Sepulang dari warung lesehan tadi, kita langsung menuju ke rumah. Aku yang semula akan diantar oleh Mas Pandu memilih pulang bersama teman-teman. Enggak enak juga sama yang lain, mereka pulangnya saja jalan kaki. Masa aku sendiri yang naik mobil. Enggak solid banget.
Rencananya sih sekarang kita mau survey lokasi air terjun yang ada di desa ini. Salah satu proker kelompok kita yaitu memperbaiki sarana dan prasarana tempat yang berpotensi sebagai tujuan wisata.
Menurut Pak Karto, air terjun yang ada di desa ini sebenarnya bisa dijadikan tempat wisata karena pemandangannya yang indah. Kurangnya perhatian dari pemerintah desa, membuat air terjun ini kurang terekspos dan hanya dikunjungi oleh warga desa setempat. Terkadang juga dikunjungi oleh warga desa tetangga yang mengetahui dari sanak keluarga yang ada di desa sini.
Bersama Pak Karto kita berangkat menuju lokasi. Jalan kaki seperti biasanya. Jarak yang ditempuh lumayan jauh, sekitar dua kilometer. Melewati hutan pinus yang teduh. Pohon-pohonnya menjulang tinggi, hampir menutupi cahaya yang masuk. Suasana yang asri membuat perjalanan tidak terasa melelahkan.
Justru yang membuatku lelah sekaligus jengah adalah keberadaan buaya darat di sampingku ini. Dari awal berangkat sampai sekarang hampir sampai, dia enggak ada niatan buat menjauh. Aku berjalan cepat dia juga ikut, aku berjalan lamban seperti siput dia juga ikut, bahkan ketika aku bertukar posisi dengan Salma dia juga ikut. Kalau sekiranya aku nyemplung ke sumur apa dia bakal ikut juga? Heran deh.
"Dengar-dengar, tadi kamu makan sama cowok ya?" Keponya mulai beraksi.
"Dengar dari siapa?"
"Tika" dasar anak itu!
"Oh"
"Kok cuma oh?" Terus maunya apa? Bilang WOW sambil salto begitu?
"Terus?" Sengaja aku cuek, biar dia diam enggak ngoceh terus.
"Terus cowok itu siapa?"
"Tanya aja sama Tika" malas menanggapinya, aku memilih pergi ke depan.
Setelah melewati hutan pinus kita sudah sampai di tempat tujuan. Air terjun yang sangat indah. Air terjun ini memiliki beberapa tingkatan, di samping kiri dan kanannya berisi pepohonan yang rindang dan berwarna hijau. Sedang di bawahnya seperti kolam dengan air jernih berwarna kebiruan yang membujuk kita untuk berenang di dalamnya.
Mulai deh kita berpencar, mencari kesibukan sendiri-sendiri.
Kebanyakan anak-anak sudah nyemplung buat berenang, sedangkan Alif dan Rangga mereka masih sibuk berbincang dengan Pak Karto. Mungkin masih mendiskusikan tentang proker ini. Kalau aku memilih duduk di batu besar yang terletak di pinggir air terjun.
Bukannya enggak mau main air, kalau bisa berenang sudah dari tadi pasti aku langsung nyebur ke kolam. Kalau sudah begini pasti menyesal, kenapa dulu waktu pelajaran olahraga sering ngerumpi daripada memperhatikan gurunya.
Ckckck. Tidak patut untuk ditiru.
"Nala! Say Hi dong!" Sudah pasti Indra dengan vlog narsisnya.
Kalau ada kesempatan sekecil apa pun, pasti ada saja idenya membuat konten. Tadi waktu makan siang juga sudah nge-vlog dia. Me-review pecel lele yang katanya paling enak nomer dua setelah pecel lele neneknya.
"Hi!" Kataku sambil memasang senyum termanisku.
"Jangan manis-manis banget senyumnya, entar pemirsa langsung diabetes" efek terlalu dekat sama Wahyu sepertinya, jadi bisa gombal begini.
"Terima kasih lho sudah muji"
"Btw, kenapa duduk di sini sendiri? Kaya jomblo aja" omongannya kok pas banget ya?
"Emang jomblo kali!" Akhiriku dengan tertawa lepas.
Kamera yang semula dia hadapkan padaku, dihadapkan lagi ke mukanya.
"Wahh! Masih jomblo guys! Kesempatan terbuka lebar nih" apaan sih in anak. Mau malu-maluin aku ke seantero jagat dunia maya apa?
"Eh iya, kenapa enggak gabung sama yang lain di kolam?" Si Indra ini merangkap jadi wartawan ya? Dari tadi enggak habis-habis pertanyaannya.
"Enggak ah, nanti kalau aku nyentuh air bakal jadi putri duyung" kelakarku ternyata mengundang tawanya juga.
"Yasudah, thanks buat waktunya. Selamat bersenang-senang ikan jadi-jadian!" Setelah berkata demikian, dia langsung kabur mencari objek lain.
Enak aja ngatain ikan jadi-jadian! Putri duyung woy! Enggak ada bagus-bagusnya dikatain ikan jadi-jadian.
"Salma!" Teriakku ketika melihat dia berjalan dengan Sita. Sepertinya mereka sedang mencari spot foto terbaik.
"Fotoin aku dong!" Pintaku pada mereka.
"Mau foto di mana?" Tanya Sita.
"Di sini aja Sit" Sita yang sudah seperti fotografer dengan mengalungkan kamera mulai mengarahkanku. Mulai dari gaya yang pas, mimik muka, sampai posisi badan supaya bagus nanti hasilnya.
"Coba kamu berdiri Na! Kayanya bagus deh" ada benarnya juga sih sarannya Sita.
Mula-mula aku berdiri pelan-pelan, agak takut sih. Soalnya batu besar tempatku berdiri ini di bawahnya sudah kolam besar tempat anak-anak berenang. Karena airnya bening jadi bisa kelihatan dasarnya yang dalam banget. Tadi waktu duduk saja aku memilih bagian tepi, takut kalau ada yang bercanda terus dorong aku nyebur ke kolam.
"Hati-hati Na! Licin itu batunya!"
"Santai Sal! Aku hati-hati kok"
Aku bergaya merentangkan tangan sambil kepala menengadah ke atas, memberi kesan seakan-akan menikmati suasana air terjun yang menjadi latar belakang.
"Oke sudah!" Instruksi dari Sita menyudahi poseku.
Dengan semangat aku berjalan menghampirinya. Ingin melihat hasil foto tadi. Tapi belum sampai dua langkah aku sudah terpeleset jatuh ke kolam.
Byurr!
Karena panik alhasil aku cuma bisa teriak-teriak minta tolong sambil kecipak-kecipuk di air. Persis anak kucing kecebur got. Sangat menyedihkan. Teman-teman yang berenang agak jauh dariku mulai mendekat. Syukurlah!
"Woy Na! Tenang! Tenang!" Enggak bisa tenang dong Dul, mau kelelep ini!
Kemudian aku merasakan kedua tanganku diraih seseorang.
"Nala, calm down! Airnya enggak dalam kok. Coba tarik napas" aku mengikuti perintahnya. "Terus buang! Coba rasain kaki kamu napak di dasar"
Eh iya! Benar! Kakiku sampai tuh napak ke dasar. Dan aku enggak tenggelam. Ternyata airnya cuma sebatas pundak. Dan sedetik kemudian tawa dari teman-temanku pecah.
Sumpah! Malunya!...
"Gila! Muka kau sampai panik gitu!" Ketawa terus aja Ren!, entar malam tunggu aja! Habis jajanmu aku makan!.
Beruntung Radit yang sedari tadi memegang kedua tanganku menuntun untuk menepi. Menyelamatkanku dari sasaran empuk ledekan anak-anak lain. Bisa kulihat juga Salma dan Sita sebagai saksi mata kecerobohanku tadi sedang menyambutku. Meski aku tahu wajah mereka menahan tawa.
"Kalau mau ketawa ya ketawa aja! Enggak usah sok ditahan gitu!" Benar saja, tanpa malu mereka berdua tertawa. Menertawaiku lebih tepatnya.
"Thanks ya Dit!" Baru pertama kali ini aku memberikan senyum tulusku ke Radit. Biasanya kan judes terus.
"Dit?" Memang senyumku ada sihirnya ya? Sampai enggak kedip gitu matanya.
"Eh? Iya sama-sama. Aku balik ke temen-temen dulu" dih. Si Radit kalau salah tingkah enggak pantes banget.
"Ekhm!" Apalagi Sit?! Mau cie-cie in aku sama Radit?
Berlagak sok tuli dan gak paham, aku mengabaikan dehemannya Sita.
"Duh. Dingin banget ternyata" baru kerasa kalau sudah di darat. Padahal pas nyemplung seger-seger aja.
"Minta peluk sama Radit sana!" Apaan sih Sita! Belum pernah ngerasain dicium sepatu kayanya!.
"Enggak boleh! Bukan muhrim, dosa tahu" nah bener apa kata bu ustadzah Salma. "Pakai jaketku aja Na" lanjutnya sambil memakaikan jaket yang semula dipakainya ke bahuku.
"Makasih ya Sal. Oh ya, nanti aku pulangnya gimana? Enggak bawa baju ganti nih!" Rengekku.
"Aku juga enggak bawa, emang enggak niat buat main air soalnya" jawab Sita enteng.
"Yahh.. kalau kamu Sal? Bawa apa enggak?" Dan Salma juga geleng-geleng kepala.
"Eh bentar" Salma berdiri dari duduknya. Sepertinya sedang mengangkat telpon dari seseorang.
"Aku pergi sebentar ya" setelah menutup telpon dia berkata demikian. Lalu beranjak meninggalkan aku dan Sita.
"Kayanya Radit memang suka deh sama kamu Na"
"Dia kan sama semua cewek juga gitu" elakku.
"Ihh enggak! Beda tahu! Selama temenan sama dia, baru kali ini aku lihat dia salah tingkah di hadapan ceweknya"
Oh iya, jangan lupakan fakta kalau Sita adalah teman sekelasnya Radit. Tapi masa iya sih buaya macam dia suka beneran sama cewek?
Ah udahlah! Jangan mikirin dia terus, nanti kalau sudah terlanjur baper dan ternyata dia cuma main-main kan ribet urusannya. Kapan sih masalah sama hati itu enggak ribet?
"Na!"
"Eh iya!" Buyar sudah lamunanku.
"Apa lagi Sita yang cantik?"
"Kamu suka enggak sama Radit?"
"Hmm.. biasa aja sih" jujurku.
"Wahhh! Parah, parah parah parah!"
"Apaan sih? Apanya yang parah?"
"Tau enggak Na? Cowok kalau sekalinya jatuh cinta, itu bisa setia banget dan bahkan perasaannya itu bisa lebih dalam dari si cewek. Kan enggak kebayang kalau Radit cintanya kamu tolak" ini kok aku ngerasa Sita ngecomblangin aku sama si Radit gitu ya? Kesannya kaya aku tuh harus banget nerima si Radit.
"Ya itu mah resiko. Berani jatuh cinta juga harus berani patah hatinya" ucapku sok bijak.
Beruntung Salma sudah kembali. Menyelamatkanku dari situasi enggak enak ini. Dia kembali dengan tangan yang membawa sesuatu di dalam kresek hitam. Lalu mengajakku menuju bilik sederhana yang terbuat dari anyaman bambu. Seperti tempat untuk berganti baju.
"Ganti baju gih Na! Pakai ini" dia menyerahkan sesuatu yang dia bawa.
"Aku tunggu di sana ya" terus dia pergi ninggalin aku gitu aja.
Penasaran, aku pun membuka kresek hitam itu. Isinya kaos oblong warna biru dengan celana training hitam. Ini sih kalau aku pakai persis raksasa. Ukurannya XL semua! Tapi daripada kedinginan dan enggak nyaman juga pakai baju basah, lebih baik aku pakai.
Dan saat mengeluarkan baju itu secarik kertas jatuh. Ketika kubaca malah membuat aku senyum-senyum enggak jelas macam orang gila. Jadi ini dari Alif. Kupikir tadi dia cuek dan bodo amat waktu liat aku kecebur, ternyata dalam diamnya dia memperhatikanku.
Aduh. Jadi baper gini kan!
Dan tulisan di secarik kertas itu terus kubaca berulang-berulang. Isinya begini...
Untuk : Nala A.K
Lain kali lebih hati-hati!. Jangan buat aku khawatir Nala.
Dari : Alif M:)
Bagaimana enggak baper coba? Pakai acara ditambahin emoji senyum lagi.
Duh Alif!
Balik ke teman-teman aku jadi bahan tertawaan lagi. Kaos yang kupakai sampai paha bawah, hampir ke lutut malahan. Terus celana trainingnya kulipat di bagian pinggang juga bawahnya, entah berapa kali lipatan. Mungkin penampilanku sekarang persis banget kaya anak kecil dengan baju kegedeannya.
Tak berselang lama Alif datang bersama Rangga dan Pak Karto. Menginstruksikan bahwa waktu kita di sini sudah usai karena waktu sudah sore. Masing-masing mulai beres-beres untuk pulang. Tinggal menunggu anak-anak yang ganti baju lalu kita jalan pulang bersama. Tapi sebelum kita meninggalkan air terjun, Indra berteriak dengan hebohnya.
"Sebelum pulang, foto dulu dong! Dari tadi belum foto bareng-bareng" oh iya, saking asiknya main sendiri jadi lupa buat dokumentasi.
Mulai deh kita beratur membentuk barisan. Beruntungnya jadi anak yang pendek tuh pas momen foto bersama kaya gini. Enggak perlu ribut berebut posisi, pasti yang pendek itu ditaruh di tengah. Hehehe.
Pertama-tama kita foto untuk dokumentasi, masih formal. Baru setelah itu kita foto dengan gaya absurd masing-masing. Kalau bagian ini, Pak Karto memilih mengundurkan diri. Malu sama umur katanya.
Enggak berhenti sampai di situ. Waktu kita mau bubar barisan, si Indra lagi-lagi mengintrupsi. Kita enggak boleh bubar dulu. Harus bantu dia closing buat vlog-nya. Duhh! Ribet bener!
"Oke guys! Thanks buat yang udah nonton videoku kali ini. Terus pantau channel ini dan jangan lupa buat like, share, and subcribe! See you next time guys!"
Setelah itu, tanpa diduga Wahyu berteriak dengan kencangnya.
"INDRA MANIA?!!"
"MANTAP!" Dan secara serempak pula kita menjawabnya. Ya beginilah teman-temanku yang ajaib.
Sampai di rumah anak-anak langsung ke kamarnya. Sengaja aku tidak masuk karena masih menunggu seseorang. Ya, aku sedang menunggu Alif. Kulihat tadi dia berjalan di rombongan belakang. Tidak perlu menunggu waktu lama untuk tampak batang hidungnya.
"Alif!" Panggilku dari teras rumah. Dia langsung menghampiriku.
"Ada apa?" Aku tidak langsung menjawabnya. Masih menunggu halaman rumah sepi.
"Emm... aku cuma mau bilang makasih buat bajunya"
"Oh, iya sama-sama"
Krik.krik.
Keadaan tiba-tiba canggung. Aku masih diam, sedangkan Alif seperti menungguku untuk berbicara duluan.
"Aku pikir tadi kamu enggak peduli waktu aku kecebur di kolam"
"Na, diamku bukan berarti tidak memperhatikan. Jangan lupa pesanku tadi, jangan buat aku khawatir!" Akhirinya dengan senyuman lalu meninggalkanku yang masih berdiri mematung.
Jantung, kamu masih sehat kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Na Han
entah bener apa salah sicowok2 semua pada naksir nala ya kayaknya,cuman beda cara mengekpresikannya aja.jdi sok tau gini :v
2022-03-13
0
Alya_Kalyarha
semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "love miracle" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih
2020-07-06
0