Maafkan aku yang jarang Up. Soalnya banyak kesibukan perkuliahan. Sekali lagi maaf, ya.
Mari kita lanjut.
.
.
.
"Kinerja kepala rumah sakit kita sangat baik, Presdir. Jadi, keputusan anda untuk menggantinya tidak kami setujui." Seorang pemegang saham yang merupakan seorang pria paru baya berbicara dan diangguki oleh dua pemegang saham lain.
Sedangkan kepala rumah sakit, sudah menyeringai senang dan memasang wajah kemenangan pada Rihan dan hanya dibalas tatapan tajam dan tenang khas Rihan.
"Jika seperti itu, maka..." Rihan menggantung kalimatnya membuat semua pasang mata yang ada dalam ruangan itu menatapnya penasaran akan kelanjutan kalimatnya.
Rihan sengaja menggantung kalimatnya dan menatap semua ekspresi yang ada. Ketika pandangannya tertuju pada kepala rumah sakit, dapat Rihan lihat senyum kemenangan yang ditunjukkan padanya.
Rihan tidak merasa tersinggung, dan justru membalas tatapan itu dengan ekspresi datarnya. Rihan ingin lawan terlihat senang dan merasa akan menang terlebih dahulu kemudian akan bertindak sesuai dengan yang dilakukan lawan padanya.
Rihan kemudian mengalihkan pandangannya pada sang asisten yang masih setia berdiri di belakangnya. Alex yang melihat itu segera mengambil langkah ke samping sang majikan, lalu memandang semua penghuni ruangan itu dengan wajah datarnya.
"Jika kinerja kepala rumah sakit sangat baik, lalu kenapa beliau tidak bisa menangani masalah rumah sakit ini?"
Setelah mendengar penuturan Alex, para pemegang saham maupun para dokter yang ada dalam ruangan itu kembali berbisik. Mereka juga mengiyakan apa yang disampaikan oleh asisten pribadi presdir baru mereka.
"Saya sudah berusaha mencarinya tetapi tidak menemukan bukti apapun tentang pencurian alat-alat medis rumah sakit. Jadi, bisa dipastikan jika pencuri itu sangat berbakat." Jelas kepala rumah sakit setelah melihat keraguan pada wajah-wajah mereka yang ada dalam ruangan ini.
"Anda yakin sudah berusaha mencarinya?" Tanya balik Alex datar pada kepala rumah sakit.
"I..ya. Saya memang sudah berusaha mencarinya." Nada suara kepala rumah sakit kini terdengar gugup.
"Jika sudah mencari, kenapa tidak ada bukti sedikitpun? Sepintar apapun seseorang menyembunyikan bukti kejahatannya, pasti ada bukti kecil yang tertinggal. Dan hanya orang-orang yang memang berusaha mencari bukti itulah yang akan menemukannya. Anda yakin sudah mencarinya, Tuan? Atau anda sedang menyembunyikan bukti?" Jelas Alex panjang lebar yang diakhiri dengan pertanyaan, sambil terus memandang tajam sosok kepala rumah sakit yang saat ini terlihat gelisah di tempat duduknya.
Sedangkan Rihan hanya duduk dengan tenang di kursi kebesarannya sambil memejamkan matanya, tetapi telinganya setia mendengar apa yang dibicarakan oleh asistennya dan kepala rumah sakit.
BRAK
"Apa maksud pertanyaan itu? Anda menuduh saya mencuri peralatan medis?" Kepala rumah sakit berteriak marah setelah berdiri dan mengebrak meja bundar di hadapannya.
"Apa saya menuduh anda mencuri, Tuan? atau memang anda mengakui perbuatan sendiri?" Alex tersenyum miring pada kepala rumah sakit.
"Aku tidak mencuri peralatan medis itu. Jangan sembarang menuduh! Anda tidak punya bukti!" Kepala rumah sakit berusaha tenang. Pria paru baya itu lalu duduk di kursi setelah merapikan jas dokternya.
"Sudah cukup basa-basinya, Lex." Rihan saat ini sudah mulai bosan. Dia tidak suka berdiam diri tanpa melakukan apapun.
Alex yang mendengar suara majikannya sadar jika majikannya sudah mulai bosan. Alex lalu memandang dengan tatapan dingin pada kepala rumah sakit kemudian berkata,
"Sepertinya jepala rumah sakit memang tidak mencuri peralatan medis. Karena itu, kita akan lihat sama-sama bagaimana caranya peralatan medis itu hilang dari rumah sakit ini."
"Bagaimana bisa dia memilikinya?" Kaget seseorang dalam hatinya.
Setelah mengatakan itu, terjadi lagi kebisingan dalam ruangan itu, sebab yang mereka tahu tidak mudah menemukan bukti apapun karena kejadian pencurian itu terjadi, semua CCTV di rumah sakit mati pada hari itu. Seakan-akan semua sudah direncanakan sejak awal.
Alex dengan tenang memberi kode pada salah satu pengawal yang berdiri di belakangnya untuk memutar rekaman CCTV yang ada dalam flashdisk pada laptop yang sudah tersambung langsung dengan layar proyektor besar di dalam ruangan itu, agar dapat dilihat oleh semua orang.
Sang pengawal lalu melakukan perintah Alex dan memasukan flashdisk kedalam laptop yang ada. Setelah rekaman siap diputar, pengawal itu kemudian menatap Alex pertanda semuanya siap. Alex menganggukkan kepala mengiyakan untuk memutar rekaman CCTV itu.
Semua orang yang ada dalam ruangan itu semakin penasaran dengan rekaman yang akan diputar. Jangan lupa dengan beberapa orang yang sudah mulai gelisah di tempat duduknya.
Pengawal dengan nama Sammy itu, lalu menekan tombol pause pada laptop sehingga rekaman kemudian diputar. Sedangkan semua orang yang ada dalam ruangan itu terkejut melihat wajah-wajah yang terekam jelas dalam video itu.
Isi Rekaman.
Dalam video, terlihat jelas tiga orang paru baya yang sedang duduk dan mendiskusikan sesuatu.
"Saya ingin kalian mendukung rencana ini!" Ucap seorang pria paru baya yang mengenakan jas dokter kepada dua orang pria paru baya lain yang duduk di depannya.
"Apa keuntungan yang akan kami dapatkan jika membantu anda?" Tanya pria paru baya pertama.
"Itu benar! Kami ingin tahu apa keuntungan yang akan kami dapatkan setelah itu baru jelaskan apa rencana anda, Dok!" Tanya pria paru baya kedua.
"Keuntungan yang kalian dapatkan dari membantuku banyak. Uang, saham rumah sakit ini, jabatan dan beberapa hal lainnya. Bagaimana menurut kalian? Terdengar menarik bukan?" Jelas Dokter itu tenang.
"Keuntungan yang bagus. Saya setuju!" Paru baya pertama tersenyum menganggukkan kepalanya setuju dengan tawaran itu.
"Saya juga setuju! Jadi apa rencana anda, Dok?" Tanya paru baya kedua.
"Saya ingin menyebotase peralatan medis rumah sakit ini untukku. Tugas kalian adalah mencuci otak presdir agar tidak terlalu fokus dalam masalah ini, dan serahkan semuanya padaku. Katakan bahwa saya yang akan menyelesaikan masalah ini," Jelas Dokter itu.
"Kenapa anda ingin mencuri peralatan medis rumah sakit?" Tanya paru baya kedua penasaran.
"Saya sedang membangun rumah sakit sendiri di negara B. Jadi, sebelum pembangunannya selesai, semua kebutuhannya harus disiapkan. Jika rencana ini berhasil sempurna, maka kalian juga akan ikut serta di sana." Jawab dokter itu lalu tersenyum.
"Licik sekali rencanamu, Dok. hahahaa..." Ucap paru baya kedua disertai tawanya.
"Apa gaji dan bonus anda selama bekerja bertahun-tahun di rumah sakit ini tidak cukup sehingga anda melakukan hal ini?" Tanya paru baya pertama.
"Saya ingin semuanya sempurna. Dan semua itu membutuhkan biaya yang besar. Jadi saya harus melakukan hal ini. Saya ingin dicap sebagai presdir rumah sakit terkaya. Hahahaha..." Jelas sang Dokter lalu tertawa jahat diakhir kalimatnya.
"Saya setuju dengan rencana anda, Dok. Asalkan keuntungannya besar. Hahahah..." Pria paru aru baya kedua mendukung.
Hahaha...
Ketiganya lalu tertawa senang karena rencana yang akan mereka jalankan juga keuntungan yang akan mereka dapatkan.
"Lalu siapa yang akan mencuri semua peralatan itu?" Tanya paru baya kedua setelah aksi tertawa mereka berhenti.
"Semua sudah diatur. Kalian hanya perlu menjalankan tugas dengan baik." Jawab Dokter itu.
"Bagaimana dengan rekaman CCTVnya?" Tanya paru baya kedua lagi.
"Itu masalah kecil!" Jawab sang Dokter.
"Senang bekerja sama dengan anda, Dok." Ucap paru baya pertama lalu berdiri dan menjabat tangan dokter itu diikuti oleh paru baya kedua.
"Senang bekerja sama juga dengan kalian." Jawab dokter itu lalu membalas jabatan tangan keduanya.
*Setelah pembicaraan mereka bertiga, esok harinya rencana ketiganya dijalankan dengan sangat baik. Dokter itu lalu membayar dan menyuruh seorang pria untuk mencuri alat-alat medis itu pada tengah malam dimana semua penghuni rumah sakit beristirahat dan hanya sebagian yang bertugas shif malam saja.
Karena pria itu merupakan pencuri kelas kakap yang saat ini juga sedang diburu pihak kepolisian polisi sehingga mudah saja baginya untuk mencuri tanpa ketahuan, asalkan ada sedikit kelengahan dari para penjaga maka pencuriannya berjalan sempurna*.
Semua CCTV memang dimatikan pada hari pencurian sehingga tidak ada bukti apapun. Akan tetapi, ketiga paru baya itu tidak sadar bahwa pembicaraan dan apa yang mereka lakukan sudah terekam jelas oleh CCTV dalam ruangan itu yang merupakan ruangan dokter itu sendiri, sehingga memudahkan seorang Alex untuk menemukan rekaman CCTV itu.
Isi rekaman berakhir.
***
Terima kasih sudah membaca ceritaku.
Jangan lupa tinggalkan jejakmu dengan menekan,
Like
Komen
Rite and
Vote.
See You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
ANAA K
Aku mendukungmu thor🥰👍🏾
2021-11-08
0
Yeni Eka
Like
2021-06-30
0
Abu Alfin
salam hangat dari
Cinta Asteria & Isyaroh
🙏🙏🙏
2021-06-15
0