Daniar memasuki kamar tidurnya yang dulu. Ia memandang sekeliling kamar, dan kenangan-kenangan masa lalunya pun mulai muncul.
Di kamarnya terpajang banyak foto Daniar bersama teman-teman sekolahnya di masa SMA, foto Daniar saat liburan keluarga, dan bahkan foto di hari pernikahan Daniar dan Leonard.
Saat itu semuanya tampak sempurna, Daniar sampai tersenyum sendiri saat melihat foto-foto di hari pernikahan mereka. Ia ingat saat pertama kali jatuh cinta dengan Leon, dan saat mereka memutuskan untuk menikah.
"Honey... " panggil Leonard, ia masuk ke kamar Daniar dan membawa dua koper.
Daniar berpaling saat melihat Leonard memasuki kamar. "Tolong taruh koper-koper di pojok dekat ranjang," ucapnya dengan nada datar.
Lalu, ia kembali mengalihkan matanya pada foto album pernikahan, yang penuh kenangan indah.
Setelah Leonard meletakkan koper-koper di lantai, ia berjalan mendekati Daniar. "Itu foto pernikahan kita," katanya sambil menatap foto-foto dalam album dengan senyum.
Daniar mengangguk pelan. "Ya, saat-saat yang indah, tidak seperti sekarang," jawabnya dengan senyum masam yang menyembunyikan kesedihannya.
Leonard merengut mendengar perkataan yang menyinggung itu, lalu memeluk Daniar dari belakang. "Aku janji akan berubah, sayang," katanya dengan suara yang hangat dan penuh harapan.
Namun, Daniar merasa tidak nyaman di pelukan suaminya. Ia masih memendam luka dan keraguan yang belum terobati.
Daniar berusaha melepaskan diri dari pelukan Leonard, tapi suaminya tetap memeluknya erat. "Aku tahu aku telah menyakiti kamu, sayang, Tapi aku berjanji akan memperbaiki kesalahan aku." lirihnya.
Daniar menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. Ia tahu bahwa Leonard punya trauma yang mempengaruhi emosinya.
"Aku butuh waktu, Leon. Aku butuh waktu untuk mempercayaimu lagi, entah sampai kapan aku baru bisa lagi mempercayaimu seperti saat dulu," seru Daniar, penuh keraguan.
Leonard mengangguk dengan serius. "Aku akan membuktikan bahwa aku dapat menjadi suami yang lebih baik untukmu. Kumohon, berikan aku kesempatan," pintanya penuh harap.
Leonard membalikkan tubuh Daniar dan hendak mencium bibirnya, tapi Daniar memalingkan wajahnya. Ia tidak siap untuk menerima ciuman suaminya, tidak setelah semua yang terjadi.
Melihat penolakan itu, Leonard menarik napas dalam-dalam, coba mengendalikan emosi yang mulai bergejolak di dada. Kesabaran adalah kunci untuk mendapatkan kembali kepercayaan Daniar.
"Maaf, aku terbawa suasana. Tapi aku akan sabar menunggu sampai kamu siap untuk menerima ku kembali," ucapnya dengan senyum tulus.
Senyum Leonard yang tulus dan penuh harapan, sedikit meluluhkan hati Daniar. Ia merasa bahwa suaminya benar-benar sudah menyesali kesalahannya.
Daniar kembali menatap Leonard penuh rasa sayang seperti dulu, merasa masih ada harapan untuk memperbaiki pernikahan mereka yang sudah kacau balau.
Sejenak kedua mata mereka saling terpaut. Untuk pertama kalinya sejak Daniar terbangun dari koma, ia merasa ada cahaya harapan yang menembus kegelapan hatinya, layaknya sinar matahari pagi, memancarkan kepercayaan dan cinta yang masih tersisa di antara mereka.
Tok...
Tok...
"Kak Niar, Lak Leon, makan malam sudah siap..." Suara panggilan Daniel diluar pintu membuyarkan kesunyian.
"Ayo kita makan malam dulu," ajak Leonard, mengambil tangan Daniar.
Daniar pun mengangguk, tidak menepisnya. Mereka berdua keluar dari kamar dan turun ke ruang makan, di mana ibu Daniar telah menyiapkan makan malam yang lezat.
Mata Daniar terbuka lebar saat melihat meja makan yang penuh dengan berbagai lauk pauk kesukaannya. Ia tidak percaya bahwa ibunya telah menyiapkan semua makanan favoritnya.
"Ma, ini semua...?" Daniar bertanya dengan takjub, menatap ibunya dengan mata berbinar.
Dewi tersenyum, merasa bahwa anaknya sangat senang. "Mama tahu kamu rindu masakan mama, Nak. Jadi aku memutuskan untuk membuatkan semua makanan favoritmu."
Daniar merasa sangat terharu dan bahagia. Ia memeluk ibunya erat. "Terima kasih, Ma. Aku sangat bahagia," ucap Daniar penuh haru.
Ibu Daniar memeluk Daniar erat, merasa bahwa anaknya telah kembali bahagia. "Aku senang kamu bahagia, Nak. Itu saja yang Mama inginkan."
Daniar melepaskan pelukan ibunya, lalu duduk di kursi meja makan. Sejenak Ia menatap Leonard yang duduk disebelahnya.
"Biar aku yang ambilkan nasinya," kata Leonard, mengambil piring Daniar, lalu menuangkan nasi.
"Segini cukup?" tanya Leonard.
Daniar tersenyum dan mengangguk, merasa bahwa hidupnya mulai kembali normal.
Tak lama ayah Daniar pulang dan bergabung di meja makan, mereka semua berbincang dan tertawa bersama. Suasana di ruang makan sangat hangat dan bahagia, membuat Daniar merasa telah kembali ke rumah yang sebenarnya.
...*****...
Makan malam selesai, mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Daniar sedang sibuk membereskan baju-baju ia bawa, dengan rapi ia melipat menaruhnya di dalam lemari.
Leonard yang bosan tidak melakukan apapun, berjalan menghampiri rak pajangan boneka yang ada di kamar istrinya, tanpa ijin ia mengambil sebuah buku album foto, lalu membukanya perlahan, melihat-lihat foto-foto lama istrinya.
"Loh ini siapa??" celetuk Leonard. Kedua mata menangkap sesuatu yang tidak lazim. Ada foto Daniar yang memakai seragam SMA tersenyum bahagia sambil merangkul seorang pria.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Teteh Lia
Buktikan dulu, Leonard. jangan cuma janji aja
2025-03-30
0
Apriyanti
lanjut thor
2025-03-27
0