Mengobati 2

Rihan hanya memandang datar bocah laki-laki itu, sedangkan bocah yang dipandang dengan tatapan tajam itu seketika menghentikan tangisnya dan melepaskan pegangan tangannya pada jari-jari Rihan lalu mundur dua langkah dan menundukkan wajahnya.

Rihan yang melihat itu, menghela nafasnya pelan dan maju menghampiri bocah laki-laki yang masih menunduk itu. Rihan lalu mensejajarkan tingginya dengan bocah itu kemudian mengelus pelan kepalanya.

"Siapa namamu?" Tanya Rihan datar pada bocah itu.

"Axen, Kak." Jawabnya masih menunduk takut sambil meremas jari-jari tangannya.

"Apa sesuatu di bawah itu yang akan membantu ibumu?" Rihan berusaha lembut pada Axen.

"Tidak, Kak."

"Kamu percaya padaku?" Tanya Rihan, dan dibalas anggukan kepala oleh bocah laki-laki bernama Axen itu.

"Maka tenanglah di sini dan aku akan membantu ibumu." Rihan lalu berdiri dan menuju sang korban kecelakaan.

"Kenapa tidak menggunakan cara itu?" Tanya Rihan datar pada pria yang katanya berstatus dokter itu.

"Cara itu tidak bisa digunakan sembarangan, karena itu sangat berbahaya. Dan juga... ak... aku tidak bisa menggunakannya." Jawab dokter itu gugup diakhir kalimatnya.

"Bukan tidak bisa. Tapi takut untuk mencoba dan takut untuk gagal," Rihan membalas dengan tenang lalu berjongkok di samping korban dan memeriksa denyut nadi pada pergelangan tangan ibu Axen itu.

"Telepon ambulance, Lex. Katakan pada mereka untuk datang sebelum 20 menit ke depan." Perintah Rihan pada Alex.

"Baik, Tuan."

"Apa yang kamu lakukan? Wanita ini tidak bisa banyak bergerak karena tulang lehernya!" Marah dokter itu ketika melihat apa yang dilakukan Rihan.

"Ibumu sering meminum obat, Axen?" Tanpa menjawab pertanyaan dokter di sampingnya, Rihan malah bertanya dengan nada datar pada Axen yang sedari tadi memperhatikan gerak geriknya.

"Iya, Kak." Jawab Axen sambil menganggukkan kepalanya.

"Bisa kamu ambil obatnya padaku?" Rihan masih menatap lekat seluruh tubuh ibu Axen.

"Ini, kak." Axen memberikan sebuah botol berukuran kecil yang diketahui adalah obat yang baru saja diambil di dalam tas ibunya yang sedari tadi dipakainya ketika keluar dari taxi yang mereka tumpangi.

Rihan lalu mengambil dan membaca nama yang tertera pada label di botol obat itu. Sambil menganggukkan kepalanya, Rihan lalu memberikan botol obat itu pada dokter muda di sampingnya.

"Dia menderita penyakit jantung kronis sehingga ketika mengalami kecelakaan tiba-tiba, jantungnya berhenti berkerja normal karena terkejut. Jadi, anda harus mengeluarkan udara dalam tubuhnya, agar jantungnya menerima oksigen dari luar sehingga kembali bekerja normal. Hanya cara itu satu-satunya." Jelas Rihan ketika melihat ekspresi bingung di wajah dokter muda itu.

"Kenapa kamu bisa berpikir dia menderita penyakit jantung kronis, sedangkan obat ini hanya untuk penyakit jantung biasa." Tanya dokter itu karena memang obat ada di tangannya hanya digunakan untuk penyakit jantung biasa.

"Axen, apa ibumu sering sakit?" Tanya Rihan pada Axen sambil terus memperhatikan dari atas sampai bawah ibu Axen yang terkapar di depannya.

"Iya kak. Ibu sering pingsan tiba-tiba jika dikagetkan. Ibu juga sering muntah-muntah dan tidak bisa tidur dengan baik," Jelas Axen dengan mata berkaca-kaca.

"Bagaimana menurut anda, Dok?" Tanya Rihan lalu melirik sekilas dokter muda di sampingnya.

"Itu memang gejala jantung kronis. Tapi kenapa dia mengkonsumsi obat untuk sakit jantung biasa?" Tanya balik dokter muda itu masih dalam mode bingung.

"Jika begitu... apa kesimpulan anda?" Tanya Rihan lalu berdiri dan mengambil tas yang sedang dipegang oleh seorang gadis berseragam SMA yang juga termasuk dalam kerumunan orang yang melihat kegiatan mereka. Rihan mengambil tas gadis itu secara tiba-tiba tanpa mempedulikan ekspresi si pemilik tas.

"Biaya berobat?" Jawab sang dokter sambil memperhatikan Rihan yang kembali berjongkok dan menumpahkan semua isi tas milik gadis SMA itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya dokter muda itu heran pada Rihan.

"Berikan kakimu," Rihan menatap dokter muda itu tanpa menjawab pertanyaan sang dokter.

"Untuk apa?" Tanya balik dokter itu tetapi tetap memberikan kakinya pada Rihan setelah dia mendaratkan bokongnya di atas aspal.

"Hei... kenapa tali sepatuku kamu lepas?" Teriak sang dokter ketika Rihan melepaskan tali sepatunya.

Rihan tidak menjawab dan terus melepas tali sepatu dokter itu. Bukan hanya satu, tetapi sepasang tali sepatu itu dilepasnya.

"Hey...hey... kenapa harus dua-duanya? Bagaimana denganku..." Dokter muda itu frustasi sambil memandang sedih sepatunya yang baru dibeli dua hari lalu dan baru dipakai hari ini.

Sepatuku yang malang.

Rihan tidak menggubris teriakan maupun wajah menjijikan yang diperlihatkan itu. Rihan hanya fokus dengan kegiatannya.

"Terus berikan CPR padanya jangan berhenti sebelum kusuruh." Perintah Rihan mutlak.

"Kamu memerintahku? Hey aku ini seorang dokter. Kamu hanya seorang mahasiswa." Ucapnya marah sambil menunjuk wajah Rihan.

"Lakukanlah." Rihan lalu memandang tajam wajah sang dokter.

Dokter muda itu seketika menciut dan menuruti perintah Rihan tetapi dalam hati dia menghafal jenis-jenis penyakit guna menghilangkan kekesalannya.

Rihan lalu mengambil 4 buah pena milik gadis SMA tadi yang merupakan isi tas yang dia keluarkan.

Rihan kemudian meletakkan keempat pena itu di bagian leher ibu Axen. Rihan meletakkan satu di sisi kiri, satu pena lagi di sisi kanan leher dan terakhir dua pena di sisi belakang leher ibu Axen. Rihan lalu mengikatnya dengan tali sepatu milik dokter muda itu yang tadi diambil secara paksa.

Rihan lalu melilit tali sepatu itu di leher ibu Axen secara rapi agar tidak memperparah lehernya, sehingga ketika dibawa nanti, tidak ada resiko yang serius. Sedangkan dokter muda itu hanya melakukan tugasnya sambil terus memandang takjub apa yang dilakukan Rihan.

Selesai mengikat dengat kuat tali sepatu agar tidak terlepas, Rihan lalu memandang sang dokter yang juga sedang melihatnya.

"Ada perkembangan?" Tanya Rihan pada dokter muda itu yang masih memompah dada ibu Axen.

"Tidak ada," Balasnya dengan nada lesuh setelah memeriksa denyut nadi ibu Axen yang tak kunjung normal, malah hampir tak terasa.

"Maka, lakukan cara itu!" Rihan berbicara dengan tenang.

"Kamu gila? Aku tidak bisa." Balas dokter muda itu dengan nada tinggi tetapi jika di teliti, itu terdengar gugup.

"Lakukanlah. Sampai kapan anda akan membiarkan wanita ini kehilangan denyut jantungnya? Ini sudah hampir melewati batas normal jantung yang berhenti. Dalam 3 menit ke depan tidak anda gunakan cara itu, maka.... Semua kuserahkan pada anda, Dok." Rihan lalu berdiri dan hendak pergi.

"Mau kemana kamu? Aku tidak bisa melakukannya. Tidak bisakah kita menunggu ambulance saja?" Dokter itu sangat gugup. Jangan lupa dengan keringat yang sudah membasahi sekujur tubuhnya.

"Hidup wanita itu aku serahkan padamu. Aku akan pergi. Bye..." Balas Rihan cuek sambil melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan sang dokter yang menjambak rambutnya frustasi.

Tanpa mereka sadari Rihan mengulas senyum tipisnya ketika berbalik dan berjalan meninggalkan kerumunan itu.

"Hey bocah... Jangan pergi kamu! Ayo bantu aku," Teriak frustasi sang dokter.

"Majikan saya hanya mahasiswa, Tuan. Anda adalah seorang dokter, kenapa harus meminta bantuan majikan saya?" Alex menjawab dengan tenang kemudian menampilkan senyum yang menyebalkan di mata dokter itu lalu menyusul Rihan.

"Bajingan tengik kau! Hey... Panggil majikanmu kemari... Hey... Astaga...

Apa yang harus kulakukan? Aku bisa gila..." Frustasi dokter muda itu tanpa mempedulikan kondisi tubuhnya yang terlihat mengenaskan dengan rambut acak-acakan. Apalagi dengan sepatu tanpa talinya. Sungguh menyedihkan.

"Lakukan cara itu, Dok. Tolong ibu saya. Hiks...hiks.. saya hanya punya ibu." Axen memohon dengan air mata yang kini mengalir deras.

"Tapi... ak...aku tidak bisa. Aarrrggghhh... waktunya sisa 2 menit lagi. Apa yang harus aku lakukan?" Dokter itu frustasi sambil melihat jarum jam yang bergerak dengan sangat baik di pergelangan tangannya.

[Lakukan cara itu, Dok.]

[Iya, Dok. Lakukan cari itu,]

[Ayo semangat, Dok. Anda pasti bisa!]

[Kami mendukungmu, Dok.]

Itulah ucapan semangat dari orang-orang yang sedari tadi memperhatikan kelakuan dokter muda itu.

"Ya... aku pasti bisa... Harus bisa... Semangat Lio." Dokter muda itu memberi semangat pada dirinya sendiri dalam hati.

"Ada yang punya alkohol, pisau dan selang atau sejenisnya mungkin?" Tanya sang dokter.

"Di sini saya punya alkohol." Jawab seorang pria paru baya yang saat ini sedang memegang botol minuman alkoholnya. Sepertinya dia seorang peminum alkohol.

"Saya juga memiliki pisau kecil. Apa ini cukup, Dok?" Seorang pria muda yang juga ada di sana menyahut.

"Itu sudah cukup."

"Tapi kami tidak memiliki selang, Dok. Bagaimana ini, Dok?" Ucap seorang ibu ketika tidak ada yang menunjukan keberadaan selang yang dibutuhkan.

"Bisakah kalian membantuku mencarinya? secepatnya. Waktu kita tidak banyak,"

Dokter muda dengan nama lengkap Charlio Eungenick atau dipanggil Lio itu, segera mencuci tangannya dengan air mineral yang tadi dia bawa bersamanya, setelah itu dia kembali mencuci kedua tangannya dengan alkohol bersamaan dengan pisau itu juga, guna mensterilkannya dari kuman.

Dokter Lio lalu menghampiri sang korban kecelakaan itu dan membuka baju atasnya dan memperlihatkan dada ibu Axen itu lalu menyiram alkohol itu lagi di atas dadanya. Selanjutnya Dokter Lio mengambil pisau yang sudah disiram dengan alkohol tadi dan siap untuk membedah sedikit dada pasiennya. Ketika akan mendaratkan pisau itu,

"Astaga tanganku... Ada apa denganmu? Nyawa ibu ini ada padamu. Please lah, jangan gementar." Keluh Dokter Lio dalam hati sambil memandang tangannya yang tidak berhenti bergoyang.

Dokter Lio juga menahan tangan kanannya yang gementaran dengan tangan kirinya sambil terus berdoa dalam hatinya.

"Dok, waktunya tinggal satu menit lagi." Seorang gadis SMA secara tiba-tiba mengejutkan Dokter Lio.

"Tuhan... bagaimana ini, tanganku tidak bisa bekerja sama." Frustasi Dokter Lio sambil terus memegang tangannya yang gemetaran.

"Tarik nafas, buang. Tarik... buang. Ayo kita mulai."  Dokter Lio bergumam dalam hati kemudian melihat tangannya yang sudah tidak gemetar lagi.

Dokter Lio lalu mendekatkan tangannya yang memegang pisau pada dada ibu Axen. Akan tetapi tangannya kembali gementar.

"Ya, Tuhan. Bagaimana ini, tolong bantu aku. Nyawa Ibu ini kuserahkan pad..." Perkataan Dokter Lio terpotong dalam hati sekaligus terkejut ketika merasakan tangan lembut dan halus yang menggenggam erat tangannya yang masih gemetaran memegang pisau itu.

"Anda ingin membunuh pasien dengan tangan seperti ini?"

***

Terima kasih sudah membaca ceritaku.

Jangan lupa tinggalkan jejakmu, ya.

See You.

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

like ❤️

2021-09-27

0

Yeni Eka

Yeni Eka

Semangat ka, 10 Like mendarat

2021-06-16

0

Neti Jalia

Neti Jalia

10 like untukmu,salam dari
*hujan dibalik punggung
*suamiku ceo ganas

2021-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 Masa Lalu
2 Awal Yang Baik
3 Kelas Pagi
4 Rubah Betina
5 Diana Violet Purnama
6 Makan Siang Mewah
7 Murid Baru
8 David Alexander
9 Mengobati
10 Mengobati 2
11 Berita
12 Aktivitas di Pagi Hari
13 Kondisi Rihan
14 Kondisi Rihan
15 Presdir Baru
16 Rekaman CCTV
17 Penyesalan
18 Persiapan
19 Antarik Company
20 Perayaan Ulang Tahun Antarik Company
21 Rencana Pembatalan Pertunangan
22 Rencana Julian Antarik
23 Rencana Ayu
24 Rumah Sakit Setia
25 Mengenal Rihan?
26 Sahabat?
27 Bertemu Sahabat
28 Dokter Lio
29 Aku Juga Menyayangimu
30 Pergi Sendiri
31 Proyek Akhir Semester
32 Berkunjung
33 Menjaga Phiranita
34 Pemeriksaan Kesehatan
35 Kantin
36 Kenangan
37 Pergi Sendiri 2
38 Khawatir
39 Flashback
40 Flashback off
41 Rumah Sakit
42 Mansion Rihan
43 Limited Edition
44 Sebuah Pion Tidak Semudah itu Kabur
45 Keluarga Alexander
46 Akhirnya
47 Kondisi Rihan 2
48 Balapan
49 Max
50 Antarik Hospital
51 Terapi
52 CEO Misterius
53 Hari Yang Aneh.
54 Kejutan Untuk Penyusup
55 Isi Hati David
56 Pertemuan Dua Orang Sakit
57 Bertemu
58 Pingsan
59 Membalas
60 Kekalutan Alex
61 Kecewa
62 Suprise
63 Gangguan
64 Brand kembali berulah
65 Max dan Albert
66 Taruhan
67 Basket
68 Basket 2
69 Kemenangan
70 Brand Bertamu
71 Koleksi Rihan
72 Gledy
73 Neo dan Logan
74 Sial...
75 Cake
76 Lampu Merah
77 Kecelakaan
78 Rindu
79 Identitas Neo
80 Jangan-jangan...
81 Hubungan Neo, Logan dan Ayu
82 Tingkah Albert
83 Pemikiran Neo
84 Liciknya Dom
85 Kantin Lagi
86 Menolak
87 Bertemu Axen
88 Tingkah Alex
89 Salon
90 Usaha Neo
91 Harapan David
92 Percakapan David dan Albert
93 Tebakan Albert
94 Rencana
95 Mengingat Lagi
96 Max Berulah
97 Peringatan Untuk Dian
98 Terapi
99 Tekad Phiranita
100 Masih Berlanjut
101 Menyelamatkan Dian
102 Makan Siang Bersama Ayu
103 Ayu dan Ariana
104 Dihadang
105 Aksi
106 Insiden
107 Rihan dan Neo
108 Pembahasan
109 Nama Asli Neo dan Logan
110 Menolong Gibran
111 Pertemuan Neo dan Brand
112 Neo Bertamu
113 Akhirnya Bertemu
114 Laboratorium
115 Aktivitas Neo
116 Kakak
117 Menuju Prancis
118 Mansion Utama
119 Perayaan dan Awal Balas Dendam
120 Penyusup
121 Baik-baik Saja
122 Nekatnya Ariana
123 Menyelamatkan Seorang Pelukis
124 Mencurigai Rine
125 Rencana Jalan-jalan
126 Mengunjungi Phiranita
127 Alergi
128 Mencurigai Rine 2
129 Kembali ke Prancis
130 Pagi Yang Tidak Menyenangkan
131 Kenyataan
132 Terbongkar
133 Menghibur
134 Kembali ke Indonesia
135 Kampus
136 Bertemu Beatrix
137 Murid Baru 2
138 Amerika Lagi
139 Insiden Kecelakaan
140 Donor Darah
141 Jika kamu butuh, aku siap membantu.
142 Insiden
143 Menemukan Ruang Rahasia
144 Pantry
145 Temani aku
146 Momen Pagi Hari
147 Maafkan Aku
148 "Minta yang lain, jangan itu"
149 Sampai ketemu lagi, Kak Tom
150 REHHAND LESFINGTONE, BALAS PESANKU!
151 Sepertinya Halusinasi
152 Sebentar Saja
153 Tidur Bersama Lagi
154 Rencana Perjodohan
155 Zurich Botanical Garden.
156 Belanja
157 Belanja 2
158 Terdengar Tidak Adil
159 Kekasih?
160 Tunggu Kedatanganku!
161 Sudah Lama Aku Tidak Melakukan Ini
162 Cerita Brand
163 Keributan
164 Ada apa dengan Rihan?
165 Apa Yang Mereka Bicarakan?
166 Sparing
167 Sparing 2
168 Aksi Nekat Rubah Betina
169 Sedikit Peringatan
170 Menjaga Jarak
171 Pembicaraan Absurd
172 Si Ular Bertindak
173 Menerima Tantangan
174 Arena Game
175 Kesal Tanpa Alasan
176 Dia Kembali?
177 Kedatangan Elle
178 Pria Bodoh
179 You Lose Friend, Sorry!
180 Apa itu Ancaman?
181 Pernyataan Neo
182 Lahan Pembangunan Resort
183 Membunuhnya Diam-diam, Dosa Tidak Ya...
184 Jalan-jalan
185 Ulang Tahun
186 Rencana Membuka Seleksi Mencari Kekasih
187 Menemukan Lawan Yang Seimbang
188 Ancaman
189 Lawan Yang Merepotkan
190 Pencarian Rihan
191 Pria Itu
192 Zant
193 Berkunjung ke Schloss Bellevue
194 Menginap
195 Persiapan Pelelangan
196 Zant Vs Neo
197 Si Penyihir Berulah
198 Pertarungan Terakhir
199 Pesan Terakhir
200 Usaha Zant dan Yang Lainnya
201 Dua Bocah Sampel
202 Awal Penyesalan
203 Masih Adakah Kesempatan Untukku?
204 Kreativitas Zant
205 Permohonan Maaf Seorang Neo
206 Pertunjukan
207 Kebenaran
208 Bangunlah, Gadis Kecil
209 Waktu Berlalu
210 Bangun
211 Menggoda
212 Tunggu Aku, Nyonya Veenick
213 Lamaran Dadakan
214 Konferensi Pers
215 Mencari Dan Menemukan
216 Memberi Pelajaran
217 Pagi Yang Indah
218 Orang Asing
219 Kesakitan Rubah Betina
220 Jalan-jalan
221 Lamaran Terunik
222 Berkunjung ke Cognizant Technology
223 Kecelakaan Membawa Berkah
224 Syarat
225 Pertunjukan 2
226 Pelajaran Untuk Hanami
227 Pengumuman
228 Janji
229 Pernikahan
230 Merelakan Tapi Tidak Melupakan
231 Hadiah Pernikahan
232 Suami Posesif
233 Pagi Pertama
234 Korea Selatan
235 Aku Ingin Kamu Meninggalkan Pria Itu
236 Tidak Ada Backingan Lagi?
237 Penangkapan
238 Tidak Kenal Tempat
239 Mudah Sekali Dibujuk
240 Upah Karena Perbuatannya Sendiri
241 Terima kasih, My Queen
242 Calon Istri?
243 Tellyana Marcus Johnson
244 Akhir Seorang Ariana
245 Menjauh Dariku Sekarang!
246 Hukuman Untuk Zant
247 Ceritanya Panjang
248 Jangan Marah Lagi
249 Perasaan Alex
250 Melahirkan
251 Melahirkan 2
252 Nama Untuk Triplet (END)
253 Cemburunya Zant (Extra Part)
254 Sialnya Zant (Extra Part 2)
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Masa Lalu
2
Awal Yang Baik
3
Kelas Pagi
4
Rubah Betina
5
Diana Violet Purnama
6
Makan Siang Mewah
7
Murid Baru
8
David Alexander
9
Mengobati
10
Mengobati 2
11
Berita
12
Aktivitas di Pagi Hari
13
Kondisi Rihan
14
Kondisi Rihan
15
Presdir Baru
16
Rekaman CCTV
17
Penyesalan
18
Persiapan
19
Antarik Company
20
Perayaan Ulang Tahun Antarik Company
21
Rencana Pembatalan Pertunangan
22
Rencana Julian Antarik
23
Rencana Ayu
24
Rumah Sakit Setia
25
Mengenal Rihan?
26
Sahabat?
27
Bertemu Sahabat
28
Dokter Lio
29
Aku Juga Menyayangimu
30
Pergi Sendiri
31
Proyek Akhir Semester
32
Berkunjung
33
Menjaga Phiranita
34
Pemeriksaan Kesehatan
35
Kantin
36
Kenangan
37
Pergi Sendiri 2
38
Khawatir
39
Flashback
40
Flashback off
41
Rumah Sakit
42
Mansion Rihan
43
Limited Edition
44
Sebuah Pion Tidak Semudah itu Kabur
45
Keluarga Alexander
46
Akhirnya
47
Kondisi Rihan 2
48
Balapan
49
Max
50
Antarik Hospital
51
Terapi
52
CEO Misterius
53
Hari Yang Aneh.
54
Kejutan Untuk Penyusup
55
Isi Hati David
56
Pertemuan Dua Orang Sakit
57
Bertemu
58
Pingsan
59
Membalas
60
Kekalutan Alex
61
Kecewa
62
Suprise
63
Gangguan
64
Brand kembali berulah
65
Max dan Albert
66
Taruhan
67
Basket
68
Basket 2
69
Kemenangan
70
Brand Bertamu
71
Koleksi Rihan
72
Gledy
73
Neo dan Logan
74
Sial...
75
Cake
76
Lampu Merah
77
Kecelakaan
78
Rindu
79
Identitas Neo
80
Jangan-jangan...
81
Hubungan Neo, Logan dan Ayu
82
Tingkah Albert
83
Pemikiran Neo
84
Liciknya Dom
85
Kantin Lagi
86
Menolak
87
Bertemu Axen
88
Tingkah Alex
89
Salon
90
Usaha Neo
91
Harapan David
92
Percakapan David dan Albert
93
Tebakan Albert
94
Rencana
95
Mengingat Lagi
96
Max Berulah
97
Peringatan Untuk Dian
98
Terapi
99
Tekad Phiranita
100
Masih Berlanjut
101
Menyelamatkan Dian
102
Makan Siang Bersama Ayu
103
Ayu dan Ariana
104
Dihadang
105
Aksi
106
Insiden
107
Rihan dan Neo
108
Pembahasan
109
Nama Asli Neo dan Logan
110
Menolong Gibran
111
Pertemuan Neo dan Brand
112
Neo Bertamu
113
Akhirnya Bertemu
114
Laboratorium
115
Aktivitas Neo
116
Kakak
117
Menuju Prancis
118
Mansion Utama
119
Perayaan dan Awal Balas Dendam
120
Penyusup
121
Baik-baik Saja
122
Nekatnya Ariana
123
Menyelamatkan Seorang Pelukis
124
Mencurigai Rine
125
Rencana Jalan-jalan
126
Mengunjungi Phiranita
127
Alergi
128
Mencurigai Rine 2
129
Kembali ke Prancis
130
Pagi Yang Tidak Menyenangkan
131
Kenyataan
132
Terbongkar
133
Menghibur
134
Kembali ke Indonesia
135
Kampus
136
Bertemu Beatrix
137
Murid Baru 2
138
Amerika Lagi
139
Insiden Kecelakaan
140
Donor Darah
141
Jika kamu butuh, aku siap membantu.
142
Insiden
143
Menemukan Ruang Rahasia
144
Pantry
145
Temani aku
146
Momen Pagi Hari
147
Maafkan Aku
148
"Minta yang lain, jangan itu"
149
Sampai ketemu lagi, Kak Tom
150
REHHAND LESFINGTONE, BALAS PESANKU!
151
Sepertinya Halusinasi
152
Sebentar Saja
153
Tidur Bersama Lagi
154
Rencana Perjodohan
155
Zurich Botanical Garden.
156
Belanja
157
Belanja 2
158
Terdengar Tidak Adil
159
Kekasih?
160
Tunggu Kedatanganku!
161
Sudah Lama Aku Tidak Melakukan Ini
162
Cerita Brand
163
Keributan
164
Ada apa dengan Rihan?
165
Apa Yang Mereka Bicarakan?
166
Sparing
167
Sparing 2
168
Aksi Nekat Rubah Betina
169
Sedikit Peringatan
170
Menjaga Jarak
171
Pembicaraan Absurd
172
Si Ular Bertindak
173
Menerima Tantangan
174
Arena Game
175
Kesal Tanpa Alasan
176
Dia Kembali?
177
Kedatangan Elle
178
Pria Bodoh
179
You Lose Friend, Sorry!
180
Apa itu Ancaman?
181
Pernyataan Neo
182
Lahan Pembangunan Resort
183
Membunuhnya Diam-diam, Dosa Tidak Ya...
184
Jalan-jalan
185
Ulang Tahun
186
Rencana Membuka Seleksi Mencari Kekasih
187
Menemukan Lawan Yang Seimbang
188
Ancaman
189
Lawan Yang Merepotkan
190
Pencarian Rihan
191
Pria Itu
192
Zant
193
Berkunjung ke Schloss Bellevue
194
Menginap
195
Persiapan Pelelangan
196
Zant Vs Neo
197
Si Penyihir Berulah
198
Pertarungan Terakhir
199
Pesan Terakhir
200
Usaha Zant dan Yang Lainnya
201
Dua Bocah Sampel
202
Awal Penyesalan
203
Masih Adakah Kesempatan Untukku?
204
Kreativitas Zant
205
Permohonan Maaf Seorang Neo
206
Pertunjukan
207
Kebenaran
208
Bangunlah, Gadis Kecil
209
Waktu Berlalu
210
Bangun
211
Menggoda
212
Tunggu Aku, Nyonya Veenick
213
Lamaran Dadakan
214
Konferensi Pers
215
Mencari Dan Menemukan
216
Memberi Pelajaran
217
Pagi Yang Indah
218
Orang Asing
219
Kesakitan Rubah Betina
220
Jalan-jalan
221
Lamaran Terunik
222
Berkunjung ke Cognizant Technology
223
Kecelakaan Membawa Berkah
224
Syarat
225
Pertunjukan 2
226
Pelajaran Untuk Hanami
227
Pengumuman
228
Janji
229
Pernikahan
230
Merelakan Tapi Tidak Melupakan
231
Hadiah Pernikahan
232
Suami Posesif
233
Pagi Pertama
234
Korea Selatan
235
Aku Ingin Kamu Meninggalkan Pria Itu
236
Tidak Ada Backingan Lagi?
237
Penangkapan
238
Tidak Kenal Tempat
239
Mudah Sekali Dibujuk
240
Upah Karena Perbuatannya Sendiri
241
Terima kasih, My Queen
242
Calon Istri?
243
Tellyana Marcus Johnson
244
Akhir Seorang Ariana
245
Menjauh Dariku Sekarang!
246
Hukuman Untuk Zant
247
Ceritanya Panjang
248
Jangan Marah Lagi
249
Perasaan Alex
250
Melahirkan
251
Melahirkan 2
252
Nama Untuk Triplet (END)
253
Cemburunya Zant (Extra Part)
254
Sialnya Zant (Extra Part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!