Pagi yang cerah dengan suara burung-burung yang beterbangan mengelilingi pohon, juga hinggap di atas dahan pohon di samping mansion besar milik seorang Rihan, tepatnya dekat kamarnya. Sang empunya kamar terganggu karena suara cicitan burung-burung tersebut sehingga mengharuskannya untuk bangun.
Rihan bangun dari tidurnya dan merenggangkan otot-otot tangannya kemudian bersandar pada kepala tempat tidur. Ia dengan tenang menekan tombol yang menempel di samping tempat tidurnya untuk membuka pintu kamarnya agar asisten pribadinya segera masuk.
"Selamat pagi, Nona. Saya akan menyiapkan air mandi untuk anda," Seorang asisten pribadi Rihan yang bernama Alen menyapa, sambil membungkukkan sedikit badannya ke arah Rihan.
Alen merupakan asisten pribadi khusus yang melayani Rihan dalam hal membersihkan diri dan juga berdandan.
"Selamat Pagi, Nona. Dua jam lagi anda harus segera ke kampus." Alex yang berdiri di samping Rihan juga berbicara setelah membungkukkan badannya.
Alex juga merupakan asisten pribadi Rihan dalam hal menemaninya dalam bekerja juga mencari informasi yang diperlukan.
Rihan hanya membalas kedua asistennya dengan deheman juga anggukan kepalanya. Ia lalu memandang jam di atas meja dekat tempat tidurnya yang kini menunjukan pukul 6 pagi.
Selain keluarganya, kedua asisten pribadi Rihan juga mengetahui bahwa Rihan adalah seorang perempuan, karena mereka berdua yang selalu menemani Rihan juga mengurusi hal-hal pribadinya.
Alex dan Alen merupakan saudara kembar yatim piatu yang Rihan tolong 3 tahun lalu di saat keduanya dibuang oleh Paman dan Bibi mereka sehingga mereka berakhir di jalanan dan mencuri makanan juga hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan hidup mereka.
Awalnya mereka ingin mencuri tas Rihan, tetapi karena insting seorang Rihan yang begitu kuat, sehingga mampu menggagalkan rencana kakak beradik itu. Rihan lalu menawarkan pekerjaan pada keduanya.
Keduanya dengan senang hati menerima tawaran Rihan untuk menjadi asisten pribadinya. Rihan lalu melatih keduanya sehingga menjadi asisten yang sangat diandalkan.
Awalnya mereka kesulitan untuk belajar tetapi dengan keyakinan Rihan juga ketekunan keduanya, membuat mereka menjadi sosok yang kuat juga cerdas, sehingga Rihan sangat bangga pada si kembar Alex dan Alen.
Meski umur si kembar yang dua tahun lebih tua dari Rihan, tetapi mereka sangat menghormati sang majikan yang juga merupakan penolong mereka. Mereka juga bersumpah dengan nyawa mereka sendiri untuk selalu setia pada Rihan.
Back to topic.
Rihan lalu melangkahkan kakinya dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Melihat sang majikan yang sedang membersihkan diri, Alen lalu membantu merapikan tempat tidur, juga menyiapkan keperluan sang majikan. Sedangkan Alex, dirinya beranjak dari kamar sang majikan dan menunggu dengan tenang di depan pintu kamar Rihan.
Selesai membersihkan diri, Rihan lalu menuju walk in closet diikuti oleh Alen untuk membantu menyamarkan tubuh Rihan sedemikian rupa sehingga menjadi terlihat seperti pria normal pada umumnya.
Selesai memakai pakaiannya Rihan lalu melihat penampilannya pada cermin yang tersedia didekat walk in closetnya.
Disana terlihatlah pemuda tampan juga cantik dengan mata coklat yang tajam, bibir seksi merah menawan, hidung mancung, kulit putih blasterannya, juga curtains hairstyle berwarna coklat kemerahan layaknya artis Korea.
Dengan baju kaus putih dilapisi dengan kemeja kotak-kotak senada yang digulung sebatas sikut tanpa dikancing dengan celana jeans hitam panjang, Sneakers Buscemi putih yang menghiasi kakinya, dan terakhir jam tangan Rolex Daytona yang melingkar di pergelangan tangannya.
Outflitnya yang bernilai jutaan rupiah bahkan miliaran rupiah mampu membuat mereka yang melihatnya akan melongo takjub. Rihan hanya menatap datar penampilannya pada cermin di depannya. Sedangkan sang asisten, wajahnya sudah memerah malu hampir mimisan jika dirinya tidak ingat kalau yang ada di depannya ini adalah seorang perempuan.
Alen dan Alex dilatih langsung oleh Rihan membuat sifat mereka hampir menyamai majikan mereka sendiri, yaitu datar dan dingin. Tetapi ketika melihat penampilan sang majikan, wajah datar milik Alen entah hilang kemana. Meski hampir setiap hari dia sudah melihat penampilan Rihan, tetapi tetap saja Alen akan memerah malu.
"Penampilan Tuan Muda sangat sempurna." Komentar Alen sopan dengan wajah yang sudah kembali normal seperti semula.
Memang mereka akan memanggil tuan muda jika Rihan sudah berpenampilan seperti sekarang. Rihan hanya memandang datar sang asisten dengan sorot mata tajamnya lewat pantulan cermin di depannya. Membuat Alen hanya menundukkan kepalanya takut juga mengeluarkan keringat di punggungnya.
Meski sudah bekerja sebagai asisten pribadi Rihan, yang setiap hari menemani sang majikan, hampir setiap hari mendapati tatapan tajam dari sang majikan, tetap saja Alen merasa takut.
"Terima kasih, Alen." Jawab Rihan datar pada Alen sambil melihat jam tanganya yang sudah menunjukan pukul 06.45 pagi.
"Sudah menjadi tugas saya, Tuan." Balas Alen sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm."
Rihan lalu mengambil tas punggungnya yang berwarna hitam dan hanya memakai sebelahnya di bahu kanan lalu berjalan keluar dari walk in closet. Selanjutnya, Rihan lalu menekan tombol pada jam tangannya yang sudah dimodifikasi untuk dapat membuka pintu kamarnya secara otomatis.
Rihan kemudian keluar dari kamarnya diikuti oleh Alen dari belakang juga Alex yang sudah menunggunya sedari tadi di depan pintu kamar.
Mereka bertiga lalu menuju meja makan untuk menikmati sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh para pelayan atas perintah kepala pelayan, sebelum melakukan aktivitas hari ini.
Alex dengan sigap mengambil tas di bahu Rihan kemudian menarik kursi untuk diduduki oleh sang majikan kemudian dirinya dan sang saudari kembarnya ikut duduk di samping kiri dan kanan Rihan.
"Selamat makan, Tuan Muda." Ucap Alex dan Alen bersamaan sebelum menikmati sarapan pagi mereka.
"Hmm."
Rihan memang meminta mereka agar makan bersamanya di meja makan karena dia tidak suka makan sendiri. Alex dan Alen hanya mengikuti perintah sang majikan tanpa membantah.
Ketiganya kemudian menikmati makanan di depan mereka dengan tenang tanpa mengeluarkan suara apapun. Hanya ada suara dentingan peralatan makan.
Setelah menikmati sarapan pagi bersama, Rihan lalu beranjak dari meja makan dan menuju pintu keluar Mansion. Alex kemudian membawa tas Rihan mengikuti langkah kaki sang majikan diikuti oleh Alen dari belakang.
Beberapa meter dari pintu keluar Mansion terlihatlah McLaren F1 LM-Spec Supercar berwarna perak seharga US $ 19.8 juta terparkir sempurna menunggu untuk dinaiki.
Alex lalu berjalan mendahului Rihan dan membuka pintu mobil untuk sang majikan. Rihan lalu masuk ke dalam mobilnya, kemudian menurunkan sedikit kaca mobil lalu melihat Alen yang sedang berdiri dan melihat saudara kembarnya masuk ke dalam mobil yang satunya, yang nantinya akan mengikuti sang majikan dari belakang.
Memang Rihan akan menyetir sendiri mobilnya ke kampus tanpa adanya sopir. Akan tetapi Alex akan selalu standby mengikuti sang majikan dari belakang agar selalu bisa melindungi sang majikannya.
"Hati-hati di jalan, Tuan Muda." Alen membuka suara dengan sopan ketika melihat Alex sudah memasuki mobilnya sendiri. Ia lalu membungkukkan sedikit badannya tanda menghormati sang majikan.
Rihan hanya menganggukkan kepalanya membalas ucapan Alen. Rihan lalu memasangkan kaca mata hitam yang menutupi kedua matanya. Kaca mata yang selalu tersedia rapi di dalam mobilnya. Rihan kemudian manaikkan kembali kaca mobil lalu menjalankan mobilnya keluar dari Mansion menuju Universitas Antarik diikuti Alex dari belakang.
McLaren F1 LM-Spec Supercar milik Rihan dan Lamborgini Veneno hitam milik Alex melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Jakarta menuju Universitas Antarik.
Dalam perjalanan, Rihan hanya sesekali memandang datar kendaraan yang berlalu lalang di belakang maupun di depannya, begitu juga dengan pejalan kaki, baik itu anak muda maupun orang tua yang melakukan aktivitasnya.
Tepat di lampu merah, mobil Rihan lalu berhenti diikuti oleh mobil lainnya. Pandangannya lalu tertuju pada seorang gadis muda bertubuh mungil dengan pakaian sederhana layaknya anak sekolah menengah. Sayangnya, gadis itu tidak memakai pakaian seragam.
Gadis itu sedang membantu seorang Nenek untuk menyeberangi jalan di depan mereka. Gadis itu jika dilihat secara teliti cukup cantik dengan senyum manisnya, yang sedang bercanda ria dengan sang Nenek sambil memegangi sepedanya di sebelah kanan, sedangkan sang Nenek di sebelah kirinya.
Rihan hanya memandang mereka datar kemudian bergumam.
"Jika semua orang sepertinya, pasti tidak akan ada yang menderita."
Rihan lalu tersadar dari pandangannya ketika suara sistem dalam mobilnya memberi peringatan untuk melanjutkan perjalanannya.
Jangan salah jika hampir semua mobil milik Rihan terpasang sistem kendali otomatis yang membantu sang pengemudi. Sistem yang sudah dirancang khusus hanya menuruti atau mendengar satu suara dari sang pemilik mobil atau orang yang sudah terdaftar dalam sistem juga membantu mengingatkan pengemudi tentang bahaya apa saja yang akan terjadi di sekitar mobil.
Mobil dengan sistem pengendali hologram tersebut dapat mendeteksi bahaya sampai jarak kurang lebih 1 km, sehingga pengemudinya dapat merasa aman dan nyaman dalam mengemudi.
Semua mobil milik Rihan dirancang khusus olehnya sendiri dengan bantuan perusahaan sang Daddy di bidang otomotif kendaraan atau elektronik lainnya.
Hanya mobil milik Rihanlah yang dipasang sistem pengendali atau sistem berupa hologram otomatis.
Jika ada yang ingin memesan mobil seperti miliknya yang terdapat sistem, harus mendapat izin dari si perancang mobil itu sendiri atau izin dari Rihan.
***
Pukul 07.50 pagi, mobil Rihan dan Alex memasuki gerbang Antarik Universitas. Mobil yang berharga miliaran rupiah itu menjadi sorotan publik.
Meski waktu masih pagi untuk mahasiswa ataupun Dosen datang ke kampus, tetapi sudah ada sebagian mahasiswa yang datang karena memiliki kelas pagi. Tetap saja Rihan menjadi sorotan publik.
Alex dengan cepat turun dari mobilnya dan mendapati teriakan histeris para kaum hawa akan ketampanannya. Jangan salah karena Alex termasuk jajaran pria tampan dunia dengan wajah campuran Amerika-Korea, menambah ketampanannya. Hanya saja wajah Alex begitu datar dan dingin. Alex tidak memperdulikan teriakan para gadis kampus, karena prioritasnya saat ini adalah sang majikan harus turun dari mobilnya.
Alex lalu menuju mobil sang majikan dan membukakan pintu mobil sehingga sang majikan dapat keluar dari mobilnya. Ketika Rihan menjulurkan kakinya untuk menampaki tanah, hening seketika.
Semua orang menunggu dengan menahan nafas, siapa kira-kira yang akan keluar dari mobil mahal tersebut. Apalagi melihat sepatu sang pemilik mobil yang terlihat mahal dengan harga selangit itu, membuat rasa penasaran banyak pasang mata semakin tinggi.
Tidak lama kemudian,
KYAK
[Tuan Muda Rehhand...]
[Astaga! Anak kedua keluarga Lesfingtone sangat tampan ya.]
[Bukan hanya tampan, dia juga terlihat cantik.]
[Benar sekali. Bukannya, julukan Tuan Muda Rehhand adalah Pria Cantik, ya.]
KYAK
[Aslinya begitu tampan.]
[Tapi, Kenapa orang kaya sepertinya datang jauh-jauh ke sini?]
Banyak bisikan-bisikan tentang ketampanan Rihan juga alasan kenapa ia bisa berada disini. Semua itu tidak dihiraukan oleh seorang Rihan. Dia malah berjalan melewati kerumunan dengan dibantu oleh Alex.
Para mahasiswi hanya menatap Rihan tak berkedip dengan air liur hampir menetes. Bahkan ada juga yang hampir pingsan ketika melihat pahatan sempurna seorang Rihan. Alex hanya menuntun perjalanan Rihan menuju ruangan Dekan Fakultas Kedokteran.
Rihan tidak mungkin mengambil jurusan bisnis karena menurut publik, anak pertama Jhon Roland Lesfingtone mewarisi bakat Ayahnya menjadi seorang pebisnis. Sedangkan anak kedua mewarisi sang Mama menjadi seorang Dokter. Oleh karena itu Rihan mendaftarkan dirinya di sini di Fakuktas Kedokteran.
Kebetulan Fakultas Kedokteran berdekatan dengan jurusan desain tempat Ariana Angel Samantha berkuliah yaitu Fashion Design. Rihan hanya bisa tersenyum dalam hati karena rencananya akan berjalan dengan baik selagi musuhnya dekat dengannya sehingga memudahkan Rihan untuk memantau gerak-gerik Ariana.
Rihan lalu masuk ke salah satu ruangan yang pintunya sudah dibuka oleh Alex. Di dalam terlihatlah seorang pria paru baya yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan senyum cerahnya menunggu kedatangan Rihan.
"Selamat pagi, Dekan. Hari ini Tuan Muda akan berkuliah di sini. Harap menjaga Tuan Muda dengan baik." Suara Alex begitu dingin seakan menusuk ke tulang sang Dekan ketika mendengar suara itu.
Sang Dekan yang dikenal dengan nama Roberth Lesmana, dengan sigap berdiri dan membungkukkan badannya ke arah Rihan yang sudah duduk dengan tenang di sofa yang ada dalam ruangan sang Dekan.
"Semoga Tuan Muda merasa nyaman berkuliah di sini. Eum... apakah saya boleh bertanya, Tuan?" Dekan Roberth meminta izin terlebih dahulu untuk bertanya.
"Hmm."
"Apa alasan anda datang jauh-jauh ke Indonesia untuk berkuliah? maaf jika saya lancang, Tuan Muda." Tanya Dekan Roberth Gugup.
"Itu bukan urusan anda,Pak Dekan. Tugas anda hanya menjaga kenyamanan Tuan Muda selama berkuliah di sini." Balas Alex dingin. Lagi-lagi Dekan Roberth menelan ludahnya kasar.
"Baik Tuan. Sekali lagi maaf atas kelancangan saya."
"Tidak masalah. Bisa tolong antarkan Tuan Muda ke kelasnya?" Alex tetap dengan nada suara yang sama.
"Baik Tuan. Mari ikuti saya, Tuan Muda." Balas Pak Roberth.
Pak Roberth lalu berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Rihan dan Alex dari belakang menuju kelas yang akan di tempati oleh Rihan.
Selama perjalanan banyak pasang mata yang terpesona akan ketampanan seorang Rihan. Sayangnya, yang menjadi sorotan tidak mempedulikan tatapan liar para gadis yang di tujukan padanya.
***
Mengagumi sesuatu yang terlihat indah itu baik.
Hanya saja, jangan terlalu memaksakan dirimu jika tidak sanggup meraihnya.
Liana'S
***
Jangan lupa like dan komennya ya.
See You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
ANAA K
Aku mampir👋🏾👋🏾👋🏾
2021-10-12
2
syafridawati
mampir
2021-08-14
0
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ
mampir lagii thor...halu mu keyeeeeen👍
2021-04-19
1