Naiya menggeleng, "Nggak salah, tapi aku gak yakin baju kamu bisa kering besok pagi, Kak."
"Cari cara, lah! Kamu punya otak buat mikir, kan?!" jawab Shaka ketus.
"Lagipula mulai sekarang saya maunya kamu yang nyuci semua pakaian saya termasuk sepatu, kaos kaki, pokoknya semua!" lanjut Shaka dengan entengnya.
"Tapi...,"
"Protes? Hm?" Shaka mendekati Naiya dengan tatapannya yang terlihat menusuk itu sehingga Naiya langsung menggeleng kemudian menunduk tak berani untuk menjawab lagi.
"Bagus, saya suka orang yang penurut seperti ini," ucap Shaka tersenyum sinis ketika menyejajarkan wajahnya dengan wajah Naiya.
"Satu lagi, setelah mencuci baju itu bawakan kopi keruangan kerja saya!" perintah Shaka kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Naiya.
Pria itu memang sengaja memerintah Naiya sesuka hati karena itu merupakan salah satu rencananya bersama Azka untuk memberikan pelajaran kepada Naiya yang mereka anggap sebagai wanita licik dan murahan karena telah memfitnah Azka. Sebenarnya Shaka tak menyangka bahwa dirinyalah yang harus menjalankan rencana ini karena ternyata ia yang menikah dengan Naiya.
Naiya menatap punggung tegap Shaka yang semakin menjauh itu kemudian beralih menatap pakaian kotor yang berada dekapannya. Aroma yang tercium dari kemeja Shaka seperti tidak asing baginya. Aroma itu benar-benar sama persis seperti aroma yang tercium dari tubuh Shaka tadi malam.
Kenapa jadi ingat yang kaya gitu, sih? Batin Naiya menggelengkan kepalanya. Lebih baik ia segera mencuci baju Shaka lalu membuatkannya kopi sesuai permintaan pria itu.
Sedangkan Shaka saat ini sedang berjalan menuju ruang kerjanya yang berada tepat di sebelah kamar pria itu. Ia membuka pintu balkon dan memejamkan matanya sebentar menikmati embusan angin yang menerpa kulit wajahnya. Shaka menghela napas berat memikirkan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini.
Dia yang dulu berpikir untuk tidak akan menikah namun sekarang malah memiliki istri yang tak sedikitpun ia cintai. Jika sekarang yang menjadi istrinya adalah Vira, tentu saja keadaan akan berbeda. Ia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini.
Berbicara tentang Vira, Shaka telah mengetahui keberadaaan wanita itu serta adiknya dan sedikit terkejut mengetahui bahwa mereka sedang bersama. Ia menduga bahwa Azka kabur dari acara pernikahannya karena telah menemukan keberadaan Vira.
Shaka merasa lega karena mereka berdua tidak jadi berpisah. Namun, tak dapat dipungkiri di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia juga merasa cemburu. Tapi semua itu bukan masalah karena yang terpenting ia dapat melihat adiknya serta wanita yang dicintainya itu hidup bahagia.
Tok tok tok
Suara ketukan itu berhasil mengalihkan perhatian Shaka. Pria itu kemudian berjalan ke arah pintu dan membukanya. Terlihat Naiya yang berada di hadapannya dengan membawa nampan berisi segelas kopi.
"Ini kopinya, Kak," ucap Naiya seraya menyodorkan nampan di tangannya.
Shaka hanya menatap malas wanita dihadapannya itu kemudian berkata ketus,"Kamu suruh saya bawa kopi panas itu?!"
Naiya mengerjapkan matanya bingung kemudian menggelengkan kepalanya, "Nggak."
"Yasudah, kenapa diam? Bawa ke meja sana, lah! Dasar lelet!" cibir Shaka kemudian masuk begitu saja ke dalam membuat Naiya mengikutinya.
Naiya berjalan tepat di belakang Shaka ketika memasuki ruangan kerja yang lumayan besar itu. Matanya berhenti menatap salah satu foto yang terletak di atas meja. Foto tersebut memperlihatkan Shaka yang sedang tersenyum bahagia sambil merangkul sosok wanita paruh baya.
Karena terlalu lama memandangi foto itu, Naiya tak sadar bahwa Shaka yang berada di depannya itu telah berhenti dan berbalik ke arah Naiya.
"Letakkan di si...."
Pyar
Gelas yang berisi kopi itu jatuh ke lantai setelah Naiya menabrak Shaka.
"Maaf, Kak. Aku gak sengaja," Naiya refleks mengelap kaos Shaka yang terkena tumpahan kopi panas tersebut. Jelas terlihat bahwa sekarang Shaka tengah menahan amarahnya.
Sialan, batin Shaka merasakan gelenyar aneh di tubuhnya akibat sentuhan Naiya. Apalagi ketika tangan Naiya menyibakkan kaos yang Shaka kenakan lalu menyentuh perut pria itu yang memerah namun tidak sampai melepuh.
"Stop! Jangan sentuh-sentuh saya!" ucap Shaka menepis tangan Naiya yang berada di perutnya.
"Maaf. Aku ambilkan kompres, ya?" tawar Naiya menatap Shaka merasa bersalah.
"Gak perlu. Mending kamu bersihkan semua ini!" perintah Shaka lalu berlalu dari sana begitu saja.
Naiya berjongkok membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. Ia merutuki dirinya sendiri yang benar-benar ceroboh. Sudah tahu suaminya itu tidak menyukainya, tapi ia malah menambah masalah dan membuat Shaka semakin membenci dirinya. Lebih baik setelah ini ia minta maaf kembali kepada Shaka dan membawakan kompres untuk suaminya itu.
Sedangkan di kamar mandi...
"Sialan! Kenapa jadi kaya gini, sih?!" gerutu Shaka. Pria itu sekarang sedang berada di bawah guyuran air shower untuk memadamkan gejolak yang tiba-tiba bangkit dari dalam dirinya akibat sentuhan Naiya yang hanya beberapa detik itu saja.
Setelah kurang lebih satu jam berada di kamar mandi, Shaka memutuskan untuk keluar dan hanya menggunakan bathrobe yang menutupi tubuhnya.
"Ngapain lagi kamu?" tanya Shaka ketus kepada Naiya yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya ketika ia baru saja keluar dari kamar mandi. Jangan bilang wanita itu sejak tadi menunggunya keluar dari kamar mandi.
"Aku mau minta maaf, Kak. Dan ini...," Naiya mengangkat wadah yang berisi air es serta handuk kecil di tangannya.
"Buat mengompres perut kamu biar gak melepuh," lanjutnya kemudian namun tak dihiraukan oleh Shaka. Pria itu dengan cuek melangkah meninggalkan Naiya begitu saja menuju walk in closet.
"Kak Shaka tunggu...," ucap Naiya menghadang langkah Shaka dengan tubuhnya.
"Apa lagi?! Jangan ganggu saya! Minggir kamu!" usir Shaka seraya menyingkirkan tubuh Naiya yang hanya sebatas dadanya itu dengan kasar. Membuat wanita itu sedikit oleng
Namun Naiya tak menyerah. Ia kembali mengejar Shaka dan berusaha mengajak suaminya itu berbicara, "Kamu kok lama banget di kamar mandi, Kak? Kamu gak apa-apa, kan?"
Shaka menghentikan langkahnya lalu berbalik arah dan menatap tajam Naiya. "Gara-gara kamu saya lama di kamar mandi."
"Aku? Memangnya ada apa? Perut kamu gak melepuh kan, Kak? Tadi pas aku pegang cuma sedikit mer...."
Blar
Ucapan Naiya terhenti begitu sajaketika Shaka membanting pintu walk in closet dengan cukup keras. Wanita itu menghela napasnya lelah. Bingung dengan sikap pria yang telah menjadi suaminya itu. Dirinya kan berniat baik untuk minta maaf dan mengompres perut Shaka yang terkena kopi panas tadi. Tapi Shaka malah marah-marah seperti itu. Dirinya mungkin harus lebih terbiasa dengan sikap Shaka, karena suaminya itu terlihat benar-benar membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments