Telepon genggam itu terjatuh membentur lantai. "Kau ...?”
Linda berusaha menyembunyikan getar tubuhnya dengan merapat ke pojok dinding tembok, ia sama sekali tak menyangka percakapan rahasia ini dicuri dengar oleh Nirma. Secepat kilat mengambil ponselnya, lalu menekan kuat tombol off.
Nirma mendecih, melangkah lebar dengan raut datar, begitu telah berhadapan, ia berusaha merebut handphone Linda. “Berikan padaku, Sialan!”
"Cepat katakan! Siapa yang menyuruhmu menganggu ku selama ini?!" Nirma berusaha menarik tangan Linda yang terulur tinggi seraya menggenggam ponsel.
“Tak akan!” Sekuat tenaga ia mempertahankan benda itu dalam genggaman.
Adegan saling tarik-menarik pun tak terelakkan, Linda nyaris kalah dikarenakan ia lebih pendek daripada Nirma.
“TOLONG!!” Linda berteriak kencang, yang langsung membuat cengkeraman lengan Nirma mengendur, begitu ada peluang, wanita licik itu langsung mendorong sekuat tenaga.
Bugh.
“Mampus! Ini baru permulaan, Nir. Bila kau tetap keras kepala, terus berupaya mempertahankan pekerjaanmu, aku pastikan hari-harimu bak di neraka. Cuih!” Ia meludah tepat di samping tubuh Nirma yang tersungkur, terduduk pada rerumputan pendek dipangkas rapi.
Nirma berusaha mengatur napasnya, ingin sekali menerjang Linda. Akan tetapi perkataan sang atasan terngiang-ngiang di kepalanya. “Sebetulnya, apa salahku padamu?”
Linda berdiri angkuh seraya berkacak pinggang. “Kesalahan mu cuma satu. Kau selalu lebih unggul dari ku dalam hal akademik, sehingga kita dibanding-bandingkan oleh banyak mahasiswi. Belum lagi para mahasiswa begitu mengagumimu … kau si cantik lah, pintar, sopan, tak banyak tingkah, masih banyak kata-kata pujian lainnya yang membuat ku jijik mendengarnya!”
“Hanya karena itu?” Nirma sudah berdiri, menatap tak percaya pada Linda.
“Kau bilang hanya! Tak nya dirimu mengerti macam mana sakit hati dan terlukanya harga diriku! Setiap hari mendengar mulut sampah mereka mengelu-elukan mu! Faktanya, kau cuma anak desa, miskin, naif, bodoh. Aku sangat membenci sifat pemalu dan sok lugu mu itu yang berhasil menarik perhatian, mengakibatkan diri ini layaknya bayangan! Aku begitu membencimu PELACUR MURAHAN!!” Linda menuding wajah Nirma.
“Alasan mu tak masuk akal, Lin! Aku selalu unggul bukan dari hasil curang, tapi berkat kerja kerasku, belajar hingga tak kenal waktu. Disaat kau sibuk nongkrong bersama teman-teman sosialita mu, aku mendekam di dalam kamar kost-an sempit, berkutat dengan buku, mempelajari semua materi yang baru saja diberikan. Tak ada yang namanya main, kumpul bersama kawan, apalagi pacaran! Lantas, dengan semua kegigihan itu, bukankah aku pantas mendapatkan nilai sempurna, lebih cemerlang dari pada kau?!”
“Ha ha ha … pada akhirnya kau kalah bukan? Terperdaya oleh laki-laki yang jelas-jelas sebelumnya sudah lebih dulu ku rasai!” Linda tersenyum miring, hatinya begitu puas melihat wajah Nirma yang pias.
Nirma mundur satu langkah, kalimat Linda barusan bagaikan anak tombak menikam jantungnya. “Maksud_mu?”
“Ya, sebelum laki-laki penggila selangkangan itu mendekatimu. Dia lebih dulu menggerayangi tubuhku, sampai dimana aku bosan dan memintanya menjerat dirimu. Agar diri ini bisa menyaksikan kehancuran mahasiswi jenius. Yang paling terpenting, kau mendapatkan bekas ku, Nirma!” Raut kemenangan itu tercetak jelas di wajah Linda yang berkulit putih.
“Pada akhirnya kau hanya mendapatkan sisa-sisa ampas. Mau kuberi tahu satu rahasia tidak?” ucapnya rendah sambil melangkah maju.
“Pertama kali kalian menginap di motel kelas melati, akulah yang memesankan kamar, mencampur air putih dalam botol kemasan dengan sedikit minuman keras, agar kau mudah digagahi oleh Yasir. Kenapa dengan wajahmu tu, Nirma? Terkejut kah?”
“DASAR IBLIS BETINA KAU, LIN!!” Badan Nirma sempoyongan, kepalanya seperti dihantam batu. Ia tak menyangka bila kekhilafan masa lalu itu ada campur tangan wanita yang berdiri seraya menatap penuh benci kepadanya.
Linda menuding wajah Nirma, tersenyum puas kala melihat tubuh berisi dihadapannya bergetar hebat. “Kaulah yang menjadikan ku layaknya manusia tanpa hati serta mati rasa, Nirma! Andai saja dulu dirimu mau mengalah menjadi yang kedua. Maka takkan ada neraka dunia yang ku ciptakan khusus untuk mu!”
“Sudah dulu untuk informasi awal ini ya mantan sahabat.” Ia menepuk kedua pundak Nirma. “Takutnya bila ku teruskan, kau bakalan terkena serangan jantung.”
Wanita tak berperasaan itu berbalik badan, melangkah riang, tanpa menoleh ia memberikan saran. “Mundur lah. Pergi sejauh yang kau bisa, jangan lagi bersinggungan dengan ku! Bila dirimu tetap keras kepala, jangan salahkan diri ini begitu berambisi menghancurkan mu tanpa sisa!”
“Ya Allah.” Tubuh Nirma luruh, ia berlutut di atas rumput. “Jadi, masa kelam itu bukan sepenuhnya salah ku?”
“Akan tetapi tak mengapa, hamba ikhlas ya Rabb, sebab tu Mbak Mala jadi terhindar dari pria bejat macam Yasir.”
Nirma masih bersimpuh, menunduk dalam, bahunya berguncang hebat. Fakta ini sungguh mengguncang jiwanya. Masih segar dalam ingatan, bagaimana dulu calon kakak iparnya begitu gigih mendekati, merayu, sampai dimana akhirnya ia luluh setelah dihujani kata-kata penyemangat kala lelah akan perjuangan keras dalam menimba ilmu.
Tiga bulan setelah masa pendekatan intens itu, Yasir Huda membawanya ke penginapan kelas bawah yang ada di pinggiran kota provinsi. Pada waktu itu tengah hujan lebat, mereka terjebak di jalanan, berakhir singgah ke sebuah motel. Disanalah dirinya mempersembahkan mahkotanya, setelah merasakan panas dingin pada sekujur tubuh.
“Astaghfirullah.” Nirma menggeleng kuat, mencoba mengenyahkan sekilas bayangan perbuatan kotornya di masa lalu.
"Walau bagaimanapun, tetap aku yang salah! Memang awalnya disebabkan pengaruh alkohol, tapi setelahnya aku malah menikmati, sampai Kamal hadir dalam rahim ini." Ia meremas perutnya.
Alih-alih mencari pembenaran diri, wanita berwajah cantik itu memilih mengakui perbuatan bejatnya, ia tak mau merasa lebih baik setelah mengetahui fakta sesungguhnya.
Semua sudah terjadi, tak ada gunanya menyesali. Yang ada hanya akan menambah beban pikiran. Ia tak mau mengutuk, dikarenakan hadirnya Kamal Rashad adalah anugerah dari Tuhan.
Setelah puas menangis, Nirma mencoba bangkit, lagi dan lagi menyemangati dirinya sendiri. Berjalan ke ruang istirahat untuk berganti celana yang kotor pada lutut.
.
.
Sudah beberapa hari selepas kejadian di belakang bangunan rumah sakit yang sepi, Nirma sama sekali belum bertemu dengan Linda. Wanita itu dikabarkan mengambil cuti, tapi ia meyakini kalau alasan tersebut hanyalah omong kosong belaka.
Nirma sedang berada di salah satu ruang rawat inap, memberikan arahan bagaimana merawat luka luar bagi pasien yang hendak pulang.
Tiba-tiba ia didatangi salah satu teman sejawatnya, yang sekarang menjauhinya. “Suster Nirma, di ruang tunggu ada anakmu bersama pengasuhnya!”
Nirma langsung berbalik badan, menatap penuh tanda tanya, perasaannya menjadi tak karuan, selama ia bekerja di sini, belum pernah sekalipun Wak Sarmi mendatanginya, apalagi bersama dengan Kamal.
“Cepatlah! Tak nya kau ingin tahu bila buah hati mu tu tengah menjadi buah bibir dikarenakan sumbing?”
“Maksud mu apa …?”
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
Oalah.... ternyata iriii.....huumm ada peribahasa irii tanda tak mampu......itulah yau kau lekukan sama Nirma ....karena tak mampu bersaing dlm banyak hal.... makanya sekarang nyerang mentalnya Nirma....dasar Linda manusia rubah ....😡
2025-04-10
11
Jeng Ining
wah wah waaaahhh.. klo yg nlp Linda td si Agan Byakta, entah kudu geregetan atw berterimakasih tuh🤔🤔🤔, scr ga langsg Byakta buka mata Nirma tp jg dg kasih tekanan mental ampe ke dasar ke Nirma
2025-04-10
3
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
astagfirullah Al adzim.....ish ish ish.... Linda. Linda....perkara di gerayangi duluan aja malah di banggain....urat malu mu udah di buang ke tempat sampah rupanya....yg bentar lg jga gk nutup kemungkinan tubuhnya akan jd penghuni tong sampah pula 🤦🏻♀️
2025-04-10
4