Vano refleks menendang punggung Vallen hingga oleng dan hampir pingsan, lagi lagi Vano melihat Vallen menekan tombol yang dikalungkan dileher nya lalu pingsan.
"Ethan masuk!!" Titah Vano.
Tanpa berpikir lama Ethan masuk kedalam kamar dan disana Ethan melihat Vallen sudah terlepas dari ikatannya.
"Dia sadar tapi dia masih beracun" ucap Vano.
"Bagaimana bisa? Kita melakukan hal yang sama seperti diawal" ujar Ethan mendekati Vano.
"Dia kembali mematikan tombol di kalungnya aku curiga kalung itu adalah tumpuan dari sikapnya" kata Vano masih lengket menatap Vallen.
"Kau pikir dia robot memiliki tumpuan pada tombol" ujar Ethan.
Vano tidak mendengar ucapan Ethan dia tetap mendekati Vallen untuk mencabut kalungnya.
"Maaf" setelah mengatakan itu Vano menyentuh leher Vallen dan mencabut kalungnya.
Vano memperhatikan kalung yang ia ambil, tidak ada yang istimewa dari kalung itu hanya saja Vano sedikit aneh melihat ada tombol di bagian mata kalung.
"Selidiki kalung ini"
Ethan mengambil kalung yang diberikan oleh Vano, belum sempat terlalu memperhatikan kalung itu Vallen bergerak. Ethan sudah siap menyerang namun Vallen tidak memunculkan reaksi berlebihan.
"Aww punggung Vallen sakit" ucap Vallen memegang punggungnya.
"Vallen kau kembali" ujar Vano sedikit antusias dan senang melihat Vallen kembali ke dirinya.
"Aku tidak ingin membunuh mu, pergilah!" Kata Vallen setelah sadar Vano ada disana.
Vano dan Ethan saling menatap lalu kembali menatap Vallen, mereka masih belum mengerti apa yang dikatakan oleh Vallen.
"Aku tidak mengerti" ucap Vano.
"Pergi!! Aku tidak ingin melukaimu!" Ujar Vallen menatap Vano lalu melihat sekelilingnya.
Vallen sadar dirinya tidak dirumahnya saat ini melainkan dirumah Vano.
"Baiklah aku yang akan pergi, tolong jangan cari masalah dengan ku!" Vallen turun dari kasur.
Vano langsung berdiri dan mendorong tubuh Vallen keatas kasur kembali, entah kenapa Vano tidak suka dengan ucapan Vallen tadi.
"Kau ingin pergi dari sini? Cih bermimpi lah sepuas mu!" Ucap Vano tersenyum sinis lalu mengaktifkan tombol kedap suara dikamar nya agar Vallen tidak mendengar suara apapun dari luar termasuk pluit yang pernah mengembalikan dirinya menjadi pembunuh.
"Kalung dimana kalung!!" Teriak Vallen setelah sadar sesuatu dilehernya menghilang.
"Untuk apa kalung?" Tanya Vano menatap Ethan memberikan isyarat untuk keluar sebelum Vallen bereaksi.
Ethan mengangguk lalu keluar dan menutup pintu sedangkan Vallen berjalan kearah Vano dan memeriksa tubuhnya mencari kalung.
"Kalung untuk apa!!" Ucap Vano menjauh dari Vallen.
"Jika kalung itu tidak ada dileher ku bagaimana dia akan memanggil ku!" Ujar Vallen panik.
"Bagus! Itu artinya kau tidak pernah berada dibawah pengaruhnya bukan" ucap Vano tetap menghindari Vallen walaupun gadis itu mendekati nya.
Vallen berhenti mengikuti Vano kemanapun, ada benar nya juga apa yang dikatakan oleh Vano.
"Sekarang jelaskan padaku semua yang terjadi padamu, jelaskan seluruh alat alat yang ada ditubuh mu, jelaskan bagaimana cara orang itu mengendalikan mu" ucap Vano mendekati Vallen mengajak nya duduk di sofa.
Sebelum berbicara Vallen menekan tombol di gelang tangannya lalu melepaskan gelang itu diatas meja, alat kedua Vallen mengambil benda sejenis kabel lengkap dengan tombolnya didalam rambut.
"Sshhh" Vallen meringis saat menarik kabel itu keluar.
"Vallen" semua yang di lihat Vano benar benar diluar dugaan, ternyata seluruh souvernir yang ada ditubuh Vallen memiliki fungsi tersendiri.
"Sebentar" ucap Vallen lalu membuka softlens hitam dimatanya. Softlens itu bukan sembarangan melainkan untuk melihat atau mengenal seseorang jika dia tidak mengenal orang itu maka Vallen akan membunuhnya ketika menggunakan kalung pengendali yang dilepaskan oleh Vano tadi.
"Semua ini,,," Vano terbelalak melihat banyaknya alat ditubuh Vallen yang tidak ia perhatikan selama ini.
"Kalung untuk perintah, gelang untuk mengingat nama dan perekam suara, alat dibelakang kepala untuk petunjuk dan pengingat arah jalan pulang, lensa mata untuk melihat sasaran atau musuh" ucap Vallen menjelaskan secara detail fungsi alat alat didepannya.
"Kenapa kau menggunakan gelang untuk mengingat namamu?" Tanya Vano memegang gelang yang bertuliskan nama Vallen.
"Karena aku tidak akan ingat namaku jika sudah bertemu dengannya" jawab Vallen.
"Dengannya? Siapa?" Tanya Vano menatap Vallen.
"Aku tidak tau siapa, setelah bertemu dengannya aku tidak bisa mengingat apapun" jawab Vallen menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Kau tidak berbohong padaku?"
Vallen tersenyum sembari menutup matanya menikmati sedikit kebebasan berbicara dengan seseorang karena melepas seluruh alat yang mengintainya.
"Jika aku berbohong aku tidak perlu melepas alat itu ditubuh ku" jawab Vallen kembali mengambil gelang yang ada ditangan Vano lalu mengenakannya.
"Kau tidak boleh memasang nya lagi, aku akan menyimpannya" ucap Vano merebut gelang yang ada ditangan Vallen.
"Besok pagi aku akan lupa dengan diriku sendiri jika aku tidak melihat namaku, berikan!" Vano tetap tidak memberikan gelang itu pada Vallen.
"Akan ku berikan gantinya tapi jangan gunakan benda ini lagi dan berhenti membunuh!" Ucap Vano mengumpulkan barang-barang Vallen diatas meja menjadi satu.
Vallen pasrah, dia tidak ingin berdebat panjang dengan Vano toh dirinya akan kalah dari segi bicara.
"Terimakasih" ucap Vallen sembari menutup matanya.
"Untuk?"
"Berkat dirimu aku tau dunia itu tidak hanya malam dan aku tau ada banyak manusia dibumi" jawab Vallen.
"Manusia aneh" gumam Vano
"Bagaimana dengan pluit? Kau mendengar suara itu lalu sikap mu berubah" ucap Vano mengalihkan pembicaraan.
"Pluit? Aaah suara itu merespon kalung ku lalu kalung itu mentransfer ke bagian otakku dengan alat tadi setelah semuanya bekerja tubuh ku akan haus melihat darah dan akan membunuh siapapun yang ada didepan ku" tutur Vallen.
"Lalu kenapa sikap mu berubah?" Tanya Vano.
"Karena aku menonaktifkan kalung itu hingga kembali ke sifat asli"
"Kenapa kau tidak pernah melakukan itu lalu kabur?"
"Aku hanya boleh melakukan itu ketika aku kalah, semua itu hanya untuk mengelabui musuh dan kau salah satu korbannya"
Vano mencerna seluruh kesimpulan yang dapat ia ambil dari Vallen bahwa dia bukanlah otak dari semua itu, Vallen hanya mesin pembunuh dari seseorang yang tidak punya hati.
"Aku sudah mengatakannya padamu kapan kita akan menikah?" Tanya Vallen dengan polosnya.
"Menikah?" Vano hampir tersedak mendengar pertanyaan Vallen.
"Iya aku juga belum menikah dengan Farel dan Ethan, ayo kapan kita menikah bersama" ucap Vallen antusias.
"Kau pikir menikah seperti membeli kacang dan bisa dilakukan oleh banyak orang" gerutu Vano keluar meninggalkan Vallen sendiri untuk mengamankan alat alat ditubuh gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
Momy Haikal
mau diborong semua sama si valen ya
2021-11-09
0
Mey Yanti
buaaahahahha..valen valen....
2021-09-27
0
baida zu
buahahahaha valen2,...
benar knp ad orang yg TK Berhati yg mmbuat Valen bgtu...
2021-09-25
0