Bab 13

"Ma, aku minta maaf atas kegaduhan semalam. Kami sudah membuat kalian sulit tidur," ucap Daniar dengan nada menyesal.

"Kami tidak marah, Nak. Mama mengerti karena ini malam pertama kalian Di rumah ini. Pasti kalian terbawa suasana baru dan ingin menikmati waktu bersama," ucap Dewi, disertai tawa kecil yang menunjukkan kebahagiaannya.

Daniar merasa sangat malu. "Kami janji kejadian semalam gak akan terulang lagi ...." ucapnya dengan gugup.

Leonard berdiri dan mendekati Daniar, lalu berkata dengan nada yang sopan. "Saya sangat minta maaf, Daniar. Kamar ini membuat saya begitu nyaman, sampai saya lupa bahwa saya sedang berada di rumah mertua." ucap Leonard sambil menahan tawanya, tidak ingin menunjukkan bahwa ia sedang merasa bersalah.

Daniar merengut mendengar perkataan suaminya itu, ingin sekali ia mencubit lengan Leonard karena dialah dalang dari kegaduhan semalam.

Karena kurang tidur, Dewi merasa lelah dan tidak ingin memasak sarapan. Ia pun menyuruh Daniar dan Leonard, menantunya. Membeli nasi uduk di warung dekat rumah.

"Nak, kamu masih ingat kan warung mama biasa beli nasi uduk?" tanya Dewi, khawatir Daniar sudah melupakan kehidupan di komplek rumahnya.

Daniar tersenyum. "Mana mungkin aku lupa, Bu. Aku sudah sering beli sarapan di sana sejak SMP, sama Mbok Gembul."

Dewi lega. "Syukurlah kalau begitu. Tolong, belikan 5 porsi nasi uduk, yah. Sekalian ajak juga Leon keliling komplek sini, biar dia kenal dengan lingkungan sekitar tempat kamu bertumbuh."

Daniar mengangguk. "Iya Ma. Aku dan Leon keliling komplek dulu ya."

Pagi ini, matahari bersinar cerah, menerangi komplek perumahan yang asri. Leonard berjalan santai, mengantongi kedua tangannya, sambil menikmati pemandangan sekeliling.

Pepohonan rindang dan burung-burung yang bertengger di atasnya menambah keasrian suasana. Meskipun rumah-rumah di komplek ini tidak sebesar rumah-rumah di komplek rumahnya, namun suasananya begitu ramai dan hidup. Banyak warga yang sudah bangun pagi dan saling bertegur sapa, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.

Saat Daniar dan Leonard berjalan, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu tetangga yang mengenali Daniar. "Eh, Daniar! Kamu sudah pulang, Nak?" tanya ibu-ibu itu dengan senyum.

Daniar membalas senyum dan berhenti berjalan. "Pagi Bu Dian, kebetulan aku dan suamiku sedang mampir ke rumah mama."

Ibu Dian terdiam dan memandang Leonard dengan penasaran. "Oh, ini suamimu yang anak orang kaya itu? Astaga, kasep pisan euy." spontan Bu Dian.

Leonard tersenyum dan berjabat tangan dengan Ibu Dian. "Senang bertemu dengan Ibu. Aku Leonard, suami Daniar."

Ibu Dian tersenyum malu-malu, lalu mengeluarkan ponselnya. "Wah, Mas Leonard, kamu benar-benar tampan! Boleh dong Tante minta foto bareng kamu?"

Leonard hanya mengangguk dengan senyum terpaksa "I-ya tentu saja. Saya senang sekali."

Bu Dian langsung menyerahkan ponselnya ke Daniar, meminta Daniar yang mengambil foto mereka.

"Ya ampun Daniar, lagi main kesini kamu!" sapa bu Sri salah satu tetangga komplek juga.

"Alamak, suamimu benar-benar tampan! seperti kata si Dewi," celetuk ibu Sri.

"Ha... halo tante Sri, lama gak jumpa." sapa Daniar.

Tidak berselang lama beberapa ibu-ibu komplek jadi ikut menghampiri mereka.

Leonard yang tampan membuat ibu-ibu di komplek terpesona. Mereka tak segan-segan meminta foto bersama dengannya, takjub dengan kegantengan suami Daniar yang membuat mereka teringat pada artis-artis tampan di layar kaca.

.

Dari kejauhan, ada satu ibu-ibu yang sedang mengintip keramaian melalui celah pagar rumahnya.

"Ada apa sih? Kenapa pada ramai-ramai begitu? Apa ada gossip baru di komplek ini?" celetuk Ratna melirik-lirik dari balik pagar rumahnya, terlihat ibu-ibu komplek sedang mengerubungi seorang pria tampan yang tinggi, sambil minta-minta foto.

"Bu... Surya pamit dulu, mau berangkat kuliah." Surya yang sudah berpakaian rapi keluar dari dalam rumah, sambil membawa ransel dan helm.

Namun ibunya Ratna tidak menggubris panggilan putranya, ia masih penasaran melihat kumpulan ibu-ibu di luar sana.

"Bu...." panggil Surya.

Namun masih tidak di dengar juga.

"Bu!!" kali ini Surya memanggil dan menepuk pundak ibunya.

"EH COPET....COPOT....KOLOT!!!!" latah Ratna yang terkejut.

"Astaga Bu, dari tadi Surya panggil-panggil kenapa tidak dengar?" tanya Surya bingung.

"Kamu ini! Mau ibu jantungan!" bentak Ratna, sambil mengelus-elus dada kirinya, serasa jantungnya hampir copot.

"Dari tadi ibu lagi liatin apa sih? Surya mau pamit berangkat kuliah loh."

"Hadeh, ibu tuh lagi penasaran sama ibu-ibu yang lagi kumpul di depan sana, kamu lihat tuh, ibu-ibu pada kumpul gitu rame-rame, ngapain coba? Sampai minta foto-foto segala ke cowok yang tinggi itu," ucap Ratna sambil menunjuk-nunjuk ke arah keramaian.

"Sudahlah Bu, jangan suka kepo begitu, kebiasaan buruk tau gak..." celetuk Surya sembari mau memakai helm.

"Bentar dulu Surya!! Tolong ibu dulu liatin, mata ibu kan udah rabun, jadi susah liat jarak jauh." Ratna menarik lengan putranya, dan memaksa Surya melihat ke arah sana.

Sambil menghela nafas panjang, akhirnya Surya menuruti saja kemauan ibunya. Surya pun menyipitkan kedua matanya, lalu melihat sosok yang sepertinya tidak asing.

"Daniar..."

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**

Terpopuler

Comments

Apriyanti

Apriyanti

melotot dah ibunya Surya 🤭🤭

2025-03-29

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Berasa artis ya... orang tamvan mah banyak penggemar

2025-03-30

0

Abu Yub

Abu Yub

aku datang lagi dedek

2025-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!