Chapter 04

Nirma memejamkan mata, berusaha mengontrol emosi yang nyaris meledak, apalagi di ruang istirahat khusus wanita ini, ada tiga perawat lain termasuk Dwi. Ia mundur dua langkah, tanpa mau menanggapi langsung hendak melangkah keluar, tapi ….

“Mengapa diam? Atau jangan-jangan, apa yang kukatakan benar adanya? Betul macam tu, mantan sahabat?” Linda bersedekap tangan, dirinya dan Nirma pernah tinggal satu kost kala berkuliah di ibukota, hubungan mereka pun sangat dekat.

Namun, hanya Nirma menganggap Linda seorang sahabat, ia begitu lugu, naif, menceritakan semua hubungan terlarang antara dirinya dengan Yasir Huda, yang kala itu masih berstatus tunangan kakak kandungnya.

“Benar ataupun tidak, bukan urusan mu, Lin! Yang jelas, aku disini bekerja. Bukan jual diri!” Nirma membuka pintu, lalu menutup kembali, sedikit membanting sampai terdengar nyaring.

Mereka yang masih dalam ruangan terhenyak, sedikit tidak percaya kalau sosok Nirma bisa berbuat sedikit kasar, padahal sebelumnya ibu dari Kamal itu di juluki wanita penyabar, lemah lembut.

“Kalian lihat sendiri ‘kan? Memang seperti itulah sifat aslinya. Munafik, manipulatif, suka memutar balikkan fakta, dia juga begitu tega merebut tunangan kakak kandungnya.” Linda menatap satu persatu ketiga sosok teman Nirma.

“Betulkah? Masa suster Nirma begitu?” tanya salah satu dari mereka tidak percaya.

“Untuk apa aku berbohong, tak ada untungnya sama sekali,” kilah Linda.

“Lantas, mengapa kau membeberkan aib orang lain? Apa ada untungnya untukmu?” Dwi yang sedari tadi diam, mulai naik pitam.

Linda menatap nyalang pada sosok yang hari ini terakhir masuk kerja. “Ya biar kalian waspada saja. Takutnya, hobi merebut milik orang lain itu masih melekat pada tubuh Nirma. Siapa tahu, diantara pasangan kalian ada yang menarik matanya.”

“Tapi, kalau boleh tahu. Macam mana nasib kakaknya Suster Nirma sekarang?” tanya lainnya penasaran.

“Mana ku tahu. Palingan ya frustasi atau lebih parah lagi, jadi gila. Coba kalian bayangkan! Kakaknya tu sudah tunangan selama lima tahun, tiba-tiba calon suaminya direbut adik kandungnya sendiri. Besar kemungkinan mentalnya pasti terganggu! Mana mereka tinggal di pelosok lagi, tahu sendiri kan? Macam mana mulut orang kampung.” Linda mengedikkan kedua bahunya.

Kedua teman Nirma mulai terprovokasi, tapi tidak dengan Dwi. Ia percaya bila sahabatnya telah berubah, meskipun Nirma pernah sekali menceritakan garis besarnya bila dirinya seorang pendosa, tapi bukan berarti sosoknya layak dihakimi secara sepihak.

.

.

Seminggu telah berlalu.

Nirma sedang berkeliling guna membantu pasien minum obat, mengecek botol infus, serta tindakan medis lainnya yang memang tugas seorang perawat. Ia sendirian, biasanya berdua dengan teman sejawatnya.

Entah sudah berapa kali Nirma menghela napas panjang, hari yang biasanya berlalu begitu cepat, kini terasa sangat lambat. Jujur, ia ingin cepat pulang dan memeluk putranya, mencari kedamaian kala hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Nada-nada sumbang itu semakin kencang berhembus layaknya angin berkecepatan tinggi, bukan lagi cuma tatapan menghakimi, tapi kini para sosok yang sebelumnya ia kira teman, begitu berani menyindir secara terang-terangan.

Semua itu ulah si Linda, entah apa salah Nirma, sehingga ia begitu dibenci. Padahal sewaktu masih sama-sama berstatus mahasiswi, mereka baik-baik saja .

“Ayo wee! Mulai sekarang, bila pasangan kita menjemput, suruh mereka menunggu diluar pagar rumah sakit saja. Takut kali aku kalau sampai suster Nirma melihat rupa mereka,” gerutu seorang wanita berpakaian perawat.

“Iya ya, mana aku baru nikah lagi, dan suamiku itu lumayan tampan, keuangannya pun cukup mapan, mangsa yang empuk untuk dijadikan ladang uang,” timpal lainnya.

Nirma tidak jadi ikut bergabung, ia menutup kembali kotak bekal makan siangnya, berlalu dari ruang istirahat, berjalan ke belakang bangunan yang sepi, duduk dibawah pohon rindang.

Buliran bening jatuh tepat di atas nasi putih, tangannya bergetar kala menggenggam sendok, bahunya naik turun, tenggorokannya terasa tercekat.

“Taknya kalian lihat, menu makan ku begitu sederhana, hanya ada tumis bayam dan tahu goreng, aku memilih hidup bak orang melarat daripada menjadi seorang keparat macam dulu.” Monolognya sambil mencoba mengunyah nasi yang terasa seperti batu.

“Mengapa semakin kesini, bertambah sulit saja menjalani hari. Rasanya aku ingin menyerah. Ya Rabb, hamba paham bila diri ini penuh dosa, tapi kenapa mereka tak mencoba memberikan kesempatan saat hamba ingin membuktikan bila kini tak lagi jahat seperti dulu,” Nirma terus meracau, buliran bening semakin cepat terjun bebas, ia makan nasi campur dengan air mata.

.

.

“Assalamualaikum.” Nirma membuka sepatu flatshoes nya, ia sampai di rumah kontrakan.

Namun, tidak ada orang, padahal pintu terbuka separuh. “Wak! Wak Sarmi!”

“Ya! Kami dibelakang, Ima!” sahut Wak Sarmi.

Nirma pun bergegas ke belakang, netranya langsung disuguhi pemandangan manis.

“Buk, lihat anak kita sudah minta titah!” Juragan Byakta terlihat begitu antusias, melangkah seraya menggenggam kedua tangan Kamal.

“Masya Allah,” tanpa mengenakan alas kaki, Nirma mendekati sang putra, berjongkok lalu mendekap erat tubuh padat Kamal. “Anak Ibuk pintar sekali.”

Bayi berumur 7 bulan lebih itu tertawa riang, seraya menggeliat geli kala lehernya dikecup bertubi-tubi.

Juragan Byakta menatap rumit dua sosok yang masih terus berbalas tawa, Nirma yang gemas, dan Kamal kegirangan.

Wak Sarmi memilih masuk rumah, memberikan privasi bagi Nirma dan juragan Byakta.

“Bagaimana pekerjaannya, Buk? Lancarkan?” tanyanya, kini mereka duduk di bangku kayu, berjarak sedikit jauh. Kamal bermain di tanah memungut daun jambu. Halaman belakang rumah kontrakan tidaklah luas, tapi sudah dipagar tembok.

“Alhamdulillah, baik-baik saja, Yah,” jawabnya lirih tanpa menatap lawan bicaranya.

‘Sebetulnya tak baik, aku susah bernapas bila di sana, setiap hari bertambah saja mulut yang mencaci maki. Namun, selagi nama anakku tak dibawa-bawa, segala sesuatunya masih bisa ku tahan,’ tambahnya dalam hati.

“Ima, tak lama lagi Kamal akan di operasi. Apa kau tak butuh biaya tambahan?”

Nirma menoleh, menatap sendu juragan Byakta yang mengawasi Kamal. “Sepertinya tak perlu, Mas. Alhamdulillah uang tabunganku cukup.”

“Benarkah?” Juragan Byakta membalas tatapan Nirma yang netranya terlihat berkaca-kaca.

“Iya,” dustanya, nyatanya uang tabungannya terus berkurang, ia ambil sedikit demi sedikit untuk kebutuhan makan sehari-hari dan membeli keperluan Kamal, gajinya tidak lagi cukup.

“Bila butuh sesuatu, apapun itu, jangan sungkan meminta pada saya, Ima.”

Nirma manggut-manggut, memilih menatap putra semata wayangnya.

Tidak lama kemudian, juragan Byakta pamit pulang, dirinya ditangisi oleh Kamal yang begitu lengket dengan ayah angkatnya.

“Besok ayah kesini lagi ya, Nak. Sekarang sudah mau petang, Kamal pun harus istirahat.” Juragan Byakta mencium pipi putranya, mengelus lembut pucuk kepala.

“Dadah Ayah ….” Nirma mengangkat tinggi-tinggi tangan sang putra, lalu melambaikannya.

“Cup cup, anak sholeh nya Ibuk, sudah ya nangisnya, nanti susah napas loh, Dek!” Nirma mengelus dada Kamal yang masih menangis sampai sesenggukan.

Satu jam kemudian, Kamal yang tadi menangis hebat, sudah tertidur di atas kasur kamar. Nirma menatap sayang buah hatinya, kekuatan sekaligus penyemangat nya yang begitu berarti.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ia meraih benda berbentuk tebal dan ada antenanya itu, menekan tombol hijau.

“Assalamualaikum,” sapanya lembut.

Napasnya memburu, tenggorokannya tercekat, dirinya sampai membekap mulut agar tidak berteriak. Kabar yang baru saja ia dengar layaknya bunyi guntur di siang hari.

“Bagaimana mungkin? Cobaan apalagi ini ya Allah …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

di dunia ini Nggak semuanya bisa kita percaya. kadang yang baik didepan bisa menusuk dari belakang... didepan kita manis, dibelakang sadis .... ingat nirma, yang namanya bunglon beda tempat beda warna...

2025-04-08

9

@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦

@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦

Linda ya ya Linda.....apakah dia kerjasama dgn Byakta gk siii.....jd su'udzon sama juragan weiii....maaf ya juragan 🙏🏻....abisnya dirimu ambisius sekali pen miliki Nirma.... secara kan beliau duren sawit....apa sihh yg gk bisa dia raih dgn menggunakan semua kekuasaan dan hartanya ....🤔

2025-04-08

7

jumirah slavina

jumirah slavina

jahit cepat mulut'y Nir...

2025-04-08

4

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Kesatu ~ Bonus chapter
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Kesatu ~ Bonus chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!