Chapter 15

“Hem ….” Dela maju, posisinya tidak jauh dari Nirma, ia melirik sekilas ibunya Kamal. “Biasanya hanya ada dua kemungkinan, Suster Linda! Pertama dikarenakan lahir prematur, yang ke dua … ya hamil diluar nikah.”

Tangannya terkepal erat menggenggam tali tas selempang, sampai buku jarinya memutih. Namun, Nirma masih bergeming pada posisinya, menatap lurus ke depan, sedikitpun tak menoleh pada Linda dan temannya.

“Masuk akal sih ….” Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pelipis. “Tapi, biasanya kan … kalau terlahir prematur, bobot si bayi kurang dari berat normal, ada juga yang memerlukan perawatan khusus. Lah ini belum ada 2x24 jam sudah buru-buru di bawah pulang. Kan, jadi tanda tanya, sebenarnya bayi itu lahir disaat belum cukup bulan, atau normal tapi dibuat layaknya prematur?” Linda tersenyum miring, netranya menatap lekat tubuh Nirma yang menegang.

“Suster Nirma, boleh tak saya bertanya?” Ia mengikis jarak, berbicara dengan nada mendayu sarat akan mengejek.

Kala tidak mendapati respon apapun dari Nirma, Linda tetap bersuara seraya menelisik raut wajah wanita dihadapannya.

“Sebagai tenaga medis yang sudah senior daripada kita si junior, dan pernah menikah walaupun gagal, serta sudah melahirkan seorang putra, meskipun fisiknya tak sempurna, boleh kan bila aku meminta sedikit kemurahan hati mu untuk berkisah mengenai pengalaman Suster Nirma kala mengandung, serta bagaimana bisa bayimu terlahir prematur tapi bobotnya normal, tak pula membutuhkan perawatan lebih, bisa dijelaskan apa sebabnya itu Suster? Agar kami-kami ini bisa belajar darimu!”

Nirma mendengus, tersenyum miring, ia menatap tanpa berkedip wajah Linda, jelas dirinya tahu maksud tersembunyi ini. “Suster Linda ... bukankah Anda lulusan diploma keperawatan? tapi mengapa otakmu tak pintar? Malah lebih pandai anak di bawah umur! Lantas, selama pendidikan apa yang dirimu pelajari?”

Melihat Linda yang mulai terprovokasi, Nirma kembali mengeluarkan kata-kata beracun nya. “Apa mungkin nilai sempurna mu hasil dari menyontek atau … ada main dengan Dosen pria di sela-sela Beliau menerangkan materi pelajaran, Anda pun tak kalah sibuk memberikan kenikmatan agar jalanmu untuk menjadi seorang primadona kampus mulus tanpa hambatan, betul kah macam tu Suster Linda?”

“Kau?!” Jari telunjuknya bergetar kala menuding wajah Nirma, rautnya merah padam dengan netra memerah menahan amarah.

Keadaan seolah berbalik menyerang Linda. Suara lantang Nirma, mengundang nada-nada sumbang yang langsung sibuk berbisik membahas dengan tatapan melirik dua sosok masih bersitegang.

Dela dan Tina, sudah entah kemana. Dua sosok pengecut itu melarikan diri daripada mereka kena lagi.

“Sebelumnya kau begitu bangga mengatakan telah merasai terlebih dulu Yasir Huda. Tak nya dirimu sadari? Bila hal tersebut membuka memori lama ku akan kenangan seorang wanita bercumbu liar seraya meremas celana bagian depan sang Dosen di gang sepi kampus_" Nirma sengaja menjeda kalimatnya.

"Kala itu diriku memilih menutup mata, tak peduli pada hal yang bukan urusan ku, tapi sayangnya kau selalu mencari perkara, mencoba mempermalukan bahkan mendepak ku dari sini. Jadi, jangan salahkan diri ini bila berbuat sama seperti mu, Linda!” Nirma menatap penuh cemooh.

“Lucu ya Lin, kau yang begitu gigih mendekati sampai memberikan service terbaik kepada Dosen dan entah siapa lagi, tapi nilai akademik mu tetap berada di belakangku. Apa mungkin hal tersebut menandakan bila dirimu memang hanya sekedar bayangan?” Nirma menaikkan kedua alisnya, menatap penuh ejekan, ia sengaja tidak menaikan intonasi suaranya.

Linda tidak terima, sekuat tenaga ia mendorong bahu Nirma, sampai si empunya mundur dua langkah. “DASAR LONTE KAU!!”

“Ha ha ha … Tak nya kau malu? Lonte kok teriak Lonte. Kalaupun memang iya macam tu, tetap saja aku lebih unggul daripada kau! Aku Lonte jalur prestasi! Tak perlu mengangkangi para pengajar demi nilai tinggi. Cukup ku peras otakku sendiri agar mendapatkan nilai A sempurna,” Nirma sedikitpun tidak gentar, netranya sama sekali tak bergetar.

Perdebatan itu harus terhenti kala mendengar suara sirine ambulance. Nirma bergegas ke ruang ganti, sedangkan Linda pergi mendekati mobil, ia bertugas pada pagi ini.

.

.

Hari berlalu begitu saja, walaupun tidak mudah, tapi Nirma masih tetap bertahan bekerja sebagai seorang perawat. Tekanan yang didapatkannya pun semakin berat.

Linda dan kedua anteknya, masih terus mengganggu, menyindir, tak jarang pula menyerang dengan kata-kata kasar.

Namun, Nirma memilih bungkam, sebisa mungkin menghindari. Bukan ia tak marah, hanya saja menunggu waktu tepat untuk membalas telak.

Lagipula jadwal operasi bibir Kamal tinggal kurang dari sebulan lagi, hal tersebut membuat ibu muda itu lebih mementingkan sang anak daripada gejolak emosinya yang semakin hari bertambah besar bak bola api siap menggelinding.

Malam-malam yang sepi, Nirma habiskan untuk bersimpuh meminta kemudahan, pengampunan Sang Maha Pencipta. Bila tidak berhalangan, ia selalu melaksanakan sholat tahajud.

“Ya Rabb, hanya Engkaulah tempat hamba berlindung, hamba mohon! Tolong kunci gerak tubuh hamba kala hati ini terbakar emosi dikarenakan kata-kata mereka yang tak manusiawi. Jangan jadikan hamba termasuk golongan orang merugi ya Allah,” ia memejamkan mata, membiarkan air matanya mengalir begitu saja.

“Hamba mohon ya Tuhanku Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang! Beri hamba kesempatan untuk bertanggung jawab terhadap Kamal, biarkan diri ini memperjuangkan haknya mendapatkan penanganan medis yang telah dijanjikan."

"Hamba mohon ya Rabb, luaskan rasa sabar diri ini, tulikan telinga hamba, agar tak mudah terpancing emosi kala mereka mencoba memprovokasi.” Nirma tergugu, ia bersujud dengan sekujur tubuh bergetar hebat.

Dirinya sangat takut bila tak bisa menahan diri berakhir merugi. Beberapa hari yang lalu, hampir saja ia menjahit mulut Linda dikarenakan wanita itu keterlaluan dalam mengatai sang putra, untung saja ada rekan sejawat mereka yang melerai. Andai saja tidak dicegah, entah apa jadinya nasibnya kini, bisa jadi mendekam dibalik jeruji besi penjara.

"Ya Rabb Yang Maha Baik, hanya pada-Mu lah hamba berserah diri. Hamba percaya disetiap kesusahan ada kemudahan, segala ujian ada jalan keluarnya. Hamba ikhlas menerima ketentuan-Mu, ya Allah."

Tiba-tiba ponsel Nirma berdering, wanita itu menyudahi bercengkrama dengan Tuhan Yang Maha Esa, tanpa membuka mukena, mengambil handphone yang terletak di atas rak lemari baju tidak tinggi.

Degup jantung Nirma terdengar kencang, dirinya sampai menyipitkan mata guna melihat jelas, dalam hati membaca ulang angka nomor si penelpon, mencoba mengingat milik siapa gerangan, tapi tetap tidak berhasil.

'Siapa yang menelepon dini hari macam ni?'

Tangannya bergetar kala menekan tombol menerima panggilan. "Assalamualaikum ...."

Buliran bening terjun bebas, sampai ibu muda itu menggigit bibirnya agar tidak bersuara lantang, supaya sang putra tetap tertidur pulas. Ternyata yang menelepon ...?

.

.

Bersambung.

Sebetulnya, saya sudah ada satu judul karya baru. Siap tayang, tapi masih bingung Kak ... Takutnya kalau rilis sekarang atau dalam waktu dekat ini, malah jadi gak konsisten updatenya.

Jadi, tak sabarin dulu sambil cek ombak ✌️😁😁 Bila selalu lolos Retensi, ya kita terjang ya Kak 🔥😎

SETUJU TIDAK KAK ??? 🫣🥰

Terpopuler

Comments

Cublik

Cublik

MAMPUS LU LIN ... GEMES AKU 🔨🔨🔨🤣

2025-04-13

19

Mawar Hitam

Mawar Hitam

Setuju Thor tapi takut dirangking.

Maaf kalau boleh biar bab ini tanat lalu masuk buah karya yg baru.

🙏🙏🙏

2025-04-13

6

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Thor bab ini ga ada juragan nongol, aku kangen sama juragan 🤣 apa juragan lagi sibuk ya, mungkin sibuk olah raga biar perut nya jadi sixpack 🤭 biar Nirma pangling dan terpesona liat juragan🤣🤭

2025-04-13

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!