Makan Siang Rame-Rame

Istirahat siang ini kami berkumpul di ruang guru. Menikmati seporsi lontong tahu yang di beli oleh Mbak Ida lengkap dengan es tehnya. Hari ini semangatnya matahari mungkin sedang berkobar-kobar, jadi bersinarnya sepenuh tenaga. Sampai panasnya itu nyengat banget di kulit.

Aku saja dari tadi enggak bisa lepas dari kipas mini portable-ku yang berbentuk Doraemon. Bahkan dari tadi Abdul mencoba merebut kipas itu dari tanganku. Sontak saja kupukul dia dengan sendok makanku yang masih panas.

Rasakan!

Di tengah-tengah suara sedotan yang beradu dengan es teh, sedikit terdengar dentingan sendok dengan mangkok keramik. Aku menoleh ke samping.

Eh?!

Aku baru sadar kalau ternyata di antara aku, Salma, Abdul, dan Rangga, si Rangga ini dapat jatah es buah. Sedang kita bertiga es teh. Kok enggak adil banget ya?

Dasar Mbak Ida!

Mentang-mentang naksir sama Rangga, perlakuannya beda gitu.

Emm.. kira-kira si Rangga nyadar enggak ya kalau Mbak Ida naksir sama dia? Dia kan cuek banget.

Jadi kasihan sama cewek-cewek yang berusaha deketin dia padahal Rangga nya lempeng-lempeng saja. Menganggap semua cewek bagai angin lalu.

“Mau?” mungkin Rangga sadar kali ya kalau aku lihatin dia, eh maksudnya lihatin es buahnya. Ngiranya aku pengen banget.

Padahal iya. Hehehe.

“Iya mau” aku mengangguk antusias.

Srett!

Ketika mangkok itu sudah bergeser di di depanku, wajahku langsung pias.

Gila! Aku pikir dia beneran mau ngasih aku es buahnya. Ternyata di mangkok itu cuma tersisa kuahnya. Ampasnya sudah digilas habis sama dia.

Langsung kupelototi dia dan memukul bahunya. Kulirik mukanya. Tampak sudut bibirnya berkedut.

Hadehh! Tinggal ketawa saja apa susahnya sih? Enggak bakal juga aku terpesona sama tawanya terus menaruh hati ke dia. Enggak capek apa muka dibuat lempeng gitu?

“Ngapain bibir kamu maju-maju gitu? Udah jelek jadi tambah jelek tau gak!” Abdul lagi nih. Enggak merasa bersalah setelah berkata begitu, dia malah menyeruput habis kuah es buah yang dikasih Rangga kepadaku. Padahal aku belum nyicip sama sekali.

Aku yang sudah sebal jadi sebal kuadrat.

“Abdul ih!” aku mencubit lengannya. Biar sampai biru sekalian!

“Aduh! Aduh! Ampun Na! Lepasin dong! Sakit nih.” Cih!. Cowok apaan baru dicubit saja sudah teriak-teriak kesakitan.

“Biarin! Biar tau rasa!”

“Sudahlah Na, kasihan itu Abdulnya” dan akhirnya aku menuruti Salma.

Tepat setelah itu suara bel masuk berbunyi. Aku segera menyusul guru-guru lain untuk mengisi kelas tanpa menunggu mereka bertiga. Pokoknya aku masih sebal sama Abdul dan Rangga.

Begitu sampai di kelas, aku memulai pelajaran tanpa menunggu Rangga. Setelah salam aku mulai memberikan sapaan kepada mereka dengan bahasa Inggris. Agar mereka terbiasa.

“Good morning all!”

“Good morning miss!” mereka menjawab dengan serempak.

“How are you today?”

“We are fine, thank you! And how are you?”

“I am fine too”

Meski masih membaca catatan di buku tulis, mereka sudah cukup bagus dalam pelafalan per katanya. Awalnya mungkin bagi mereka sulit, tapi jika dilakukan secara terus menerus mereka pasti akan terbiasa dan hapal dengan sendirinya.

Selang beberapa menit kemudian Rangga masuk dengan membawa beberapa buku di tangan kanannya. Kedatangan Rangga ini juga merubah ekspresi para siswi di kelas ini. Jadi tambah semangat dan berseri-seri.

Maklum. Kelas yang kumasuki ini adalah kelas lima. Setidaknya mereka sudah paham dengan yang namanya mahluk cowok berwajah ganteng. Bahkan sampai ada yang terang-terangan memujinya tampan. Anak zaman sekarang memang begini ya? Enggak ada rasa sungkan sama gurunya.

Padahal zamanku sekolah dulu, boro-boro mau memuji gurunya. Cuma ditatap saja aku sudah menundukkan kepala. Takut. Enggak peduli mau itu gurunya masih muda atau tua, ganteng mau pun belum ganteng. Yang namanya guru tetap saja adalah orang yang kita hormati. Menduduki posisi kedua setelah orang tua.

Materi kali ini adalah membuat percakapan ringan dengan teman sebangkunya. Supaya mereka mulai membiasakan diri berbicara dengan bahasa Inggris dan memperkaya kosakata.

Hingga setengah jam berlalu, tiba-tiba seorang anak perempuan yang berada di bangku barisan tengah berteriak. Langsung saja aku dan Rangga mendekatinya. Takut kalau terjadi hal yang tidak-tidak.

Kesurupan contohnya.

“Kamu kenapa dek?” aku mencoba mengguncang sedikit bahu kirinya. Kalau dilihat dia tampak baik-baik saja.

“Kak, tadi Doni bilang ‘I love you’ ke aku”

Ha???

Aku sampai tidak habis pikir. Masih SD kok bisa-bisanya sudah tahu nembak cewek. Aku dan Rangga menggeleng-gelengkan kepala kompak. Keadaan kelas pun menjadi ricuh karena teman sekelasnya sibuk menggoda atau sekedar meneriakkan kata “Ciyee!”.

Setelah suasana kelas kondusif aku dan Rangga mulai menasehati mereka. Kita sudah seperti orang tua yang menceramahi anaknya. Di usia mereka yang masih sangat belia ini masih belum pantas yang namanya pacaran. Lebih baik berteman. Lagi pun, yang mereka alami itu hanya sekedar naksir saja. Mereka belum tahu apa itu cinta yang sebenarnya. Daripada cinta-cintaan, lebih baik belajar untuk meraih cita-cita.

Matahari semakin naik, segera duduk di singgasananya di angkasa. Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Tapi aku masih di tahan oleh Mbak Ida. Kotak makanan berwarna biru itu dia serahkan kepadaku. Katanya isinya adalah pisang cokelat buatan tangannya. Jangan bertanya untuk siapa itu, sudah pasti buat Rangga si raja kutub.

Padahal dia sendiri bisa memberikannya langsung ke Rangga. Tapi malah menitipkannya kepadaku. Katanya sih malu. Jadilah aku sekarang seorang kurir untuk Mbak Ida. Hitung-hitung menolong teman, lumayan kan kalau dapat pahala.

Aku pergi mencari Rangga. Kata Abdul dia ada di kamar mandi, perutnya mules karena kebanyakan makan sambal kacang tadi. Dalam hati aku sudah ketawa setan.

“Rangga!” panggilku setelah melihat dia keluar kamar mandi.

“Ada apa?”

“Ini ada titipan buat kamu” baru saja aku hendak mengangsurkan kotak itu ke tangannya, dia sudah masuk ke kamar mandi lagi. Tapi sedetik kemudian dia keluar lagi.

“Titip HP!” aku langsung menangkap HP nya. Dengan secepat kilat dia masuk lagi, menuntaskan hajatnya.

Di sela-sela menunggu, HP milik Rangga yang sedari tadi kugenggam bergetar dan layarnya menampilkan sebuah panggilan masuk. Aku mengerjap sebentar. Ini tidak salah kan?

Ada apa gerangan Astri menelpon Rangga?

Karena enggak mau dianggap lancang aku biarkan saja panggilan itu. Padahal aku sudah kebelet pengen tahu ada urusan apa antara Astri dan Rangga. Sesaat kemudian sebuah notifikasi pesan masuk. Dari Astri. Mataku yang memang sangat ingin tahu akhirnya membaca pesan yang tertera di layar depan, tanpa membukanya.

Rangga, jadi apa enggak kita keluar?

Wah! Si Rangga sama Astri mau kencan? Beneran nih? Enggak bisa membayangkan bagaimana dua manusia kutub ini waktu kencan. Mungkin interaksinya lewat isyarat mata, atau mungkin telepati. Mengingat mereka sangat irit bicara.

Kalau saja suara itu berbayar, mungkin Astri dan Rangga ini jadi orang paling kaya. Hehehe.

Cklek!

Rangga sudah keluar dengan wajah pucatnya. Kayanya nih cowok diare. Masih kelihatan sakit seperti ini masih mau kencan?

“Rangga, ini ada titipan buat kamu. Dari Mbak Ida” aku menyerahkan kotak makanan itu dan HP nya.

“Bilangin makasih!” aku mengangguk mengiyakan.

“Terus tadi Astri nelpon” ucapku enteng. Pengen lihat bagaimana ekspresi si muka datar ini.

“Kamu angkat?” tampaknya dia sedikit terkejut. Hanya se-di-kit. Pintar banget ngatur mimik wajah.

“Enggaklah” iya, enggak aku angkat. Tapi aku lihat pesannya tadi. Hehehe.

“Oh” setelah itu dia melenggang pergi tanpa mengajakku. Huh! Bukannya terima kasih atau apa gitu? Main pergi saja.

“Rangga! Tungguin dong!” aku segera mengejar langkah besarnya.

Siang ini aku hanya pulang bersama Rangga. Salma dan Abdul sudah pulang duluan tadi. Hapal sama Abdul yang suka modusin Salma, dia girang banget waktu kusuruh mereka pulang duluan.

Ketika langkah kita hampir mendekati gerbang, aku melihat Tiara masih duduk-duduk di teras kelas enam yang memang berada di dekat gerbang. Aku berinisiatif mengajak Rangga untuk menghampiri anak itu.

"Hai Tiara!" Si manusia es ini yang menyapanya lebih dulu.

Ada gitu ya, orang yang mempunyai kepribadian ganda yang saling bertolak belakang. Bedanya 180 derajat. Kalau sama temannya sudah kayak bongkahan es di kutub yang tak tersentuh. Tapi kalau sama anak-anak, sudah seperti pangeran berkuda yang ada di imajinasi anak-anak kecil itu.

"Hai Kak Rangga! Kakak cantik!"

"Nunggu kakak kamu lagi?" Tebakku. Dan dia menganggukkan kepalanya dua kali.

"Ooh, Tiara setiap hari dijemput sama kakaknya?"

"Iya kak!" Dia menjawab Rangga dengan antusias.

Sepertinya Tiara ini memang tipe anak kecil yang ekspresif dan aktif sekali. Belum pernah aku menjumpai wajahnya murung sekali pun. Selalu ceria dan murah senyum.

Suara deru mesin mobil mengalihkan pandangan kami. Sama seperti kemarin malam, kakaknya Tiara yang bernama Pandu itu turun dari mobil hitamnya dengan mengenakan pakaian casual khas nya.

Beda denganku yang sudah mengerti siapa laki-laki yang berjalan ke arah kami, Rangga tampak bingung di balik muka datarnya itu.

"Itu kakaknya Tiara" bisikku pelan setelah menyenggol lengannya. Dan dia menganggukkan kepalanya.

"Makasih ya Nala sudah menemani adik saya" aku tidak heran juga kenapa dia tidak menanyakan alasan kenapa aku di sini. Pasti Tiara yang menceritakannya.

"Pasti dia menyusahkan" sambungnya lagi yang membuat Tiara memberengut sebal.

"Tidak. Tiara itu anak yang manis" bukan aku yang menjawab, melainkan Rangga.

"Temannya Nala?" Tebaknya, dan Rangga mengangguk. Mereka pun saling memperkenalkan nama.

"Oh, iya. Sebagai ucapan terima kasih sekaligus juga selamat datang, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Tawarnya.

"Emm.. gimana ya? Tadi waktu istirahat sudah makan. Dan masih kenyang juga sih" tolakku secara halus.

"Ayolah! Kakak cantik harus ikut! Kalau enggak ikut Tiara juga enggak mau makan!" Lah. Jadi serba salah begini.

Kurasakan si Rangga menyenggol bahuku dan mengisyaratkan agar menuruti kemauan Tiara, dan kakaknya juga.

"Iya, iya. Kak Nala juga ikut" karena tidak tahan, aku langsung mencubit pipi Tiara yang tembem. Gemas.

"Yasudah, kalian bertiga berangkat saja. Aku masih ada urusan" iya tahu. Urusan hati sama Astri.

Setelah mengatakan itu, si Rangga langsung meluncur pergi. Tapi dari kejauhan dia sempat berbalik sebentar. "Tolong jaga Nala!"

Duh anak itu!

"Yasudah! Ayo berangkat!" Dengan semangat Tiara menggandeng tanganku menuju ke dalam mobil.

Seperti yang sudah kuduga, selama perjalanan banyak dihiasi oleh ocehan Tiara. Yang membuat aku tidak tahan dengan tingkah lucunya dan sering tertawa. Sedangkan Pandu, dia sesekali menimbali. Tipikal orang yang sangat fokus ketika menyetir.

Kurang lebih setelah dua puluh menit perjalanan, kita sampai pada satu warung lesehan yang tempatnya berada di samping jalan. Tempatnya nyaman dan sederhana. Tidak menyangka kalau Pandu akan mengajakku makan di sini. Dan seperti sudah kerap kali berkunjung, pelayannya sampai akrab begitu ketika melihat Tiara dan kakaknya. Mungkin karena mereka sering ke sini, atau mungkin karena mereka keluarga KaDes?

"Kamu mau makan apa?" Tanyanya setelah kita duduk.

"Terserah... " kalimatku menggantung. Bingung mau memanggilnya apa.

Mau manggil Pandu. Pasti dikira kurang ajar, jelas-jelas dia lebih tua dariku.

Manggil abang juga enggak enak, nanti dikira manggil abang tukang bakso.

Mas? Iiihhh. Geli sendiri bayanginnya. Sudah kaya pengantin baru saja.

"Terserah Pak Pandu saja" tidak buruk juga manggil dia pak.

"Memang saya terlihat setua itu ya? Sampai dipanggil bapak" nah, jadi salah anggapan begini nih yang susah.

"Terus mau bagaimana?"

"Panggil Mas saja"

"Tidak ada yang lain apa?"

"Ada" beneran?

"Panggil saja sayang" yeuuu! Itu mah maunya dia. Tapi kok pipiku panas begini ya? Padahal cuma gombalan receh, tapi sudah blushing begini.

Dan tepat pada saat itu, mataku menangkap keberadaan Alif yang sepertinya akan memasuki tenda warung ini. Tapi sepertinya dia melihatku. Kok aku berasa jadi kekasih yang ketahuan selingkuh ya?

Buru-buru aku berdiri, belum saja langkahku menghampirinya tapi tanganku sudah dicekal dulu oleh Mas Pandu.

"Mau kemana?"

"Emm... itu mau ke.." saat mataku kembali menatap pintu masuk, dia sudah tidak ada di sana. Dan aku berharap dia pergi gara-gara cemburu.

Tapi kayanya mustahil.

Daripada aku memikirkan yang tidak tidak, lebih baik aku duduk dan menunggu pesanan.

"Tiara dari tadi kok main hp mulu sih?" Aku memilih mengalihkan pandanganku ke Tiara.

Risih, daritadi diliatin Mas Pandu terus. Bukan Gede Rasa lho ya. Memang jelas-jelas dia terus menatapku. Jadi daripada canggung sendiri lebih baik aku berbincang dengan Tiara.

"Anak ini memang selalu begitu, di rumah saja selalu main game" Mas Pandu mengacak rambut Tiara gemas.

Duh! Ini kita seperti keluarga bahagia bukan sih?

"Loh! Nala? Di sini juga rupanya?"

Lah, lah! Ini kok tiba-tiba ada Abdul di sini? Bukannya tadi pulang dulu ya?

Lalu disusul sama Tika, Rere, Wahyu dan Bayu. Jadi ceritanya anak yang tugas di balai desa pada makan siang di sini semua. Terkecuali Astri, dia kan lagi kencan sama Rangga.

"Lagi.. makan" jawabku kikuk. Mana temen-temen liatinnya kaya gitu lagi.

"Makan sama gebetan baru ya?" Ini Tika mulutnya asal ceplos aja sih! Makin runyam sudah ini. 

"Bukan kok! Bukan! Ini Mas Pandu, kakaknya Tiara" Mas Pandu juga Tiara lalu berinisiatif memperkenalkan diri.

"Wahh.. Nala jahat ya! Sekarang sudah berani main api di belakang abang" abang-abang kepalamu peyang! Wahyu ih, nyebelin banget!

"Dia pacar kamu Na?" Duh Mas Pandu lagi, candaannya Wahyu kok dianggal serius.

"Bukan! Kita cuma teman kok!"

Duh! Anak-anak yang lain makin gencar ngeledekin terus.

Mau cari pembelaan dari siapa nih? Bayu dari tadi cuma nulis di buku kecilnya sambil senyum-senyum enggak jelas. Sepertinya ide-ide membuat cerita mengalir deras di otaknya, dan aku sebagai tokohnya.

"Sudah dong guys! Kasihan Nala. Pipinya sudah merah banget itu" makasih Rere. Tumben baik deh!

"Yasudah, langsung makan aja. Jangan ngeledekin aku terus! Mereka duduk di sini tidak apa-apa kan?" Izinku kepada Mas Pandu.

Karena warung ini lesehan dengan meja yang panjang, jadi pas untuk kita semua. Dan Mas Pandu mengangguk setuju.

"Salma mana Dul?" Tanyaku.

"Ada di belakang. Bentar lagi nyusul"

Benar saja, semenit kemudian Salma masuk.

Tidak seorang diri. Dia bersama Alif! Hmm.. jadi nyeri lagi kan hatiku.

Mungkin tadi Alif enggak jadi masuk karena mau bareng Salma di belakang. Lagi-lagi terlalu berharap Alif cemburu, padahal dianya biasa saja.

Lihat saja, bahkan dia langsung duduk bergabung dan memesan makanan. Raut mukanya juga terlihat baik-baik saja.

Sudahlah! Daripada memikirkan Alif terus mending hajar saja pecel lele yang tersaji di depan mata. Biar saja kelihatan seperti orang kesetanan. Lebih baik meluapkan kekesalan di pecel lele daripada nyakar-nyakar mukanya Alif!.

Terpopuler

Comments

Dwi Alviana

Dwi Alviana

seruu

2021-11-01

0

Ndhe Nii

Ndhe Nii

aseekk thorr ..seruuu ..lucuuu🤣

2021-08-07

0

lihat semua
Episodes
1 Lingkungan Baru
2 Tersesat
3 Hari pertama di Sekolah
4 Cemburu?
5 Makan Siang Rame-Rame
6 Tragedi di Air Terjun
7 Perkedel Jagung Rasa Telur
8 Ungkapan Hati Rendi
9 Lomba Mancing
10 Anak Tukang Jagal Ayam
11 Ultahnya Tiara
12 Harimau yang Bangun
13 Maaf!
14 Lingkungan Baru
15 Tersesat
16 Hari Pertama di Sekolah
17 Cemburu?
18 Nobar Film Horor
19 Bocor! Bocor!!!
20 Es Cendol Seger!
21 Drama Pohon Mangga
22 Misi Dadakan
23 Kepingan Puzzle
24 Hanya Salah Paham
25 Akhir yang Bahagia?
26 SAH! (Ending)
27 SEASON DUA ~ Tersiksa Rindu
28 SEASON DUA ~ Reuni Dadakan
29 SEASON DUA ~ I Miss You
30 SEASON DUA ~ Ketika Demam Melanda
31 SEASON DUA ~ Siapa Wanita Itu?
32 SEASON DUA ~ Pisah Ranjang
33 SEASON DUA ~ Ternyata Ibu Bos
34 SEASON DUA ~ Kenapa Ada Wanita Itu Lagi???
35 SEASON DUA ~ Hari Bahagianya Salma dan Rendi
36 SEASON DUA ~ Nyari Kado
37 SEASON DUAN ~ One Day With Iren
38 SEASON DUA ~ Kembalinya Sang Mantan
39 SEASON DUA ~ Mas Alif Cemburu
40 SEASON DUA ~ Dingin
41 SEASON DUA ~ Aku Mau Pulang!
42 SEASON DUA ~ Hamil?
43 SEASON DUA ~ Baikan untuk ke Sekian Kali
44 SEASON DUA ~ Kejutan yang Gagal
45 SEASON DUA ~ Aku Ngambek Sama Kamu Mas!
46 SEASON DUA ~ Holiday
47 SEASON DUA ~ Dia Sudah Pergi
48 SEASON DUA ~ I am Sorry
49 SEASON DUA ~ Mulai Manja
50 SEASON DUA ~ Ayam Panggang by Nopal
51 SEASON DUA ~ Tante Rendi yang Cantik
52 SEASON DUA ~ Tragedi Tujuh Bulanan
53 SEASON DUA ~ Belajar Mengikhlaskan
54 SEASON DUA ~ Lembaran Baru
55 SEASON DUA ~ Sindrom Couvade
56 SEASON DUA ~ Twenty (SELESAI)
57 TERIMA KASIH
58 SIDE STORY ~ NALA
59 SIDE STORY ~ ALIF
60 SIDE STORY ~ RENDI
61 SIDE STORY ~ SALMA
62 SIDE STORY ~ RADIT
63 SIDE STORY ~ GEA
64 SIDE STORY ~ ABDUL
65 SIDE STORY ~ TIKA
66 SIDE STORY ~ SITA
67 SIDE STORY ~ PUPUT
68 SIDE STORY ~ FAHMI
69 SIDE STORY ~ UCUP
70 SIDE STORY ~ IREN
71 SIDE STORY ~ NOPAL
72 SIDE STORY ~ ASTRI
73 SIDE STORY ~ RANGGA
74 SIDE STORY ~ WAHYU
75 SIDE STORY ~ BAYU
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Lingkungan Baru
2
Tersesat
3
Hari pertama di Sekolah
4
Cemburu?
5
Makan Siang Rame-Rame
6
Tragedi di Air Terjun
7
Perkedel Jagung Rasa Telur
8
Ungkapan Hati Rendi
9
Lomba Mancing
10
Anak Tukang Jagal Ayam
11
Ultahnya Tiara
12
Harimau yang Bangun
13
Maaf!
14
Lingkungan Baru
15
Tersesat
16
Hari Pertama di Sekolah
17
Cemburu?
18
Nobar Film Horor
19
Bocor! Bocor!!!
20
Es Cendol Seger!
21
Drama Pohon Mangga
22
Misi Dadakan
23
Kepingan Puzzle
24
Hanya Salah Paham
25
Akhir yang Bahagia?
26
SAH! (Ending)
27
SEASON DUA ~ Tersiksa Rindu
28
SEASON DUA ~ Reuni Dadakan
29
SEASON DUA ~ I Miss You
30
SEASON DUA ~ Ketika Demam Melanda
31
SEASON DUA ~ Siapa Wanita Itu?
32
SEASON DUA ~ Pisah Ranjang
33
SEASON DUA ~ Ternyata Ibu Bos
34
SEASON DUA ~ Kenapa Ada Wanita Itu Lagi???
35
SEASON DUA ~ Hari Bahagianya Salma dan Rendi
36
SEASON DUA ~ Nyari Kado
37
SEASON DUAN ~ One Day With Iren
38
SEASON DUA ~ Kembalinya Sang Mantan
39
SEASON DUA ~ Mas Alif Cemburu
40
SEASON DUA ~ Dingin
41
SEASON DUA ~ Aku Mau Pulang!
42
SEASON DUA ~ Hamil?
43
SEASON DUA ~ Baikan untuk ke Sekian Kali
44
SEASON DUA ~ Kejutan yang Gagal
45
SEASON DUA ~ Aku Ngambek Sama Kamu Mas!
46
SEASON DUA ~ Holiday
47
SEASON DUA ~ Dia Sudah Pergi
48
SEASON DUA ~ I am Sorry
49
SEASON DUA ~ Mulai Manja
50
SEASON DUA ~ Ayam Panggang by Nopal
51
SEASON DUA ~ Tante Rendi yang Cantik
52
SEASON DUA ~ Tragedi Tujuh Bulanan
53
SEASON DUA ~ Belajar Mengikhlaskan
54
SEASON DUA ~ Lembaran Baru
55
SEASON DUA ~ Sindrom Couvade
56
SEASON DUA ~ Twenty (SELESAI)
57
TERIMA KASIH
58
SIDE STORY ~ NALA
59
SIDE STORY ~ ALIF
60
SIDE STORY ~ RENDI
61
SIDE STORY ~ SALMA
62
SIDE STORY ~ RADIT
63
SIDE STORY ~ GEA
64
SIDE STORY ~ ABDUL
65
SIDE STORY ~ TIKA
66
SIDE STORY ~ SITA
67
SIDE STORY ~ PUPUT
68
SIDE STORY ~ FAHMI
69
SIDE STORY ~ UCUP
70
SIDE STORY ~ IREN
71
SIDE STORY ~ NOPAL
72
SIDE STORY ~ ASTRI
73
SIDE STORY ~ RANGGA
74
SIDE STORY ~ WAHYU
75
SIDE STORY ~ BAYU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!