Menagih Janji

"Yang bener lah masangnya! Bisa gak, sih?!" gerutu Shaka ketika Naiya sedang memakaikan sepatu di kakinya. Pria itu duduk di atas sofa sedangkan Naiya jongkok diatas lantai.

"Sabar, Kak. Telapak kaki kamu itu besar jadi agak susah," jawab Naiya dengan sabar.

"Jadi kamu nyalahin kaki saya?!"

"Bukan gitu. Nah, ini sudah selesai," ucap Naiya lega. Akhirnya sepatu itu telah terpasang di kaki Shaka.

"Lap ini! Masih kotor!" perintah Shaka seraya menodongkan sepatunya ke arah wajah Naiya.

"Iya sebentar. Aku ambil lap dulu," Naiya kemudian berdiri ingin mengambil lap, namun sebelum itu Shaka mencegahnya.

"Pakai baju kan bisa."

"Baju? Baju aku?"

"Ya Iyalah. Masa iya pakai kemeja saya?!" sungut Shaka dengan wajah yang menyebalkan. Untung Naiya sabar.

Tanpa membantah lagi, Naiya menggunakan kaos yang ia kenakan untuk membersihkan sepatu Shaka membuat pria itu menyunggingkan senyum puas. Rasain, batin Shaka.

"Nih, bawain tas saya ke mobil!" perintah Shaka dengan menyerahkan tas kerjanya kepada Naiya dan langsung diterima oleh wanita itu. Shaka berjalan lebih dulu ke parkiran, sedangkan Naiya mengikuti di belakangnya.

"Hati-hati, Kak," ujar Naiya seraya menyerahkan tas kerja Shaka. Pria itu hanya menatap datar Naiya sebentar lalu masuk ke dalam mobil tanpa berniat untuk membalas ucapan istrinya itu.

Ketika Shaka menyalakan mesin mobil dan bersiap untuk pergi, ia tiba-tiba melihat sesuatu yang tadi malam dibelinya. Shaka menatap ke arah spion dan mendapati Naiya belum beranjak sama sekali dari tempatnya, pria itu mematikan mesin mobil lalu keluar dengan tangan yang membawa sesuatu.

"Ada apa, Kak? Ada yang ketinggalan, ya?" tanya Naiya.

Tanpa menjawab pertanyaan Naiya, Shaka meraih tangan Naiya dan meletakkan bungkusan kecil di tangan tersebut.

"Salep."

"Hah? Salep buat apa?" tanya Naiya dengan wajah bingung menatap benda itu di tangannya.

"Baca sendiri," suruh Shaka membuat Naiya membuka bungkusan di tangannya kemudian membaca kegunaan obat oles tersebut.

"Ini kan obat luka, Kak? Buat siapa?" tanya Naiya bingung. Mengapa tiba-tiba Shaka memberinya salep luka padahal Naiya merasa tubuhnya tidak ada yang luka ataupun lecet.

"Ya kalau saya kasih ke kamu berarti buat kamu, lah. Yakali buat orang gila?!" jawab Shaka ketus. Wanita di depannya ini benar-benar lemot. Shaka jadi geram sendiri.

"Tapi tubuh aku gak ada yang luka, Kak," ujar Naiya.

"Yakin? Saya aja tahu dimana bagian tubuh kamu yang luka," ucap Shaka setelah itu pergi begitu saja dari sana mengendarai mobil menuju kantor.

Naiya terdiam sesaat mencerna ucapan Shaka sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang membuat pipinya memerah menahan malu. Ia baru sadar bahwa ada salah satu bagian tubuhnya yang lecet dan sedikit mengganggu cara berjalannya.

Demi Tuhan, Naiya tak menyangka bahwa Shaka akan mengetahuinya hingga memberinya obat luka seperti ini.

Tak butuh waktu lama bagi Shaka sendiri untuk sampai ke kantor. Dan ternyata kedatangannya rupanya telah ditunggu-tunggu oleh seseorang.

"Akhirnya balik juga," ujar Shaka kepada Azka yang saat ini tengah duduk di sofa ruangan kerjanya. Ia sendiri juga sedikit terkejut saat mendapati adiknya yang telah seminggu menghilang itu duduk di sofa ruang kerjanya

"Gitu doang? Lo gak mau marah gitu sama gue, Ka?" tanya Azka mendekat ke arah Shaka yang masih tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Buat apa? Papa aja gak marah sama lo," jawab Shaka seadanya.

"Ya karena gue kabur, lo harus gantiin gue buat nikah sama Naiya," sesal Azka. Ia begitu terkejut mengetahui bahwa pernikahan itu tetap dilaksanakan dengan Shaka yang menggantikannya sebagai mempelai pria. Jika dipikir-pikir Kakaknya ini selalu saja berkorban untuk dirinya. Sedangkan ia tak pernah melakukan apapun.

"Santai. Cuma nikah, kok. Nanti juga bisa cerai," sahut Shaka dengan entengnya.

"Gila lo! Enteng banget ngomong cerai."

"Kenapa? Orang gue gak cinta."

"Ya tapi gak...."

"Siapa yang cerai?"

Kedua adik kakak yang sedang berdebat itu pun langsung menoleh ke asal suara dimana seorang Andra Wijaya sedang berdiri menatap heran kedua anaknya.

"Papa?"

Azka menelan meneguk ludahnya kasar. Bagaimanapun juga ia sedikit takut menghadapi kemarahan papanya akibat ulahnya sendiri yang kabur kemarin. Sedangkan Shaka hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Kok diam? Siapa yang cerai?" tanya Andra mengintimidasi.

"Cerai apa, Pa? Papa salah dengar mungkin," jawab Azka sekenanya membuat Andra menatapnya tajam.

"Kamu juga. Main kabur-kaburan. Gimana? Udah ketemu pacar kamu yang murahan itu?!" tanya Andra ketus.

Azka yang mendengar ucapan papanya itu tidak terima, "Apa-apaan sih, Pa?! Jangan ngomong sembarangan, ya! Vira bukan perempuan murahan!"

"Bukan perempuan murahan apanya? Tidur sama pria sana-sini biar dapat uang itu apa namanya kalau bukan perempuan murahan," ucap Andra meremehkan.

"Cukup!!!" teriak Shaka menghentikan perdebatan papa dan adiknya itu. Hinaan papanya terhadap Vira itu membuatnya emosi.

"Papa udah keterlaluan! Vira bukan wanita seperti itu!" lanjut Shaka menatap tajam papanya.

Andra hanya menghela napas lelah mendapat perlawanan dari kedua anaknya sendiri, "Kalian berdua sudah benar-benar buta! Mau-maunya dibodohi dan dihasut sama perempuan seperti itu!"

"Kalau papa gak suka sama Vira, gak usah merendahkan dia. Lagipula omongan Papa tentang Vira gak pernah terbukti, kan?" ujar Azka.

"Mau Papa kasih bukti sekalipun kalau kalian berdua udah dibutakan sama perempuan itu percuma."

Shaka yang mendengar jawaban papanya itu terkekeh, "Bilang aja Papa gak mau kalau keluarga kita dapat menantu dari orang biasa, kan? Papa aja yang gila hormat!"

"Terserah kalian. Suatu saat Papa akan buktikan kalau memang perempuan itu memang bukan perempuan baik-baik," ujar Andra kemudian berbalik ingin pergi dari ruangan itu.

"Tunggu, Pa!"

Andra menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Shaka yang memanggilnya.

"Aku mau ngomong sama Papa. Mumpung ada Azka juga disini," ucap Shaka kemudian menatap Azka yang juga tengah menatapnya penasaran.

"Mau ngomong apa kamu?" tanya Andra serius.

"Tentang kesepakatan kita kemarin. Aku mau Papa turuti permintaanku sekarang." Ucapan Shaka itu membuat kening Azka berkerut. Sebenarnya apa kesepakatan apa yang telah dilakukan oleh papa dan kakaknya ini.

"Memangnya kamu mau apa?" Andra menunggu jawaban putra sulungnya itu serius. Dilihat dari gelagat Shaka, sepertinya permintaan anaknya itu bukan main-main.

"Restui hubungan Azka dan Vira sekarang agar mereka bisa menikah," ujar Shaka membuat Andra geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Masih saja ya? Apa tidak ada permintaan yang lebih berat?" tanya Andra menyindir. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Shaka. Bagaimana mungkin ia harus merestui Vira agar menjadi menantu keluarga Wijaya?

"Aku udah setuju menggantikan Azka untuk menikah sama menantu kesayangan papa yang licik itu. Sebagai imbalannya, Papa harus mengabulkan permintaanku ini. Ingat, Papa udah janji," tegas Shaka.

"Oke, papa restui hubungan adik kamu sama perempuan itu. Tapi yang harus kamu ingat, papa akan segera buktikan kalau dia itu bukan perempuan baik-baik!"

Azka mengepalkan tangannya erat menyaksikan perdebatan papa dan kakaknya itu.

"Cukup Pa! Jangan hina Vira terus! Harus berapa kali Azka bilang kalau Vira itu perempuan baik-baik."

"Kalau benar pacarmu itu perempuan baik-baik, seharusnya bundamu dulu tidak ragu untuk merestui hubungan kalian berdua," ujar Andra kemudian pergi begitu saja dari sana meninggalkan kedua anaknya itu.

"Seharusnya lo gak perlu sampai kaya gini, Ka," kata Azka.

"Gue cuma mau lihat lo sama Vira bahagia. Udah itu aja," balas Shaka.

"Tapi kebahagiaan lo gimana?" tanya Azka. Dari dulu hingga sekarang, Shaka selalu mengalah dan lebih mementingkan kebahagiaan dirinya. Tidak hanya satu atau dua kali, bahkan berkali-kali hingga Azka merasa dirinya begitu lemah dan tak berguna di hadapan kakak satu-satunya yang ia miliki ini.

"Lo tahu? Gue udah gak berharap bahagia sejak bunda pergi ninggalin kita."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!