Bingung

Naiya dengan canggung memasuki rumah mewah yang akan jadi tempat tinggalnya entah sampai kapan. Wanita itu tak tahu seperti apa ia harus menjalani kehidupannya sebagai seorang istri. Apalagi mengingat sikap Shaka yang seperti sangat membenci dirinya.

"Eh, Non sudah pulang?" tanya Bi Nur ketika Naiya ingin menaiki tangga menuju ke kamar.

Mendengar basa-basi dari Bi Nur membuat Naiya mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar. Dengan senyumannya, Naiya meraih tangan Bi Nur dan menciumnya membuat Bi Nur terkejut dan segera menarik tangannya kembali.

"Ya ampun Non, tidak perlu seperti ini. Non Naiya kan majikan Saya," tutur Bi Nur sungkan.

Naiya menggeleng kemudian meraih tangan wanita paruh baya di hadapannya itu kemudian menggenggamnya, "Aku mau minta sesuatu sama Bibi boleh nggak?"

"Minta apa, Non?"

"Bibi mau nggak anggap Aku sebagai anak Bi Nur? Aku kangen banget sama mama tapi udah gak bisa ketemu," ucap Naiya menatap mata Bi Nur penuh harap.

Bi Nur yang mendengar itu tertegun sejenak, tangannya perlahan naik mengusap bahu Naiya dengan lembut. Terlihat dari tatapan matanya, Bi Nur tahu bahwa Naiya sedang dalam kondisi yang tak baik. Tak lama kemudian, wanita paruh baya itu mengangguk membuat Naiya tersenyum bahagia.

"Makasih ya, Bi. Oh ya satu lagi, jangan panggil aku Non atau Nona atau apalah itu. Panggil Naiya aja, ya?"

"Tapi...."

"Gak ada penolakan. Pokoknya mulai sekarang panggil aku Naiya aja," sahut Naiya tak terbantahkan.

"Baik, Nak Naiya."

Mendengar itu sontak membuat Naiya memeluk Bi Nur erat dan mengucapkan terima kasih berulang kali. Setidaknya saat ini selain memiliki Nada, ia juga memiliki Bi Nur sebagai sebagai orang yang peduli terhadapnya.

"Kenapa Nak Naiya begitu mudah percaya sama Bibi yang notabene orang asing? Selain itu, kita juga baru berkenalan tadi pagi."

"Gak tahu. Sejak pertama kali bertemu, Nai yakin Bibi orang baik. Tapi jika memang dugaan Nai salah, gak apa-apa. Bibi harus tetap pura-pura baik ya sama Nai. Anggap aja Naiya gak tahu," balas Naiya santai kemudian melepas pelukannya dengan senyuman yang masih setia menghiasi wajahnya.

Bi Nur yang mendengar itu menjadi iba kepada wanita cantik di hadapannya ini. Terlihat dari sorot matanya, Naiya benar-benar seperti sosok yang mengharapkan kasih sayang dan perlakuan baik dari orang lain. Jika ada yang memberikan perhatian sedikit saja, Naiya akan sangat berterima kasih karena merasa sangat dihargai.

"Bibi akan merasa sangat berdosa jika jahat kepada anak Bibi sendiri," kata Bi Nur kemudian mengelus puncak kepala Naiya membuat Naiya tak lagi bisa menahan air matanya.

"Ah, kok jadi sedih gini? Seharusnya Naiya senang akhirnya bisa ngerasain punya mama lagi," ucap Naiya sembari menghapus air mata yang mengalir membasahi pipinya.

"Sudah, lebih baik sekarang Nak Naiya bersih-bersih habis itu turun buat makan malam. Bibi mau masak dulu, ya?" pamit Bi Nur kemudian beranjak dari sana namun dicegah oleh Naiya.

"Nai bantuin ya, Bi. Aku gak enak numpang disini tapi gak ngapa-ngapain."

"Loh, kok numpang? Nak Naiya kan istrinya Nak Shaka. Memang sudah seharusnya tinggal disini," sahut Bi Nur heran.

Belum sempat Naiya menjawab, suara klakson mobil dari luar mengalihkan atensi keduanya.

"Itu pasti Nak Shaka," ujar Bi Nur lalu beranjak dari sana menuju pintu utama.

Naiya merasa tubuhnya mendadak kaku. Ia bingung bagaimana harus bersikap ketika berhadapan dengan Shaka nanti. Apalagi tadi malam di antara mereka berdua telah terjadi sesuatu yang tak akan pernah Naiya lupakan seumur hidupnya. Jika boleh jujur, Naiya masih takut dan terbayang perlakuan Shaka tadi malam.

Suara langkah kaki yang semakin terdengar itu membuat Naiya gugup. Dengan gerakan cepat, ia lari menaiki tangga menuju lantai atas dan masuk ke kamar Shaka walaupun Naiya tahu hal itu akan sia-sia karena Shaka pasti akan memasuki kamar ini. Wanita itu membawa tubuhnya menuju ke sofa dan akan berpura-pura tidur saja. Setidaknya ia tak akan menghadapi Shaka dalam waktu dekat.

Di sisi lain, Shaka yang baru masuk ke dalam rumah setelah dibukakan pintu oleh Bi Nur itu segera bergegas menuju ke kamarnya untuk mandi karena badannya terasa lengket. Ia merasa cukup lelah hari ini karena menghadapi para investor serta mengawasi dan mengontrol beberapa proyek besar yang tak bisa ia serahkan begitu saja seluruhnya kepada para orang lain.

Klek

Shaka terkejut mendapati seorang wanita yang sedang tidur meringkuk di atas sofa setelah tangannya berhasil menekan saklar lampu di kamarnya. Pria itu memijat pelipisnya pelan. Bisa-bisanya Dia lupa dengan statusnya yang telah menjadi suami dari wanita yang Shaka ketahui kerap dipanggil Naiya itu. Mengabaikan hal tersebut sejenak, Shaka berlalu begitu saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena sudah tak tahan dengan badannya yang semakin gerah.

Naiya yang sejak tadi hanya pura-pura tidur itu mulai membuka matanya perlahan untuk melirik keadaan kamar yang sunyi. Padahal tadi ia dapat mendengar dengan jelas suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya serta lampu kamar yang menyala. Wanita itu bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu kamar mandi karena sayup-sayup terdengar suara gemericik air dari dalam. Apa mungkin Shaka sedang berada di dalam?

Saat Naiya sedang menempelkan telinganya ke pintu kamar mandi untuk memastikan apakah memang benar ada orang di dalamnya, tiba-tiba pintu kamar mandi tersebut dibuka dari dalam sehingga membuat tubuh Naiya oleng dan jatuh ke depan.

"Aw...," teriak Naiya merasakan dahinya membentur sesuatu yang keras dan basah.

"Ngapain kamu?"

Suara berat yang terkesan datar itu membuat Naiya seketika mendongakkan kepalanya dan detik itu juga ia langsung beringsut mundur karena ternyata dahinya tadi membentur dada seorang pria yang tak lain adalah Shaka. Suaminya itu terlihat baru selesai mandi dengan handuk putih yang melilit pinggangnya.

"Maaf, tadi...itu...em...," Naiya benar-benar merutuki dirinya sendiri yang sangat jelas terlihat gugup. Ia bahkan tak berani menatap Shaka yang sekarang sedang menatapnya dengan tajam namun raut wajahnya terkesan datar dan tak berminat.

"Tadi itu aku mau...."

Buk

Ucapan Naiya tersebut terhenti ketika dirinya tiba-tiba dilempari pakaian kotor yang Shaka kenakan tadi untuk bekerja.

"Cuci, dan besok pagi harus sudah kering!" perintah Shaka mutlak membuat Naiya membulatkan matanya terkejut.

Bagaimana tidak terkejut? Saat ini bahkan sudah hampir maghrib, tapi Shaka meminta besok pagi baju itu harus sudah kering. Apalagi kemeja dan celana yang sedang berada di tangannya ini berbahan tebal.

"Kamu masih punya baju lain kan, Kak?" tanya Naiya memberanikan diri namun sedikit canggung ketika pertama kali memanggil suaminya itu.

Shaka yang telah berbalik badan dan berjalan menuju walk in closet itu seketika menghentikan langkahnya lalu menoleh.

"Kenapa? Saya maunya pakai baju itu lagi besok. Memangnya Salah?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!