Bab 6

Tiga hari kemudian.

Di dalam kamar rumah sakit yang diterangi oleh cahaya lembut, Lagi-lagi Leonard terbangun dari tidurnya. Ia duduk di samping istrinya yang masih terbaring dalam keadaan koma, dan untuk sejenak memandangi langit malam yang gelap melalui jendela kamar rumah sakit.

Hatinya terasa berat, terbelenggu oleh perasaan bersalah yang mendalam. Ia tidak bisa tidak bertanya-tanya, mengapa selama ini ia begitu egois dan tidak mau berusaha mengendalikan amarahnya.

"Aku sungguh bodoh membuatmu terluka dan sakit, hukumlah aku sesukamu, setelah ini balaskan rasa sakit mu padaku, aku akan terima semua itu, tapi kumohon jangan tinggalkan aku," lirihnya, air matanya tak terbendung, cairan bening keluar deras dari sudut matanya yang lelah.

“Akulah manusia paling rendah, sudah tega memperlakukanmu semena-mena, aku memang layak kamu benci, tapi kumohon jangan tinggalkan aku, Daniar. Lebih baik bunuh saja aku dari pada harus melihatmu tak bernyawa." Leonard menggenggam erat tangan Daniar, rasa takut kehilangan terus menghantui.

Ruben yang sejak tadi tertidur di sofa kamar rumah sakit, tiba-tiba terbangun karena mendengar suara terisak Leonard. Ia membuka mata perlahan dan melihat Leonard duduk di samping Daniar, yang masih terbaring koma.

Ruben pun merasa terharu melihat Leonard bisa sedih dan menyesali perbuatannya. Ada luka emosi yang dalam dan kisah kelam yang tersembunyi di balik tindakan Leonard yang berakhir dengan kekerasan terhadap istrinya, dan Ruben sangat memahami hal itu.

Ruben sudah mengenal Leonard sejak kecil. Saat Leonard berumur 10 tahun, orang tuanya bercerai, dan sejak saat itu, ayahnya, James, menjadi semakin kejam dan sering mengamuk. Ia bahkan tega menyiksa Leonard yang masih kecil dan tidak berdaya.

Penyiksaan itu telah meninggalkan luka emosi yang mendalam dan trauma yang tidak terlupakan di dalam jiwa Leonard. Akibat penyiksaan yang berkepanjangan dari sang ayah, Leonard mengalami gangguan mental, termasuk halusinasi dan serangan panik. Tiap malam, ia sering berteriak dan dilanda ketakutan yang tidak nyata, sebagai akibat dari trauma yang masih terus menghantui dirinya.

Ruben dan Liliana, ibu kandung Leonard, menyadari adanya gejala gangguan mental pada Leonard sejak kecil. Mereka kemudian memutuskan untuk melakukan terapi psikologis pada Leonard.

“Hem, ini aneh! Tidak ada yang salah dengan struktur otaknya!” seru sang Dokter

“Maksudmu?” tanya Liliana, ibu Leonard.

“Bukankah kau kawatir jika anakmu itu psikopat?” tanya sang Dokter.

“Hah, bisakah kau jangan mengatakan itu!”

“Struktur otak orang yang terlahir dengan jiwa psikopat itu berbeda dengan struktur otak manusia pada umumnya. Sementara anakmu lahir dengan struktur otak yang normal meski ada masalah dengan saraf kepalanya, akibat luka yang tidak kita ketahui." jelas sang Dokter.

“Luka itu akibat benda tumpul, saat dia mencoba melawan ayahnya,” seru Ruben.

“Hah, tapi kita tidak tau benda apa itukan!? Jujur saja, melihat anakmu ini aku teringat pada kasus dunia bawah,” celetuk sang Dokter.

“Maksudmu?” tanya Liliana.

“Aku pernah menangani seorang pasien yang terlibat dengan perkelahian dunia bawah, kasus itu disebut ‘Mesin Pembunuh’ kau juga pernah dengar hal itu bukan?”

"Tidak mungkin!" saat itu Ruben langsung berteriak dengan suara yang gemetar. Ia takut apabila Leonard akan berubah menjadi seperti James, ayahnya yang kejam.

Ruben telah menganggap Leonard sebagai anaknya sendiri dan ingin menjaganya dari kejahatan yang sama. Ia ingin mendampingi dan melindungi Leonard dari kegelapan yang telah menghantui keluarga Pratama.

Akhirnya Dokter psikolog yang menangani Leonard mendiagnosis bahwa ia menderita gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh trauma masa kecil, yaitu gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan gangguan kepribadian borderline.

Ia kemudian menerapkan metode terapi kognitif-perilaku (CBT) untuk membantu Leonard mengatasi gejala-gejala tersebut. Namun, terapi tersebut tidak sepenuhnya berhasil menghilangkan ilusi yang dialami Leonard.

Hingga akhirnya sang Dokter mengubah metode terapi menjadi terapi perilaku radikal, yang bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku Leonard menjadi lebih agresif dan berani.

Namun, seiring waktu, Leonard malah menjadi sosok yang menakutkan dan agresif, mirip dengan ayahnya. Ia sering mengamuk ketika ada hal yang mengganggu pikirannya, terutama jika masalah itu berhubungan dengan keinginan yang tidak terpenuhi.

Leonard adalah anak tunggal dan calon penerus perusahaan Lumina Inc., yang secara otomatis menjadikannya pewaris utama. Tanggung jawab besar ini menambah beban pikirannya, karena ia tidak hanya harus melawan penyakit mental yang dideritanya, tetapi juga harus memenuhi harapan keluarganya yang tinggi.

.

.

"D-Daniar?" panggil Leonard, saat merasakan pergerakan jemari Daniar.

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**

Terpopuler

Comments

🔵❤️⃟🍡𝙼ơcիᵢ*ฅ^•ﻌ•^ฅ

🔵❤️⃟🍡𝙼ơcիᵢ*ฅ^•ﻌ•^ฅ

ndak pantas kau jd suami 😤😤

2025-03-25

3

Diana (ig Diana_didi1324)

Diana (ig Diana_didi1324)

ini namanya kekerasan sejak dini biasanya akan dibawa ketika punya ank nanti

2025-03-30

0

Teteh Lia

Teteh Lia

Kemaren2 kemana aja, woy... baru sadar sekarang 😤

2025-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!