Daniar duduk di atas tempat tidur, menatap jendela yang terbuka lebar, membiarkan sinar matahari masuk dan menerangi kamar yang terasa pengap. Baru tiga hari ia keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan selama beberapa minggu.
"Kenapa aku harus kembali lagi ke rumah ini?" Daniar berbisik, suaranya terdengar lemah dan putus asa. "Lebih baik aku mati saja..."
Daniar merasa lelah dan tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Ia tidak ingin lagi menjalani peran sebagai seorang istri Leonard.
Daniar terus mengurung dirinya di kamar. Namun Leonard memerintahkan dua pelayan wanita untuk menemani kemanapun Daniar beraktivitas. Mereka berdua, Rina dan Lestari, mereka ditugaskan untuk menjaga Daniar, agar tidak melakukan sesuatu yang nekad untuk kedua kali.
Rina dan Lestari berdiri di sudut kamar, menatap Daniar yang duduk di tempat tidur dengan mata merah dan basah.
"Ugh, aku sudah bosan melihatnya seperti ini," bisik Rina pada Lestari
"Aku juga," bisik Lestari dengan mengangguk.
"Tapi apa yang bisa kita lakukan? Sampai kapan kita ditugaskan seperti patung." keluh Rina berbisik.
"Kita coba saja buat Nyonya mau keluar dari kamar ini." saran Lestari.
"Hmm... Ide bagus, aku akan coba membujuknya," seru Rina.
Rina mengambil napas dalam-dalam, lalu berjalan mendekati tempat tidur. "Nyonya, Bagaimana jika anda berjalan-jalan di taman, atau membaca buku di teras. Kami bisa menemani anda kemana pun, yang penting Nyonya merasa nyaman dan bahagia." serunya.
Daniar menatap Rina dan Lestari dengan tatapan kosong. "Aku tidak tahu... Aku tidak tahu mau melakukan apa, semuanya terasa hampa," ujar Daniar dengan suara yang masih lemah.
Rina dan Lestari saling menatap, kemudian kembali menatap Daniar dengan ekspresi penuh empati.
"Suasana baru dapat membantu anda cepat pulih. Apa ada yang paling anda inginkan saat ini? Biar kamu sampaikan pada pak Ruben." tanya Lestari.
Daniar kembali menatap Rina dan Lestari dengan mata yang masih kosong, tapi ada sedikit harapan di dalamnya. "Benarkah... kalian akan membantuku?" tanyanya dengan suara yang masih lemah.
"Iya Nyonya, katakan saja pada kami..." Rani mengiyakan.
"Aku...."
"Aku mau pulang...."
...*****...
Ting tong...
Ting tong...
Cekrek...
Suara pintu dibuka.
"Mama!" teriak Daniar. Yang berdiri di depan pintu.
Dewi terkejut dan bersorak, "Astaga, Nak! Kamu tiba-tiba datang tanpa bilang terlebih dahulu!"
Daniar memeluk erat ibunya, air matanya tidak berhenti mengalir. "Huhuu... Hiks... Daniar rindu peluk mama, maaf Daniar baru bisa pulang ke rumah," rengeknya, sampai membasahi baju daster Dewi.
Kemudian Leonard datang sambil membawa dua koper, ia tersenyum lebar pada mertuanya, "Halo Ma, maaf, saya baru bisa datang berkunjung," katanya sambil memberikan salam kepada Dewi.
Dewi, yang masih memeluk Daniar, menatap Leon dengan tercengang. "Nak Leon! Se.. selamat datang!" Dewi tergagap, mengingat penampilannya yang kacau.
Daniar, yang masih menangis, melepaskan pelukan ibunya, "Maaf Ma-, kami datang mendadak." ucapnya dengan suara bergetar.
"Haduh aku malu sekali menyambut kalian dengan penampilan begini, lain kali bilang-bilang dulu kalau mau datang, lihat diriku, terlihat kusam dan kumal begini di depan kalian." protes Dewi, merasa penampilannya mengenakan daster santai tidak pantas dilihat oleh menantunya yang seorang konglomerat.
"Mama tidak perlu khawatir, justru kami minta maaf sudah datang secara mendadak seperti ini, kami juga berencana tinggal selama seminggu disini." ujar Leonard bersikap ramah dan sopan kepada ibu mertuanya.
"Jangan!! Mana bisa kamu tinggal di rumah gubuk begini, kamu gak akan betah walaupun cuma semalam!" Dewi panik, ini kali pertama menantunya berkunjung setelah menikah. dan tiba-tiba mau menginap pula, dirinya benar-benar belum siap menerima menantu yang konglomerat tinggal di rumahnya yang kecil, hanya seukuran ruang tamu di istana milik Sagara.
Tapi tidak mungkin juga Dewi mengusir mereka, mau tidak mau mengijinkan menantu dan anaknya menginap selama seminggu.
Saat masuk kedalam, Daniel adik Daniar merasa sangat malu, karena dirinya hanya memakai boxer dan sedang asik main PS sambil rebahan di karpet ruang keluarga.
"Dani! Cepat pakai baju! Sambut kakak dan kakak iparmu!!" teriak Dewi dengan nada nyaring.
Daniel pun panik, cepat-cepat masuk kamar dan pakai baju.
"Iiihh!! Kakak kalau datang jangan dadakan dong!" protes Daniel didalam kamar, sembari memakai bajunya.
Habis keluar, remaja yang belum genap 1 tahu itu langsung menghampiri kakak iparnya dengan wajah memelas, "Halo kak Leon, aku boleh minta hp keluaran terbaru ya..." ujar Daniel sambil cengengesan.
Tak!!
Tangan Dewi bergerak cepat menyentil dahi Daniel, yang tidak tahu malu dan sopan santun.
"Aduh sakit Ma!!" protes Daniel kesakitan.
"Gak sopan kamu! Sapa dulu, buatkan teh! Mentang-mentang kakak iparmu orang kaya raya. Jadi suka mi ta seenaknya! Belajar dari mana kamu! Jangan bertingkah lagi, mama mau keluar sebentar, beli bahan masakan untuk makan malam." pesan Dewi pada putranya.
"Iya Ma..." keluh Daniel sembari mengusap-usap dahinya yang sakit karena disentil sang ibu.
Senyum Daniar kian mengembang, ia sungguh merindukan suasana ini, lama sekali tidak mendengar nada tinggi ibunya, juga suara rengekan adik laki-lakinya.
Leonard yang melihat raut wajah kebahagiaan istrinya, hanya tersenyum tipis. Seumur hidupnya ia sendiri tidak pernah merasakan suasana keakraban di dalam keluarganya sendiri.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Apriyanti
lanjut thor 🙏
2025-03-27
0
Abu Yub
lanjut thor/Ok/
2025-03-27
0