"Pagi Pak!"
"Baik langsung saja kita mulai..."
Azka menempati posisinya dan mulai memimpin jalannya rapat rutin bagi divisi operasional perusahaan tersebut. Rapat yang harus ditunda beberapa hari karena absennya azka setelah kabur di hari pernikahannya itu berjalan dengan baik dan semestinya.
"Saya minta tolong jelaskan salindia bagian laporan data progres pembangunan proyek JPO di daerah Jakarta Barat," perintah Azka lalu menunjuk acak staff yang ada di sana.
Entah suatu kebetulan atau apa, Nada yang mendapatkan perintah dari atasannya tersebut. Para staff yang ada di sana sedikit meragukan Nada karena dia merupakan staff baru di sana.
Namun setelah Nada menjelaskan apa yang diminta Azka dengan baik dan lancar, tak sedikit yang kagum dengan wanita itu. Bahkan mereka yang telah lama bekerja di sana dan sering menghadiri rapat seperti ini tak banyak yang bisa menjelaskan dengan begitu detail seperti Nada .
"Kamu pegawai baru, ya?" tanya Azka merasa asing dengan Nada .
"Iya, Pak. Saya baru bekerja kemarin," jawab Nada. Ia sedikit gugup karena Azka sedari tadi menatapnya tajam. Ia takut jika pria itu mengenali dirinya. Bagaimanapun hari ini bukan pertama kalinya mereka bertemu. Tapi untuk kedua kalinya setelah malam dimana Nada membawa Azka bertemu Vira.
"Baik. Kalau begitu kamu boleh duduk."
Azka memang seperti baru pertama kali melihat pegawai barunya itu. Namun mengapa ketika menatap mata Nada , ia merasa tidak asing. Seperti pernah melihatnya, tapi kapan entah Azka tidak tahu. Mungkin mereka pernah bertemu di suatu tempat.
Tak ingin ambil pusing, ia segera menyelesaikan rapat hari ini karena sejak tadi telepon genggamnya terus berbunyi menandakan panggilan masuk. Siapa lagi jika bukan dari kekasih tercintanya, Vira.
"Kamu hebat banget tadi, Ra," puji Yana kepada Nada . Mereka berdua sekarang telah berada di kantin untuk mengisi perut.
"Terima kasih, Kak. Ini semua juga berkat Kak Yana yang mengajariku," balas Nada membuat Yana tersenyum.
"Kamu tahu gak? Pimpinan kita, Pak Azka itu kemarin baru saja kabur dari acara pernikahannya, loh," ucap Yana bisik-bisik.
"Iyakah? Kenapa harus kabur, Kak?"
Nada pura-pura terkejut mendengarnya. Padahal kejadian itu merupakan ulahnya bersama Naiya.
"Setahuku sih karena dijodohin ya. Mereka menikah karena terpaksa. Padahal Pak Azka udah punya pacar. Mana bucin banget lagi," jawab Yana.
"Terus nih ya. Karena Pak Azka kabur, jadi mempelai prianya digantikan kakaknya sendiri, yaitu Pak Shaka yang sekarang jadi direktur utama," lanjut Yana.
"Oh, gitu ya? Ternyata rumit juga ya hidupnya orang kaya," ujar Nada menanggapi Yana.
"Iya, Ra. Tapi semoga saja walaupun terpaksa, pernikahan mereka bisa bahagia. Soalnya Pak Shaka itu sebenarnya cinta sama pacarnya Pak Azka. Kaya cinta segitiga gitu, lah. Tapi Pak Shaka mengalah buat adiknya."
Ucapan Yana membuat Nada sedikit terkejut. Ia jadi memikirkan Naiya. Apakah Naiya mengetahui semua ini? Sepertinya ia harus segera bertemu dengan sahabatnya itu. Rencana mereka yang membantu Azka kabur dan menggagalkan pernikahan itu malah berakhir seperti ini.
Nada jadi sedih memikirkan Naiya yang harus menjalani pernikahan tanpa cinta itu. Tapi ia selalu berdoa kepada Tuhan agar Naiya mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
-o0o-
Seorang wanita tengah berjalan berlenggak-lenggok penuh percaya diri di lorong perusahaan Wijaya. Penampilannya dari atas hingga bawah yang dihiasi barang mewah bernilai fantastis itu seakan-akan ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah orang kaya.
Padahal sejatinya, seluruh barang mewah yang ia miliki adalah pemberian sang kekasih yang merupakan anak dari pengusaha sukses pemilik gedung yang tengah ia tapaki saat ini. Wanita dengan baju bermodel sabrina yang menunjukkan belahan dada serta bahu mulusnya itu masuk begitu saja ke dalam ruangan yang sudah tidak asing lagi baginya.
"Sayang...?"
Azka menoleh dan mendapati sosok kekasih cantiknya sedang berdiri di pintu masuk ruangannya.
"Vira?" panggil Azka dengan raut wajah terkejut. Tak biasanya wanita itu datang tanpa mengabarinya.
Vira berjalan mendekati Azka kemudian duduk begitu saja di pangkuan kekasihnya itu.
"Kok kamu gak ngabarin aku kalau mau ke sini?" tanya Azka. Tangan kanannya menahan pinggang Vira agar tidak jatuh.
"Tiba-tiba kangen kamu," ucap Vira manja sembari mengecup bibir Azka sekilas.
Azka menyunggingkan senyumnya lalu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Vira yang sedang berada di pangkuannya. Pria itu menatap kekasihnya dengan penuh cinta.
"Aku sebenernya pengen banget berduaan sama kamu. Tapi hari ini kerjaan aku banyak. Nanti setelah pulang dari kantor aja ya kita jalan-jalan?" ucap Azka mencoba memberi pengertian.
Vira mengangguk, "Iya gak apa-apa, kok. Semangat ya kerjanya. Kamu harus bisa melebihi kakak kamu. Aku pengen liat kamu jadi direktur utama selanjutnya disini."
Azka dengan cepat menggeleng, "Gak sayang, aku udah puas sama posisi aku yang sekarang. Lagipula yang pantas jadi direktur utama disini ya Shaka. Dia jauh lebih berkompeten dari aku."
Vira mengernyitkan keningnya tanda tidak suka mendengar ucapan Azka tersebut.
"Mau aku jadi direktur utama atau gak, yang penting kamu tetap cinta sama aku, kan? Jadi di posisi sekarang ini udah cukup buat aku," ucap Azka. Dia memang tidak pernah berambisi untuk menduduki posisi yang sekarang ini didapatkan oleh Shaka, kakaknya.
Ternyata tanpa Azka ketahui, ucapannya itu membuat Vira kecewa di dalam hatinya. Ia menyemangati kekasihnya itu agar suatu saat nanti ketika dirinya telah menikah dengan Azka, ia dapat merasakan menjadi istri dari seorang direktur utama, yang menjadi impiannya selama ini.
Padahal dengan posisi Azka yang sekarang saja sebenarnya ia sudah dapat berfoya-foya dan hidup enak. Namun tak dapat dipungkiri, ia menginginkan hal yang lebih fantastis lagi. Selama ini hidupnya penuh dengan caci maki dari orang lain. Maka dari itu ia ingin menutup mulut orang-orang yang telah menghinanya.
"Kenapa sayang? Kok diam?" tanya Azka.
Vira yang tersadar dari lamunannya itu kemudian bangkit dari posisinya membuat Azka menatapnya heran.
"Kamu mau kerja, kan? Aku pulang dulu ya. Nanti kalau kamu masih sibuk, kita gak jadi jalan-jalan juga gak apa-apa," ucap Vira memaksakan senyumnya. Selama ini dia berpikir bahwa Azka yang akan menduduki posisi paling tinggi di perusahaan ini suatu saat nanti.
Sejak meninggalnya Amalia, istri dari Andra Wijaya dan ibu dari kedua bersaudara itu, ia melihat Shaka yang paling terguncang mentalnya. Bahkan pria itu sempat depresi beberapa waktu sampai kemudian bangkit kembali.
Vira mengira bahwa Shaka yang seperti itu tak akan mungkin bisa memimpin perusahaan sebesar ini nantinya. Maka dari itu ketika Azka menyatakan perasaan kepadanya, ia langsung menerima pria itu menjadi kekasihnya tanpa berpikir panjang.
Tapi ternyata dugaannya salah. Ketika Shaka sembuh dan berhasil bangkit dari keterpurukannya, pria itu benar-benar bekerja keras dan akhirnya bisa mengalahkan Azka yang saat itu sedang membantu papanya mengelola perusahaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments