Pagi sekali Vano mengunjungi kamarnya melihat Vallen apakah dia sudah sadar atau tidak agar Vano bisa mengintrogasi gadis itu segera.
Ceklek
Vano melihat air mata sedang membanjiri wajah gadis itu, dimata Vano tidak ada sama sekali sorotan mata mematikan seperti tadi malam.
Vano mencoba mendekati Vallen namun reaksi nya seperti ketakutan, kedua tangannya terus mencoba untuk memberontak.
"Katakan siapa bos mu!" Ucap Vano melipat tangannya di atas dada.
Alih alih menjawab Vallen kembali menangis melihat tangannya terjerat oleh tali. Vano sendiri bingung kenapa reaksi ketua mafia seperti gadis polos.
Vano berjalan memencet tombol didekat nakas yang langsung tersambung ke kamar Farel dan Ethan.
"Datang ke kamar ku, SEKARANG!" titah Vano
Beberapa detik kemudian keduanya masuk kedalam kamar sang bos. Mereka melihat kejadian yang sama dengan Vano, Vallen dengan wajah manis seperti itu siapa yang tidak tega melihat nya.
"Van dia kenapa?" Tanya Farel menatap Vano.
Vano mengangkat bahu nya lalu beralih posisi kedepan ranjang memperhatikan wajah Vallen. Vano mengeluarkan pistol lalu mengarahkan nya tepat dikening gadis misterius itu.
"Jangan pernah membohongi ku dengan wajah seperti itu! Katakan padaku dimana bos mu!!" Ucap Vano menatap Vallen.
Vallen membisu tidak ada jawaban atau sedikit pun suara dari gadis itu, matanya sembab menangis sedari tadi bahkan sebelum Vano masuk kedalam kamar.
Dorr!!
Vano melesatkan peluru tepat disamping kepala Vallen untuk menggertak nya agar mau mengatakan yang sebenarnya. Alih-alih mengaku gadis itu mematung ditempatnya.
"Lepaskan dia!!" Titah Vano kesal.
Farel dan Ethan mengangguk lalu melepaskan tali yang mengikat kaki dan tangan Vallen.
Setelah kaki dan tangannya terbebas Vallen berlari mengalungkan tangan dileher Vano lalu memeluknya.
"Astagfirullah Astagfirullah Astagfirullah!!!" Teriak Vano sampai melepas senjatanya karena refleks.
"Hey lepaskan gadis ini kenapa kau diam saja!!" Teriak Vano mengangkat kedua tangannya tidak ingin menyentuh Vallen sama sekali.
Ting,,,ting!!
"Assalamualaikum!"
Ketiga pria itu terbelalak mendengar suara Vira menggema mengucapkan salam.
"Umi ku umi ku!! Lepaskan gadis ini dari tubuh ku!! Hey kau lepaskan aku!!" Teriak Vano.
Untung saja kamarnya kedap suara Vano bisa berteriak sepuasnya meskipun tidak berani menyentuh gadis itu.
"Assalamualaikum!" Salam kedua masih saja tidak ada yang menjawab.
Vano semakin panik apalagi Vallen menempel seperti cicak ditubuhnya meskipun Farel dan Ethan sudah berusaha melepaskannya.
"Tidak ada jalan lain, aku dan Ethan akan mengundur waktu. Kau disini berusaha lah untuk melepas gadis ini lalu buang kemana saja atau lepaskan, kita akan memburunya nanti" ucap Farel panik lalu menarik Ethan keluar dari kamar menemui Vira.
"Hey kau,,,,"
Vallen semakin mengeratkan pelukannya tanpa berbicara sedikitpun.
Disisi lain Farel dan Ethan menghapus keringat dinginnya sebelum benar-benar membuka pintu.
"Waalaikumussalam tante, om, papa" Farel semakin terkejut melihat Vira, Vino, Faris, dan Andre sedang berdiri di luar.
"Ibu dan mama mana bunda?" Tanya Ethan basa basi.
"Biasa, mereka sedang perawatan jadi tidak ingin keluar rumah" jawab Vira.
"Begini cara menyambut orang tua sayang" imbuh Vira menatap Farel dan Ethan.
"Heuh? Ah silahkan masuk tante lagipula tante sudah sangat amat sering datang kerumah jadi tidak perlu mengetuk pintu"
Mereka masuk kedalam rumah, Farel mempersilahkan para orang tua untuk duduk di manapun mereka ingin.
"Vano dimana Farel?" Tanya Vira menatap sekeliling rumah.
"Masih tidur bunda" jawab Ethan.
Farel menepuk keningnya mendengar jawaban Ethan, pasti Vira menduga putranya tidak shalat sehingga masih tidur.
"Cih pemalas!" Celetuk Andre.
"Hey dia putraku diam!" Saut Vino tidak terima putranya disindir sindir.
"Papa rasa Vano bukan pemalas seperti itu" ucap Faris.
"Aku setuju, putraku bukan pemalas seperti dia" ujar Vino ketus melihat Andre.
"Baiklah baiklah aku akan membangun nya sekarang jadi tidak usah bertengkar" Vira berjalan menuju kamar atas.
"Tante!!"
"Bunda!!"
Vira memutar tubuhnya, jelas sekali terlihat keanehan diwajah Farel dan Ethan.
"Va,,,Vano akan marah jika dibangunkan bunda" ucap Ethan mencari seribu alasan.
"Vano sangat mengerikan jika dia sudah marah tante" sambung Farel.
"Vano tidak akan marah jika tante yang membangunkannya kalian tenang saja" Vira kembali berjalan menuju kamar putranya.
Aura ketegangan diantara Farel dan Ethan semakin kuat ketika Vira sudah berhasil menaiki seluruh anak tangga.
Keduanya saling menatap, rasanya mereka ingin membuang gadis itu tadi malam daripada harus membawanya kedalam rumah.
Ceklek
"Sayang kenapa masih ti,,,," Vira menghentikan kalimatnya ketika melihat pemandangan didepan.
Matanya mulai panas melihat kelakuan putranya, Vira melihat Vano sedang dipeluk oleh seorang gadis.
"Umi" Vano benar benar merasa berdosa melihat umi nya dengan ekspresi seperti itu.
Vira mengeluarkan air mata melihat Vano sekarang ini, kecewa adalah satu kata yang sedang dirasakan Vira.
"Umi tidak percaya harus melihat kelakuan bejat seperti ini dirumah putra umi sendiri!"
Brakkk!!!
Vira membanting pintu keluar dari kamar itu, sakit rasanya dibohongi oleh anak sendiri. Vira telah mempercayai Vano untuk menjaga diri tapi ternyata dia salah.
"Lepas!!!" Vano akhirnya memegang tangan Vallen lalu melepas paksa pelukan itu.
"Umi!!" Vano berlari menyusul uminya.
"Umi umi ini semua salah paham" Vano menghadang uminya ditengah tengah anak tangga.
Kain penutup wajah Vira basah karena air mata yang tidak bisa ia hentikan.
"Demi Tuhan Vano tidak melakukan apa yang umi lihat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
nih Vallen ada lem Aibon kali dibodynya yak kok peluk Vano gk lepas" nempel kek perangko🤦🤦ya salah paham la umi nya..
2021-11-21
0
baida zu
knp si Valen?
2021-09-25
0
Dhea Anastasya
salah Pham dah🤦🤦
2021-09-06
1