Agam mengangguk pasti, tangannya menghapus buliran air mata di pipi sang istri. “Abang janji, Nur! Nirma tu sudah jadi adik Abang jua, sama seperti Wahyuni dan Meutia. Ia pun memiliki hak dan porsi yang sama seperti mereka, dilindungi, diperhatikan, dan diberikan rasa aman serta nyaman sebagai seorang adik. Sayang … sabar sekejap lagi ya?”
“Iya, Abang. Nur, percaya pada Abang.” Mala kembali masuk ke dalam pelukan suaminya, menangis lirih meratapi nasib adik semata wayangnya.
“Apa sekarang kita masih harus diam, Bang? Tak bisakah membantunya secara sembunyi-sembunyi?” tanyanya tanpa melepaskan dekapan.
“Sebetulnya mudah membantunya, tapi apa Nur lupa? Bila sebelumnya kita telah berjanji kepada Nirma, memberikannya waktu untuk berjuang, berusaha seorang diri demi buah hatinya. Agar ia tak terus menerus dirundung rasa bersalah_”
“Nur … ini bukan perkara materi, tapi lebih kenyamanan hati. Adik kita tu sedang pada tahap pendewasaan diri, ia yang dulu penakut, sedikit manja, serta lebih suka mencari pembenaran diri kala berbuat salah. kini Abang yakin, bila dirinya telah berubah! Jadi, sudah menjadi tugas kita untuk menyemangatinya, mendoakan, serta menghargai upayanya. Paham kan Sayang?” Ia usap punggung istrinya.
Nur Amala melerai pelukan mereka, ia mengangguk pelan. “Abang benar. Nirma ingin kita percaya padanya!”
“Istri Abang memang pintar.” Pujinya seraya menyentuh lembut pipi tembam ibu dari anak-anaknya. “Jangan sampai keinginan menggebu-gebu kita untuk memaksanya pulang, malah jadi bumerang dikemudian hari. Mungkin bagi kita niat tu baik, sebab tulus ingin membantunya. Namun, bisa saja melukai perasaannya dikarenakan tindakan kita seolah meremehkan kemampuannya.”
Lagi-lagi Nur Amala mengangguk. Ia sangat bersyukur memiliki suami bijaksana, penuh kasih sayang, dan selalu memberikan yang terbaik untuk keluarga kecil mereka.
“Sekarang Nur mau bagaimana? Masih ingin menunggu di sini, atau jalan pulang?”
Mala menekan asal tombol ponsel agar layarnya hidup guna melihat sekarang pukul berapa.
“Sudah jam 2 dini hari, Bang. Apa boleh kita sekejap lagi disini? Nur masih rindu dengan Nirma. Walaupun tak bisa melihat wajahnya secara langsung, tapi dengan memandang rumah di mana sosoknya ada di dalam sana, hati ini sedikit lega.” Kembali air matanya terjatuh, ia memiringkan badan, menatap lamat teras rumah bercahaya kan lampu pijar.
“Boleh, Sayang.” Agam menurunkan sedikit lagi kaca jendela mobil, agar pandangan sang istri tidak terhalangi.
‘Dek … terima kasih memilih bertahan. Dulu Mbak begitu bangga saat kau mengirimi surat serta menyisipkan nilai-nilai mata pelajaran yang didapat. Sekarang Mbak lebih dari sekedar salut, sebab kau mampu melalui hari yang sulit. Sendirian di perantauan, berjuang demi Kamal. Mbak yakin hal itu tak lah mudah, tapi dirimu bisa,’ batinnya bersuara, netranya menatap dengan deraian air mata pada bangunan rumah kontrakan Nirma.
Nur Amala dan Agam Siddiq, melakukan perjalanan panjang dari kampung halaman ke pelosok kabupaten. Semua itu mereka lakukan hanya ingin memastikan sendiri keadaan Nirma, setelah Wak Sarmi datang berkunjung memberitahukan bila ia telah pensiun, dikarenakan harus merawat putranya pasca kecelakaan.
Mala yang begitu menyayangi sang adik, menjadi tidak tenang. Empat hari belakangan selalu memimpikan Nirma dan almarhum bapak mereka. Dia pun menceritakan kepada sang suami, dan disinilah mereka.
Mengapa memilih dini hari, ya karena hanya waktu itu yang aman. Mereka takut kepergok Nirma, membuat wanita itu menjadi tidak nyaman menjalani hari-harinya.
Tanpa Agam dan Mala ketahui, bila kehidupan Nirma sedang tidak baik-baik saja. Sayang Wak Sarmi menepati janjinya, beliau menutup rapat mulutnya.
“Sabar ya sayang, tak lama lagi kita akan berkumpul bersama Nirma dan jua Kamal.” Agam mengeratkan genggaman tangan mereka, ia telah bertekad melakukan apapun demi membawa sang adik ipar pulang.
Sebenarnya muda bagi sosok tampan itu mencari tahu tentang Nirma, tapi ia memilih menghargai keputusan ibunya Kamal, memberikan ruang dan juga privasi.
Tidak lama kemudian, mobil hardtop biru itu melaju kembali pulang ke kampung halaman.
.
.
Pagi hari di kota kecamatan.
Pyar.
Suara benda pecah menghantam dinding terdengar begitu nyaring. Serpihan kaca bertebaran di lantai ber keramik putih bersih.
Juragan Byakta melempar asbak rokok berbahan keramik. Rautnya jelas terlihat tidak suka, tetapi sedetik kemudian ia menyeringai culas.
"Biarkan saja dulu! Siapa tahu hanya tentang seorang Kakak yang merindukan adiknya," ucapnya seraya mengepulkan asap cerutu.
"Baik Juragan!" Ron mengangguk patuh, ia baru saja mendapatkan kabar dari anak buahnya yang diutus memantau incaran sang juragan selama 24 jam. Ternyata rumah Nirma disambangi tamu pada waktu dini hari.
"Apa kita perlu sedikit memberikan peringatan kepada Bang Agam Siddiq, Juragan?" tanya Ron.
"Tahan dulu! Bang Agam itu sosok tenang, tapi ia ahli dalam membaca situasi, bergerak dalam senyap. Jadi, kita harus berhati-hati! Jangan sampai dikarenakan tindakan tergesa-gesa, malah akan menjadi mata pisau berbalik arah," beritahu nya tenang.
"Ah ... sungguh diri ini merindukan putra ku! Sayang sekali terhalang kerjaan tak ada habisnya," sesalnya kemudian. Sudah lebih dari seminggu ia belum berkunjung menemui Kamal, dikarenakan tengah sibuk memantau para pekerja membuka lahan perkebunan kelapa sawit.
"Ron ... Kau panggil Giren pulang! Sudah waktunya ia kembali bekerja, sebab tak akan lama lagi rumah ini dipenuhi canda tawa putra kebanggaan ku itu." Juragan Byakta kembali menghisap dalam cerutunya.
"Baik Juragan!" Ron pun pamit undur diri, dia akan mengabari teman sejawatnya yang saat ini tengah menikmati masa insyaf sementara.
***
"Nirma, kau yakin hendak pergi bekerja?" Bu Mar memperhatikan wajah Nirma yang sedikit pucat.
"Saya tak apa-apa, Bu. Cuma sedikit pusing saja, tadi pun sudah minum obat. Pasti takkan lama lagi langsung sembuh." Nirma mencium pipi putranya, ia hendak pamit pergi kerja.
"Dek ... Ibuk pergi kerja dulu ya, Nak. Nanti siang kita ketemu lagi." Ia usap pucuk kepala Kamal dalam gendongan bu Mar.
"Hati-hati Nirma. Bila pusing mu tak kunjung reda, pulang saja!" Bu Mar memberikan nasihat, menatap kasihan pada wanita tangguh yang nyaris tak pernah mengeluh.
"Baik Bu."
.
.
Begitu sampai rumah sakit, Nirma melakukan rutinitas nya seperti biasa, meskipun kepalanya masih terasa berdenyut, ia sama sekali tidak mempedulikannya. Salahnya juga, menangis sampai tidak bisa tidur kembali setelah ditelepon Kakak kandungnya.
"Suster Nirma, Tunggu!"
Nirma berbalik menatap satu-satunya rekan kerja yang baik hati. Tidak pernah ikut mencaci maki. "Ya, ada apa Suster Nersi?"
Wanita bersanggul rapi itu terlihat bingung hendak menyampaikan, sejujurnya ia tak sampai hati. "Itu_ di ruang istirahat, foto putramu dipajang oleh Suster Linda, dijadikan bahan tertawaan dan ejekan dengan tulisan tak manusiawi."
Bak kembang api yang disulut alat pemantik, emosi Nirma langsung membumbung siap meledak.
Nirma tidak lagi berjalan, tetapi berlari menuju ruang istirahat. "Kali ini habis kau ditangan ku Linda!"
Nersi berusaha mencegah. "Suster Nirma! Jangan gegabah!"
.
.
BRAK!
Senyum culas itu layaknya psikopat yang siap mengeksekusi mangsa.
"Mau apa kau?!"
.
.
Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menuju puncak konflik Awal🔥
Terima kasih banyak ya Kak ... atas dukungannya luar biasanya 🙏 Hadiah, Vote, Like, Komentar, serta bintang 5 nya, dan Klik permintaan update 🙏🥰
Semoga kebaikan Kakak semuanya, dibalas keberkahan oleh Tuhan Yang Maha Esa 🤲🥰❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
jumirah slavina
"Bang Agam., ingat .. Aku juga istri'mu lo.." Jumi mengerjap manja memandang Agam & Nur bergantian...
"iya... iyaaa.." jawab Agam dan Nur berbarengan sambil menatap Jumi malas
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤭🏃🏃
2025-04-14
15
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
apa sih rencana si bapak bapak setengah tua ini... di sisi lain baik disisi lain jahat... aku belum bisa menebak... gak ada clue sama sekali... ini mau dibawa kemana alurnya...😭😭😭😭
2025-04-14
6
SasSya
dia merasa terusik,terancam dgn kedatangan kakak Nirma
ayo gaaammmm kamu tidak kalah pintar dr juragan Iniiii
harus waspada,dan selalu pantau Nirma+Kamal
mereka di bidik
entah dgn tujuan apa si juragan
udang di balik rempeyek kriuk blm kelihatan clue-nya
2025-04-14
4