Sesampainya Rihan yang diantar oleh sang Dekan di depan salah satu ruangan jurusan kedokteran yang merupakan kelas spesialis ilmu bedah. Dekan Roberth lalu mengetuk pintu kelas karena kebetulan sedang ada kelas pagi yang baru saja akan dimulai.
Mendengar ketukan pada pintu, Dosen yang akan mengajar lalu mempersilahkan si pengetuk untuk segera masuk. Dosen Roberth langsung membuka pintu kelas kemudian masuk ke dalamnya diikuti oleh Rihan dan Alex dari belakang.
Mahasiswa yang berada dalam kelas itu menganga tidak percaya akan kedatangan anak kedua Jhon Lesfingtone di kelas mereka.
[Astaga! Tuan Muda Rehhand tampan sekali.]
[Bersyukur aku ambil kelas pagi. Bisa lihat si pria cantik ini,]
[Mimpi apa aku semalam... Bisa satu kelas dengan pangeran cantik,]
[Aku tidak pernah menyesal datang setiap hari hanya untuk melihat wajah Tuan Muda Rehhand.]
Begitulah bisik-bisik tetangga tentang kedatangan seorang Rihan.
"Harap tenang semuanya! Mulai hari ini Tuan Muda Rehhand akan berkuliah bersama kalian di sini.
Jadi, jagalah sikap kalian. Bapak yakin kalian semua pasti sudah mengenal Tuan Muda Rehhand, maka tidak perlu memperkenalkan diri lagi." Dekan Roberth berbicara pada semua mahasiswa yang ada di kelas itu.
"Iya Pak..."
"Baiklah. Tuan Muda akan duduk di kursi kosong di sebelah sana. Semoga anda merasa nyaman di kelas ini." Ucap Dekan Roberth dengan sopan.
Rihan lalu memandang Alex dengan sorot mata tajamnya. Alex pun mengerti pandangan sang majikan kemudian berbicara mewakili Rihan.
"Sebelumnya Maaf Pak Dekan dan Pak Dosen, Tuan Muda hanya ingin berkuliah seperti biasa layaknya anak lain. Tidak perlu ada perlakuan istimewah padanya. Asalkan Tuan Muda tetap merasa nyaman." Alex membuka suara dengan dingin.
"Baik, Tuan. Tetap saja, kami merasa terhormat karena Tuan Muda Rehhand memilih Universitas kami." Balas Dekan Roberth sopan dengan membungkukkan sedikit badannya ke arah Rihan.
Rihan hanya melirik sebentar sang dekan dengan memasukan satu tangannya ke dalam saku celananya.
"Bisakah Tuan Muda saya duduk? Sudah terlalu lama beliau berdiri." Ucap Alex dingin.
"Maafkan kami, Tuan Muda. Silahkan duduk. Dosen Roberth merasa bersalah. Sedangkan sang dosen hanya menunduk takut.
Rihan tidak memusingkan tindakan kedua pria paru baya itu. Ia dengan langkah lebar layaknya pria pada umumnya, berjalan dengan wajah datar dan dinginnya menuju tempat duduk yang kosong. Semua mata memandang takjub akan ciptaan Tuhan yang terlihat sempurna itu.
Apalagi cara berjalannya yang begitu berwibawah dengan aura kepemimpinannya yang sangat kuat. Jangan lupa dengan sorot mata tajamnya yang mampu menindas siapapun yang melihatnya.
Rihan hanya berjalan dengan tegap diikuti oleh Alex dari belakang hingga sang majikan duduk di tempat duduknya. Alex lalu berpamitan pada Rihan agar kembali pulang ke mansion milik Rihan.
"Kelas anda akan selesai pukul 4 sore, Tuan." Alex memberitahu dengan tegas.
"Hmm." Balas Rihan dingin sambil membenarkan letak jam tangannya.
Alex kemudian keluar ruangan dan kembali ke mansion. Sedangkan Rihan hanya memainkan ponsel pintarnya yang baru saja diambil saat Alex keluar dari kelas.
Semua mata masih setia memandang lekat-lekat apa saja yang dilakukan si pria cantik ini. Merasa diperhatikan, Rihan lalu mengangkat wajahnya dan memandang dengan tajam wajah Pak Bayu.
Pak Bayu selaku dosen yang mengajar pun tersadar dari pandangannya karena sorot mata tajam dan aura penuh intimidasi itu.
"Ma....afkan saya, Tuan Muda." Sesal Pak Bayu terbata-bata.
Semua yang ada di dalam ruangan itu juga tersadar dan kembali memperhatikan Pak Bayu yang akan melanjutkan pelajarannya. Sedangkan Pak Roberth, ia sudah keluar kelas sedari tadi.
Jika kalian bertanya sedang apa Rihan dengan ponselnya? Maka jawabannya adalah sedang memperhatikan rekaman CCTV pergerakan seorang gadis yang sedang berceloteh ria dengan teman-temannya di kelas. Tepatnya jurusan Fashion Design. Semua pasti tahukan siapa yang dimaksud.
Rihan memang menyuruh anggota kepercayaannya untuk memasang CCTV tersembunyi di seluruh area Kampus yang tidak akan terlihat oleh mata telanjang. Semua CCTV sudah dihubungkan langsung dengan ponselnya sehingga dia hanya perlu melihat semua aktivitas orang-orang yang ada di Universitas Antarik ini.
Rihan sibuk dengan ponsel pintarnya, sedangkan Mahasiswa yang lain sibuk memperhatikan sang Dosen yang sedang mengajar tetapi tetap saja sesekali para gadis akan mencuri pandang pada si pria cantik, Tuan Muda Rehhand itu.
Tak ada yang berani menegur seorang Rihan karena tidak memperhatikan dosen yang sedang mengajar. Berdiri dekat dengannya saja membuat tubuhmu merinding, apalagi ditatap dengan sorot matanya yang begitu tajam? Siapapun tidak akan berani.
Tak lama kemudian.
Tok
Tok
Tok
Terdengar ketukan pintu dari luar, memecahkan fokus mahasiswa yang mendengar pelajaran maupun dosen yang sedang mengajar. Pak Bayu lalu mempersilahkan si pengetuk pintu untuk segera masuk.
"Maaf Pak, saya terlambat. Hosh... hosh..." Seorang gadis yang baru saja masuk dengan nafas tersengal-sengal seperti habis berlari.
"Ini sudah lewat 20 menit dari mata kuliah saya, Dian." Balas Pak Bayu tegas.
"Maafkan saya, Pak. Ini pertama dan terakhir kalinya saya terlambat. Maafkan saya, Pak." Dian menjawab dengan sopan sambil membungkukkan badannya tanda meminta maaf.
"Ya, sudah. Kamu saya maafkan. Jangan ulangi lagi. Duduklah." Balas Pak Bayu tegas.
Pak Bayu terkenal dengan sifatnya yang baik hati, tegas dan tidak memandang derajat mahasiswa yang ia ajarkan. Semua diperlakukan sama olehnya. Ia akan memberi toleransi bagi mahasiswa yang terlambat mengikuti perkuliahan atau terlambat mengumpulkan tugas darinya, asalkan mahasiswa yang bersangkutan memberi alasan yang logis. Akan tetapi, ketika berhadapan dengan seorang Rihan, pria paru baya itu menjadi lunak pada Tuan Muda Rehhand. Entah apa yang merasukinya.
"Terima kasih banyak, Pak." Dian bersyukur kemudian bergegas ke tempat duduknya.
DEG
DEG
DEG
Ketika sampai di tempat duduknya, Dian mematung di samping tempat duduknya tak mampu bergerak melihat pahatan sempurna yang sedang duduk tepat di sebelah kursi kosong yang akan diduduki olehnya. Dian begitu takjub dan merasa tersihir hanya dengan melihat pesona seorang Rihan.
Para gadis yang melihat Dian, merasa iri karena bisa duduk bersebelahan dengan sang tuan muda. Rihan yang merasa diperhatikan, segera mengangkat kepalanya dan memandang dengan datar seorang gadis yang sedang berdiri mematung di depannya.
Sedangkan Dian, dia segera tersadar dari kekagumannya di saat mata coklat tajam itu memandangnya seakan ia siap dikuliti.
"Maafkan saya, Tuan Muda." Dian merasa bersalah dan segera duduk di tempat duduknya.
Rihan tidak mengambil pusing tindakan Dian. Rihan kemudian menurunkan kembali tatapannya dan melanjutkan menonton rekaman CCTV di ponselnya.
Dian yang sudah duduk di tempatnya, merasa gelisah. Jantungnya tak berhenti berdetak karena duduk bersebelahan dengan sang Tuan Muda Rehhand yang saat ini menjadi bahan perbincangan publik karena ketampanannya.
"Ya Tuhan, kenapa dengan jantungku?" Tukas Dian dalam hati sambil memegangi dadanya, tempat jantungnya berada.
Selama pelajaran berlangsung, Dian tidak bisa fokus mengikuti pelajaran dikarenakan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna sedang duduk di sampingnya, juga detak jantungnya yang sedari tadi tidak bisa berhenti berdetak kencang. Sesekali dia akan melirik ke sampingnya memandang wajah putih bersih, hidung mancung, apalagi bibirnya yang begitu menawan.
Dian sendiri merasa heran akan sikapnya. Tidak biasanya dia seperti ini. Sudah banyak melihat ketampanan para pria, tetap saja dia tidak merasa kagum. Berbeda dengan sang tuan muda di sampingnya ini.
Rihan yang mengetahui sedang dipandang intens oleh teman sebangkunya, hanya mencibir dalam hatinya
"*S*etampan itukah aku?"
"Dian, Tolong kamu jelaskan apa itu Infeksi Nosokomial." Perintah tegas Pak Bayu pada Dian, karena sedari tadi ia mengajar, anak didiknya itu selalu memperhatikan sang tuan muda. Pak Bayu hanya takut jika muan muda dingin itu merasa risih.
Dian yang merasa dirinya disebut, segera mencari asal suara yang ternyata berasal dari dosen di depan kelas. Dian hanya bisa mengutuk kebodohannya dalam hati.
"Maaf, Pak. Bisa tolong ulangi pertanyaannya?" Tanya Dian gugup.
"Tolong jelaskan apa itu Infeksi Nosokomial." Tanya Pak Bayu lagi.
Dian gelagaban. Dia kemudian segera memutar otaknya dan menjawab.
"Infeksi Nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di lingkungan Rumah Sakit. Seseorang dikatakan mengalami Infeksi Nosokomial, jika..." Penjelasan Dian terputus karena tidak sanggup lagi memutar otaknya. Padahal setahunya, ini merupakan pelajaran ilmu bedah dasar. Bisa-bisanya dia melupakan hal segampang ini.
Sementara dirinya memutar otak, seseorang tiba-tiba menyahut.
"Seseorang dikatakan mengalami Infeksi Nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau menjalani perawatan di Rumah Sakit. Infeksi Nosokomial bisa terjadi pada Pasien, Perawat, Dokter, serta Pekerja atau pengunjung Rumah Sakit." Sambung sebuah suara sambil menatap datar Dian yang duduk di sebelahnya dengan menopang dagunya menggunakan satu tangannya.
Semua yang mendengar suara dingin itu tertegun. Mereka tidak menyangkah bahwa suara sang Tuan Muda Lesfingtone begitu merdu layaknya seorang gadis (memang gadis kok).
Apalagi Dian. Dia merasa sangat malu karena jawabannya dibantu oleh sang tuan muda. Dian semakin merasa malu juga terintimidasi karena ditatap dengan sorot mata tajam bak pisau itu. Ingin sekali Dian berlari dan bersembunyi menutupi dirinya saat ini.
Sedangkan Rihan, dia hanya tertawa dalam hati karena tingkah gadis di sampingnya ini. Rihan merasa lucu, karena gadis di sampingnya ini hanya memandangnya sepanjang pelajaran dan ketika ditanya, dia menjadi gelagapan.
Tidak ada maksud untuk membantu gadis itu, hanya saja suasana hatinya sedang baik, juga gadis di sampingnya ini merupakan gadis mungil yang tadi pagi dilihatnya sedang membantu seorang nenek untuk menyeberangi jalan. Rihan membantunya karena kebaikan hati gadis itu sendiri.
"Kamu harus berterima kasih pada Tuan Muda, karena sudah membantumu, Dian." Ucap Pak Bayu.
Pria paru baya itu pikir tuan muda dingin yang menawar mata kuliahnya hanya mengandalkan kekuasaannya saja untuk berkuliah. Akan tetapi, lihatlah sekarang... Pak Bayu begitu takjub. Setahunya, tuan muda itu, sedari tadi sibuk dengan ponselnya, tetapi mampu mendengar dan melanjutkan apa yang tidak sempat Dian jelaskan.
"Terima kasih, Tuan Muda." Dian berbicara dengan gugup. Pipinya sudah merona.
"Hmm."
Para gadis di dalam kelas itu lagi-lagi merasa iri akan keberutungan Dian yang dibantu oleh Rihan. Apalagi ditatap seperti itu dari dekat, sungguh mereka sangat iri.
Dian, jangan ditanya. Jantungnya hampir saja melompat keluar jika tidak segera dikontrol. Pipinya semakin merona. Kini dia yakin, dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.
...
Perkuliahan kemudian berlanjut hingga waktu selesai. Pak bayu lalu keluar dari kelas disusul oleh mahasiswa lainnya. Sedangkan Rihan, dia menunggu hingga kelas hampir kosong, kemudian melangkahkan kakinya keluar menuju kantin tanpa mempedulikan teman sebangkunya. Dian yang melihat kepergian Rihan, hanya memandang dengan sendu punggung Rihan yang perlahan-lahan mulai tidak terlihat.
"Hanya memandangnya dari jauh sudah cukup bagiku,"
***
Tidak ada salahnya mengharapkan sesuatu yang lebih tinggi.
Semuanya dapat dicapai jika kita memiliki keinginan yang kuat.
Liana ' S
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Yura_K🦖(?)
dian jangan suka sama rihan deh, kalo suka kamu bisa belok loh😭😭
2024-07-10
3
ɀꫝꪖꪜ
waduh jangan deh dian
2024-04-13
1
Risma Farna
Wah nggak boleh Dian jatuh cinta ma yg disamping mu... moga jadi sahabat yg tulus aja
2023-04-16
2