Chapter 03

Ibu pemilik kontrakan menatap sungkan seraya memijit pelipis. “Sebetulnya, sudah ada orang yang mau menyewa dengan harga lebih tinggi, tapi saya kasihan denganmu. Belum lama pindah ke tempat asing, kebetulan pula jarak tempuh kerumah sakit dimana dirimu bekerja begitu dekat. Jadi, saya mencoba mempertimbangkannya lagi.”

Nirma menghela napas berat, punggungnya bersandar pada kusen pintu. “Kira-kira naik berapa ya, Bu?”

“Cuma 20 ribu,” jawabnya tegas.

‘20 ribu di bilang cuma, uang segitu bukanlah nominal kecil bagiku yang sedang berhemat ini,’ batinnya menggerutu.

“Apa tak bisa di tawar, Bu? Itu nominal lumayan mahal bagi saya yang hanya seorang perawat di rumah sakit kecil,” lirihnya mencoba peruntungan.

“Tak bisa, Nirma. Sekarang apa-apa itu mahal.”

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Nirma, selain menerima kenaikan harga sewa kontrakan, jika dirinya memilih pindah akan memakan biaya lagi, belum tentu juga dapat hunian disekitar rumah sakit tempatnya mencari rezeki, yang mana tidak memerlukan biaya transportasi bila hendak pergi dan pulang kerja, sebab sehari-hari bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

“Baiklah, Bu. Saya setuju,” putusnya kemudian dengan nada lemah.

Kemudian pemilik kontrakan berlalu dari sana. Nirma masih pada posisi semula, bersandar di sisi pintu, netranya menerawang jauh.

‘Harus bagaimana lagi aku mengatur keuangan? Mana Kamal sudah mulai MPASI, belum lagi membayar upah wak Sarmi,’ batinnya menangis pilu memikirkan nasib kedepannya.

Sang putra sudah mengonsumsi makanan pendamping ASI, dirinya telah bertekad ingin memberikan yang terbaik sebagai penebus dosa serta rasa bersalah, tentu saja akan menjauhkan Kamal dari makanan mengandung bahan pengawet.

Hal tersebut sudah dapat dipastikan menguras kantong, seperti membuat kaldu dari daging ayam ataupun ikan, tak ketinggalan buah-buahan segar agar gizi anaknya terpenuhi.

“Apa ku terima saja uluran tangan dari Mamak dan Mbak Mala ya?" tanyanya pada diri sendiri, tapi logikanya langsung menepis seraya menggeleng kepala. “Tak boleh, aku sudah berjanji mau berdiri di atas kakiku sendiri, sudah cukup diriku membebani mereka di masa lalu, jangan sampai terulang kembali.”

Ibu muda itu lantas berdiri tegak dan kembali menutup pintu, dirinya hendak bersiap berangkat kerja.

“Siapa yang datang, Ima?” tanya Wak Sarmi pura-pura tidak tahu, padahal dirinya mendengar jelas percakapan tadi.

Nirma menatap sendu pengasuh sang anak yang sedang merebus air di kompor sumbu. “Pemilik kontrakan, Wak. Dia memberitahukan kenaikan uang sewa,” ucapnya dengan raut masam sambil mengambil handuk di jemuran kawat dapur.

“Mengapa tiba-tiba sekali? Bukankah dua bulan yang lalu sudah dinaikan 5 ribu?” Kening Wak Sarmi mengerut.

Nirma mengedikkan kedua bahunya, menggeleng tanda dirinya sendiri pun tidak tahu, lalu masuk ke kamar mandi sederhana, yang mana hanya ada gentong air, gayung, dan wc jongkok, lantainya masih semen kasar.

.

.

Setengah jam kemudian, Nirma sudah rapi dengan pakaian dinas khas perawat, ia mengenakan hijab berwarna putih bersih.

“Nak, Ibuk berangkat kerja dulu ya,” pamitnya, mengecup lembut kening Kamal yang sedang disuapi oleh Wak Sarmi.

Bayi berbulu mata lentik, alis tebal, pipi tembam itu tersenyum seolah mengerti apa yang dikatakan oleh ibunya.

“Hati-hati, Ima! Bekalnya tak ketinggalan ‘kan?” tanya Wak Sarmi.

“Ini!” Nirma mengangkat tas yang ia jinjing, demi mengirit, dirinya selalu membawa bekal makan siang. “Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam, dadah Ibuk.” Wak Sarmi melambaikan tangan kanan Kamal.

Hanya butuh 10 menit berjalan kaki menuju RS kawasan pelosok kabupaten, Nirma sampai di tempat penyimpanan barang sekaligus ruang istirahat, ia menaruh tas dan bekalnya dalam lemari bersekat kotak.

“Pagi, Ima!” sapa Dwi, rekan sejawatnya.

“Sepertinya ada yang lagi berbahagia ni, apa sebab wajah Kak Dwi begitu sumringah?” tanyanya penasaran.

Dwi meletakkan tas sandangnya di atas meja, wajahnya masih berseri-seri. “Aku diterima kerja di puskesmas kampung halaman ku, Ima.”

Auh … Nirma meringis kala jari telunjuknya tertusuk jarum tag nama yang belum sempurna dikaitkan pada bajunya.

“Kau ini, ceroboh betul!” Dwi menepis tangan Nirma, lalu mengaitkan peniti dengan benar.

“Mengapa begitu mudah, Kak? Bukankah baru empat hari yang lalu Kakak memasukkan lamaran kerja nya?”

“Sebetulnya aku juga heran sih, kok bisa lancar sekali prosesnya, seperti laju air terjun saja, tadinya pun tak percaya, tapi begitu Kakak ku yang memberi tahu lewat telepon umum, baru aku yakin.” Binar wajahnya terlihat begitu senang, akhirnya ia bisa hidup berdampingan dengan sang ibu yang sudah sepuh.

Meskipun bingung, tapi Nirma langsung memeluk teman baiknya ini. “Selamat ya Kak, bisa jadi ini berkat kekuatan doa Ibu Kakak. Aku ikut senang, sebentar lagi Dio akan punya banyak teman bermain.”

Dwi pun membalas, mengusap sayang punggung sang teman. “Aku doakan, semoga kau jua secepatnya bisa kembali ke kampung halamanmu, agar Kamal bisa mengenal para saudaranya dan memiliki teman sebaya.”

“Aamiin.” Nirma melerai pelukan mereka. “Jadi, kapan Kakak pulang kampungnya?”

“Mungkin akhir bulan ini, menunggu pengganti ku datang dulu.” Dwi menatap lembut wajah teman yang sudah hampir satu tahun bekerja bersama. “Kamal jadikan, dioperasi saat umurnya sudah 10 bulan, Ima? Kalau iya, nanti aku datang bersama suami dan Dio, kami ingin memberikan dukungan secara langsung.”

“Insya Allah, Kak,” jawabnya yakin, tapi dalam hati meragu. ‘Semoga saja tak ada aral melintang, dan uang tabungan khusus buat operasi Kamal tidak terpakai.’

Keinginan dua wanita itu sama, ingin memberikan masa kecil yang bahagia untuk buah hati mereka, bermain tanpa takut tertabrak kendaraan lalu lalang, dikarenakan tinggal di rumah kontrakkan yang tidak memiliki halaman luas dan langsung terhubung dengan jalan raya.

Lagipula, lingkungan tempat tinggal di perantauan, jarang ada anak kecil sebaya. Jadi, anak Nirma dan Dwi, lebih banyak menghabiskan waktu bersama sang pengasuh.

Setelahnya, Nirma maupun Dwi mulai bertugas mengikuti dokter jaga mengecek kondisi terkini para pasien, membantu para orang sakit minum obat, dan lain sebagainya.

***

Hari terus berlalu, dari pagi beralih ke siang dan bertemu sang malam, sampai berganti minggu.

Akte cerai Nirma sudah turun, dan status cerai hidup telah tersemat di kartu tanda pengenal serta kartu keluarga.

Tiba waktunya bagi pengganti Dwi mulai masuk kerja, sosoknya terlihat pongah dengan senyum meremehkan kala melihat Nirma.

“Hai … mantan sahabat, akhirnya kita kembali dipertemukan. Tak ku sangka kalau mantan pelacur macam kau, bisa diterima kerja di rumah sakit ini. Aku jadi penasaran, kepada siapa dirimu mempersembahkan tubuh, Nirma?” ucapnya dengan nada sedikit keras.

Bisik-bisik pun terdengar jelas di pendengaran Nirma, dirinya berdiri kaku dengan kedua tangan terkepal erat.

Sosok itu mengikis habis jarak, mencondongkan badan, berbisik dengan nada mengejek tepat ditelinga Nirma. "Setelah menjadi pemuas nafsu gratisan, apa sekarang kau mengangkangi paha pria tua demi mendapatkan pekerjaan, Nirma ...?"

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

Nggak bisa tidur, ngeliat ada notif up... otw meluncur....😂
siapa sih ni teman lama kok mulutnya pedes banget. bon cabe level 50 ya...
masih bisa ngaku temen ya...

kepindahan Dwi mungkin juga campur tangan byakta... tapi kalo temen lama rasa petasan ini apa iya ulah juragan byakta juga....
Sampek segitunya mau membuat nirma tak berdaya...???? lalu menerima lamarannya... jangan harap.... perjuanganmu masih panjang tuan.... 🤣🤣🤣

2025-04-08

7

@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦

@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦

wiohohoho....juragan Byakta berselancar dgn triknya ....menekan Nirma biar susah dan bergantung padanya untuk di mintain tolong.....usahamu sungguh luar biasa juragan....jempol 5 lah 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2025-04-08

4

Dewi kunti

Dewi kunti

wah wah terapi mentalnya terlalu nyakitin tuan

2025-04-08

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Kesatu ~ Bonus chapter
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Kesatu ~ Bonus chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!