Keterlaluan

"Ah, itu..."

Andra bingung menjawab pertanyaan Naiya. Tak mungkin ia mengatakan bahwa Bi Nur yang memberitahunya tentang hal ini. Andra memang menyuruh Bi Nur untuk memantau keadaan rumah tangga Naiya dan Shaka setiap hari. Bukan apa-apa. Andra hanya ingin mengawasi mereka. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Kebetulan Papa tadi ingin bertemu teman bisnis sekaligus klien disini. Gak sengaja lihat pegawai ditarik-tarik seperti itu dan Papa juga terkejut saat melihat dari dekat ternyata itu kamu," jawab Andra mencoba meyakinkan Naiya dan sepertinya menantunya itu percaya kepadanya. Terlihat dari wajah Naiya yang tak menunjukkan kecurigaan sedikitpun.

"Naiya, ayo ikut Papa. Tapi kamu ganti baju dulu. Papa tunggu disini," perintah Andra. Ia tiba-tiba memiliki sebuah rencana.

"Kemana, Pa? Tapi Naiya harus kerja. Naiya butuh sekali pekerjaan di sini," jawab Naiya

Angga menggelengkan kepalanya heran. Menantunya ini seperti kekurangan uang saja.

"Suami kamu itu orang kaya, Nak. Kamu sendiri juga berasal dari keluarga yang tidak biasa-biasa saja. Tapi sikap kamu seperti orang yang kekurangan uang," balas Andra heran.

"Emm, tapi Naiya pengen kerja di sini, Pa," cicit Naiya. Ia bingung harus mencari alasan untuk menjawab papa mertuanya ini.

"Iya Papa tahu. Tapi bukan di posisi seperti sekarang ini. Maka dari itu ayo ikut Papa," jelas Andra.

Naiya berpikir sejenak lalu menganggukan kepalanya.

"Bagus. Tapi ganti dulu baju kamu. Papa tunggu disini."

Setelah menuruti perkataan papa mertuanya itu, Naiya kemudian mengikuti langkah kaki Andra yang berjalan lebih dahulu. Entah kemana papa mertuanya itu akan membawanya pergi. Tapi yang jelas saat ini mereka sedang berjalan menuju lift khusus bagi pimpinan perusahaan serta para dewan direksi.

"Naiya, sini di sebelah papa. Jangan di belakang seperti itu," pinta Andra ketika melihat Naiya yang berjalan di belakangnya. Menunduk pula.

Naiya mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Andra. Wanita itu sebenarnya malu mendapat tatapan dari para karyawan di sana . Walaupun ia telah berganti baju dan penampilannya sudah rapi, entah mengapa ia merasa tidak nyaman menjadi objek mencolok hari ini karena berjalan bersama seorang Andra Wijaya.

Mereka berdua menaiki lift yang membawa mereka ke lantai paling atas di gedung ini. Naiya hanya diam dan mengikuti saja kemana papa mertuanya ini membawanya pergi. Namun mendadak tubuh Naiya menegang kala menyadari bahwa Andra membawanya ke sebuah ruangan yang bertuliskan "Direktur Utama".

Sudah dipastikan bahwa yang berada di dalam ruangan itu adalah suaminya, Shaka. Naiya tak dapat menebak apa yang akan papa mertuanya ini lakukan dengan membawanya ke ruangan pria itu. Namun yang jelas, Naiya yakin setelah ini Shaka akan semakin membencinya.

Andra membuka pintu ruangan yang dahulu pernah ditempatinya itu dengan santai tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Naiya yang berada di belakangnya pun hanya diam dan menunduk ketika mengikuti papa mertuanya masuk ke dalam ruangan tersebut.

Sedangkan Shaka yang sejak tadi fokus pada layar macbook-nya untuk meneliti beberapa dokumen penting itu menoleh ketika pintu ruangannya tiba-tiba dibuka tanpa permisi. Tak berbeda dengan Shaka, Regan yang sedari tadi berada di ruangan sahabatnya itu pun juga menoleh ke arah pintu di mana seorang Andra Wijaya masuk bersama sosok wanita cantik dengan pakaian formalnya.

"Om?"

"Papa?"

Mata Shaka yang tadinya menatap ke arah papanya kini menatap sosok di belakang pria paruh baya itu yang sedari tadi menunduk. Bukankah seharusnya saat ini Naiya sedang bekerja menjadi office girl? Lalu mengapa wanita itu tiba-tiba datang bersama papanya? Apa jangan-jangan Naiya mengadu ke papanya sehingga mereka mendatanginya seperti ini.

"Kamu itu benar-benar keterlaluan, Shaka! Bisa-bisanya membiarkan istri sendiri bekerja jadi pelayan seperti itu!" hardik Andra kepada putra sulungnya. Pria paruh baya itu benar-benar marah saat ini.

Shaka memutar bola matanya malas. Pria itu malah dengan santainya menyilangkan kaki dan bersedekap dada seraya berkata, "Orang dia sendiri yang mau, kok. Kalau gak percaya, tanya aja sama menantu kesayangan papa itu."

Andra hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Mengapa putra sulungnya bisa berubah drastis seperti ini. Bukankah dulu Shaka adalah sosok yang lembut dan penyayang? Namun sekarang lihatlah ekspresi angkuh dan cuek putranya itu. Seperti bukan Arshaka yang ia kenal.

"Setidaknya jangan suruh orang lain untuk bersikap kasar sama istri kamu. Dia tadi sampai ditarik-tarik dan diseret paksa. Dimana hati nurani kamu sebagai suami, Shaka?!" tegur Andra.

"Bukan keinginan aku jadi suami dia, Pa! Jadi gak usah tanya dimana hati nurani aku sebagai suami. Karena aku gak punya perasaan apapun ke dia!" tampik Shaka lalu menatap tajam Naiya. Hubungannya dengan papanya yang awalnya sudah tidak baik semakin renggang karena kehadiran wanita itu.

Naiya bingung harus melakukan apa untuk menghentikan perdebatan ayah dan anak yang terjadi karena dirinya ini. Kenapa juga tadi papa Andra harus melihatnya bekerja. Jika tidak, pasti semuanya akan baik-baik saja saat ini.

"Jaga bicaramu, Shaka!" tegur Andra. Giginya bergemeletuk menahan emosi mendengar ucapan anaknya itu.

Naiya mencoba menengahi, "Yang dikatakan Kak Shaka benar, Pa. Semua ini kemauan Naiya sendiri, kok. Papa gak usah marah-marah seperti ini, ya?"

Andra menghela napas lelah kemudian menurunkan nada bicaranya, "Gak bisa. Kelakuan suami kamu ini udah keterlaluan. Pasti dia yang bikin kamu mengerjakan pekerjaan yang berat seperti itu. Pegawai lama saja tidak ada yang bekerja tanpa henti seperti itu, kok."

Naiya mengerjapkan matanya mendengar ucapan papa Andra. Darimana papa mertuanya itu tahu dia bekerja tanpa henti dari pagi hingga siang? Bukankah tadi beliau hanya tahu dirinya di seret oleh kepala bagian pekerja itu?

"Kalau emang Shaka yang nyuruh kenapa?" tantang Shaka, "Lagipula siapa yang gak curiga tiba-tiba dia minta kerja di perusahaan ini? Mana mau lagi jadi office girl?"

Shaka dibuat heran untuk kedua kalinya kala melihat papanya begitu baik kepada Naiya. Pagi tadi Bi Nur, sekarang papanya. Sebenarnya apa yang membuat mereka baik kepada wanita licik itu?

"Papa memang tidak tahu apa alasan Naiya ingin bekerja di sini," tatapan Andra berubah melunak menatap putranya, "Tapi Papa mohon jangan bersikap seperti itu kepada Naiya. Dia itu istri kamu, Shaka."

Shaka sempat tertegun sesaat ketika melihat tatapan papanya yang seperti memohon kepadanya. Apapun yang terjadi, rasa sayang terhadap papanya tak pernah berkurang sedikitpun. Hanya keadaan yang terkadang membuat mereka jadi berselisih paham.

"Oke, Shaka salah. Sekarang Papa maunya gimana?" ujar Shaka mencoba mengalah. Ia ingin mengakhiri perdebatan ini. Pekerjaannya masih sangat menumpuk.

Andra menghela napas lega mendengar penuturan putra sulungnya itu. Walaupun Shaka tidak meminta maaf. Tapi setidaknya pria itu mulai mengakui kesalahannya.

"Papa mau Naiya tetap kerja di sini, jadi sekretaris kamu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!