Paginya Vano mengajak Vallen keluar dari rumah untuk melihat dunia yang lebih luas bukan hanya hutan seperti biasanya.
"Wow manusia disini sangat banyak bahkan melebihi perkiraan ku" ucap Vallen melihat sekeliling kantor yang sedang ramai dipagi hari.
"Vallen ayo kenapa berhenti" ujar Vano.
Vallen berlari lari kecil menuju kearah Vano dan mengikutinya dari belakang hingga sampai diruangan.
Ceklek
"Ini kantor?" Tanya Vallen melihat sekeliling ruangan yang sangat luas dan nyaman.
"Iya ini namanya kantor tempat orang bekerja" jawab Vano lalu duduk dikursi kebesaran nya.
Vallen berjalan menuju jendela untuk memastikan apakah matahari benar benar ada di kantor seperti yang diucapkan oleh Vano.
"Wow matahari terlihat sangat dekat dari sini" ucap Vallen terkagum kagum menatap kearah atas.
Vano tersenyum melihat kepolosan atau kebodohan Vallen, untung saja hanya ada satu mahluk yang seperti ini pikir Vano.
"Aaaa!!!!" Vallen menjauhkan dirinya dari jendela saat menatap kebawah dan melihat dirinya sedang diatas udara.
Vallen terduduk lemas dengan kaki gemetar, Vano sendiri bingung kenapa Vallen berteriak seperti itu.
"Ada apa?" Tanya Vano mendekati Vallen karena tertarik dengan reaksi gadis itu.
"Apa malaikat maut sedang menjemput kita? Kenapa kita berada didekat langit dan tempat ini sangat atas, aku ingin turun" jawab Vallen dengan wajah pucat.
Vano mengeryitkan dahi masih tidak mengerti maksud dari ucapan Vallen.
"Vano aku ingin turun!!" Ucap Vallen berkaca kaca.
"Baiklah ayo berdiri kita turun" ujar Vano mengulurkan tangannya.
"Aku tidak bisa berdiri" kata Vallen.
"Naik!!" Titah Vano menyumbangkan punggungnya untuk Vallen.
Setelah Vano berhasil menggendong Vallen, dia membawa Vallen turun kembali ke lantai pertama. Vano menyesal mengajak gadis bodoh ke kantornya karena ada saja yang Vallen tidak tahu termasuk gedung gedung yang bisa di naiki hingga menuju pencakar langit.
"Vallen aku harus meeting dengan Ethan, aku tidak bisa menemani mu dibawah" ucap Vano menurunkan Vallen.
"Kau tidak takut naik keatas?" Tanya Vallen masih syok dengan apa yang ia lihat.
"Ck aku bisa memecat mu tinggal dibumi jika terlalu bodoh!!" Jawab Vano memijit pelipisnya.
"Lalu aku tinggal dimana?" Tanya Vallen dengan polosnya.
"Kau menyukai matahari bukan? Pergilah ke matahari!" Jawab Vano masih sempat sempatnya meladeni Vallen.
"Sudahlah aku harus meeting, diam disini atau kau bisa berjalan jalan didekat dekat kantor tapi jangan terlalu jauh" imbuh Vano sembari memberikan kartu untuk Vallen jika sewaktu-waktu ia ingin membeli sesuatu.
"Apa ini?" Tanya Vallen mengambil kartu itu.
"Ini untuk belanja, jika kau ingin membeli sesuatu maka gunakan ini" jawab Vano.
"Aku tidak pernah membeli sesuatu dengan ini, jika ingin tinggal mengambil saja" gumam Vallen.
"Itu namanya mencuri, mulai saat ini jika ingin membeli sesuatu gunakan ini. Sudah ya aku pergi" ucap Vano menepuk pundak Vallen lalu meninggalkan nya kembali ke kamar.
Baru sedetik Vano menghilang dari pandangan nya, Vallen sudah mulai bosan melihat orang-orang berlalu lalang tidak jelas.
Vallen keluar dari kantor dan berjalan-jalan didekat dekat kantor, kini Vallen bisa bernafas dengan bebas sembari menikmati dedaunan pohon yang sudah bertebaran dipinggir jalan.
Lama berjalan Vallen melihat sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya yaitu es krim yang sedang dinikmati oleh beberapa anak kecil didepannya.
Vallen mendekati anak anak itu lalu merebut es krim yang mereka pegang.
"Kakak jangan suka mengambil milik orang, jika kakak ingin beli sendiri" ucap salah satu anak itu.
"Memangnya beli dimana?" Tanya Vallen sembari mengecap es krim yang ia rebut.
"Disana kak" jawabnya lagi.
Vallen menatap petunjuk anak itu, disana terlihat cafe sederhana namun memamerkan kesegaran didalamnya. Vallen mengembalikan es krim yang sudah ia makan setengah kepada pemiliknya lalu mendekati cafe disana.
Vallen langsung memasuki cafe lalu memesan es krim, pelayan disana sempat bingung dengan pesanan aneh Vallen karena dia mengatakan ingin memesan es dingin.
"Wooww!!!" Vallen bertepuk tangan kecil melihat es krimnya datang.
Tak sampai beberapa menit es krim itu ludes dilahap oleh Vallen, merasa dirinya sudah puas Vallen ingin keluar namun dihadang oleh para pelayan.
"Nona anda belum membayar" ucap salah satu pelayan.
Vallen mengingat ingat kembali ucapan Vano bahwa dia harus memberikan kartu untuk membayar apa yang sudah ia ambil.
"Baiklah" Vallen mengeluarkan black card nya.
Ttkkk!!!
Vallen mematahkan kartu itu lalu memberikannya setengah pada pelayan dan sisanya ia simpan agar tidak habis terpakai.
"No,,,,na anda tidak bercanda kan" ucap pelayan itu melihat black card patah begitu saja.
"Tidak, sekarang biarkan aku pergi" ujar Vallen masih sabar menghadapi pelayan yang menghalanginya.
"Tidak bisa nona anda belum membayar"
Vallen habis kesabaran, dia ingin menendang pelayan yang menghalanginya namun dihadang oleh seseorang.
"Nona nona jangan!!" Ucap seorang pria memegang tangan Vallen.
"Berikan bill nya aku yang membayar"
Pelayan itu membawanya pergi ke kasir untuk membayar es yang telah dimakan oleh Vallen.
"Hey kenapa kau mematahkan black card mu?" Tanya Rafi.
"Dia meminta bayaran lalu aku memberikan kartu setengah dia masih saja tidak memberikan ku masuk" jawab Vallen cemberut.
"Astaga kau hidup di zaman apa tidak bisa menggunakan kartu, baiklah namaku Rafi kau siapa?" Tanya Rafi mengalihkan pembicaraan.
Seperti biasa Vallen mengangkat tangannya untuk menunjukkan sebuah nama pada Rafi.
"Vallen, baiklah Vallen aku masih belum selesai bersekolah, ini ambil es krim untuk mu tadinya aku ingin memberikan nya pada kekasih ku tapi dia tidak terlalu suka dengan cokelat" tutur Rafi memberikan cup es krimnya pada Vallen.
"Terimakasih"
Rafi mengangguk dengan senyum manisnya lalu meninggalkan Vallen keluar cafe. Sedangkan Vallen kembali menuju kantor dan menunggu Vano dibawah.
Baru beberapa menit duduk menunggu Vano keluar dari ruangannya untuk menemui Vallen, sedikit repot memang jika Vallen terus menerus tidak berani naik ke lantai atas mungkin bisa hanya saja maksimal dua lantai.
"Vallen" panggil Vano lalu mendekati gadis itu.
"Duduk" Vallen memberikan tempat untuk Vano disampingnya.
"Dimana membeli es krim?" Tanya Vano menatap cup es krim yang ada ditangan Vallen.
"Diberikan oleh orang" jawab Vallen.
"Kenapa tidak membeli? Bukankah aku sudah memberikan kartu?" Tanya Vano.
"Kartu ini tidak berguna ambillah" jawab Vallen mengembalikan setengah black card.
Vano membulatkan mata melihat black card yang ia berikan tersisa setengah dan isinya tidak main main, untung saja Vano tidak memberikan kartu yang berisi dana perusahaan pada Vallen.
"Va,,, Vallen kenapa hanya setengah" ucap Vano mengambil kartunya.
"Orang itu meminta bayaran dan kau mengatakan jika kita membeli berikan ini padanya lalu aku memberikan setengah" jawab Vallen santai.
"Astagfirullah padahal uang ini cukup untuk menyogok Ethan 100 kali" gumam Vano menepuk keningnya.
🌿🌿
😒😒😒pencet tombol like trs komeeeeennnn!! eeh kalian yang berani turuin rate aku kutuk jadi cilok ya🤤🤤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
runma
polos bener
2023-02-03
0
。.。:∞♡*♥
🤭🤭🤭dipatahin
2022-01-24
0
Dian
ku menangisssss .......membayangkan.... black card potek jadi dua 🤣🤣🤣...sabarrrr vano 🤭🤭🤭
2021-12-10
0