulungan kaya gitu.
"Bu bendahara kok sadis banget sih. Kalau enggak makan entar mati dong, kalau mati entar pada rindu" recehnya Wahyu kumat nih. Kita yang dengar cuma bisa menyorakinya. Cowok dari FEB ini hobi banget nge receh, katanya dia ingin membuat semua merasa bahagia meski sesaat.
"Nih aku iuran sekarang juga" kata Rendi sambil mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya.
Di antara yang lain, aku lebih dulu kenal Rendi. Iya lah, karena teman masa kecil dulu. Dari TK sampai SMA bareng terus. Eh ternyata waktu kuliah satu kampus juga. Bedanya dia memilih jurusan Ilmu Komputer. Lebih sesuai sama passionnya kata dia.
Bisa dikatakan Rendi ini semacam anak sultan lah. Keluarganya kaya banget!
Pernah dulu waktu kelas dua SMP, dia dapat juara dua. Girangnya enggak ketulungan, sampai-sampai mau nraktir sate kesukaanku. Tentu saja kusambut dengan senang hati.
Eh ternyata!
Waktu mau bayar dia lupa bawa uang!!! Jelas panik dong, aku juga enggak bawa uang. Dan tau enggak dia terus ngapain?
Dia otak-atik dompetnya terus bilang ke abang tukang satenya.
"Bang, pakai kartu kredit bisa nggak?" Aku pengen pingsan saat itu juga.
Dan karena itu pula aku mulai berpikir. Rendi beneran juara dua?
"Nah gitu dong!" Naluri bendahara mungkin, lihat uang matanya langsung berbinar. Kayak lampu 100 watt bersinar di balik matanya.
Hehehe.
"Oh ya, piket kebersihan bisa kalian lihat nanti di grup WhatsApp. Kalau masak biar fleksibel aja deh, cewek-cewek aja yang ngatur gimana enaknya" kita manggut-manggut mendengar kata Bayu. Sekeretaris kelompok kita.
Awalnya sih bukan Bayu yang menjadi sekretaris. Waktu pembentukan kepengurusan itu kita memilih Rangga. Eh si Rangga yang memang kelihatannya keberatan dia masang tatapan tajam andalannya itu. Sorot mata yang seolah-olah pengen makan orang itu sukses membuat kita meneguk ludah sendiri. Ngeri.
Dan dilakukanlah pemilihan ulang. Tiba-tiba Bayu dengan santainya angkat tangan mengajukan diri. Jadilah dia yang menjadi sekretarisnya.
Bayu ini memiliki hobi menulis. Katanya nge-fan banget sama Pidi baiq. Penulis novel Dilan itu. Dan pengen jadi penulis hebat sepertinya.
Nah, yang dari awal sampai akhir kegiatan tangannya pegang tripod lengkap sama kameranya itu namanya Indra. Dia seorang Youtuber. meskipun aku enggak tahu channel Youtube nya apa, katanya sih dia lumayan terkenal dan punya bayak subcriber. Tahu lah ya kalau cowok ganteng pegang gitar terus cover lagu-lagu gitu pasti banyak peminatnya. Karena itu juga dia terpilih jadi sie dokumentasi selama kegiatan.
Dan satu lagi, cowok yang duduk di sebelah kiri Alif namanya Fahmi. Nah cowok ini mahasiswa terpintar se-FK. Kalau kata teman yang sudah dekat sama dia, katanya Fahmi memang sudah pintar dari kecil. Juara satu terus coy! Enak gitu kalau satu kelompok ada yang bisa diandalkan otaknya. Kalau butuh ide tinggal tanya saja. Gampang!
Bapaknya juga punya rumah sakit sendiri, lumayan besar lah. Dan pastinya si Fahmi ini bakal menduduki kursi kebesaran CEO di rumah sakit itu. Keren banget punya teman CEO, semoga biar nular gitu suksesnya. Amiin.
Sampai sore kita pun memilih untuk kembali ke kamar masing-masing. Meski ada beberapa yang masih bertahan di teras buat ngobrol-ngobrol santai biasa.
Karena memang aku sudah lelah banget dari perjalanan dua jam tadi, mending istirahat aja.
Kalau Gea? Udah pasti masih disitu. Dari tadi aja nempel-nempel terus sama Radit. Kaya anak ayam takut kehilangan emaknya aja.
Dasar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Devia Ratna
👍
2022-11-07
0
Alza Aal
Masya Allah keren tulisanmu author, berasa kenalan sama toko2nya. Banyak juga ya, karakternya ketukar-tukar ga ya hehehe. Menarik dari sudut pandang Nala. 👍 teliti ya Nala ini, cocok jadi pengamat. terima kasih author 🙏
2022-09-07
0
🐾Bunda Lis@
banyak banget pemerannya jadi agak bingung....
2021-09-13
0