BAB 6 – API DALAM SEKAM

Perintah yang Tidak Bisa Ditolak

Pak Surya duduk di kursi utama ruang rapat, tangan kokohnya bertaut di atas meja kaca yang berkilau. Matanya menyapu seluruh ruangan, menilai satu per satu orang yang hadir di sana—Aditya, Karina, Viona, dan Aurelia.

Ketegangan terasa seperti kabut tebal yang menggantung di udara.

"Mulai hari ini, tidak ada lagi drama," suaranya berat dan berwibawa. "Semua harus diselesaikan dengan cara yang jelas dan tanpa keributan."

Aditya tampak ingin membantah, tapi tatapan ayahnya memaku dirinya di tempat.

Viona mengusap perutnya dengan gugup.

Karina menyilangkan tangan di dada, ekspresinya sulit ditebak.

Sementara itu, Aurelia hanya diam. Matanya dingin, tapi di dalam hatinya, badai sedang berputar liar.

Pak Surya menatap Viona. "Kau akan mendapatkan semua yang kau butuhkan. Rumah, finansial, dan kepastian untuk anak yang kau kandung."

Viona mengangguk cepat, jelas takut menentang keputusan pria itu.

Lalu, tatapan tajamnya beralih ke Karina. "Dan kau, Karina, akan segera menghilang dari kehidupan anakku. Aku tidak ingin melihat kau meratap seperti orang bodoh. Jika kau benar-benar memiliki harga diri, kau akan pergi dengan kepala tegak, bukan menunggu belas kasihan."

Karina terhenyak. Napasnya tercekat, tapi ia tidak berani membantah.

Aditya mengepalkan tangannya, suaranya bergetar. "Papa, ini bukan urusanmu. Aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri."

"Oh, benarkah?" Pak Surya tertawa dingin. "Kalau bisa, kau tidak akan berada dalam kekacauan seperti ini."

Aditya menahan amarahnya, tapi ia tidak bisa membalas.

Aurelia, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. Suaranya tenang, tapi penuh sindiran. "Jadi, inilah cara keluargamu menyelesaikan masalah? Mengendalikan semuanya, memastikan bahwa tidak ada yang bisa melawan?"

Pak Surya meliriknya sekilas, lalu tersenyum kecil. "Kau lebih pintar dari yang kuduga, Aurelia."

Aurelia menyipitkan mata dengan gumamannya. "Dan kau lebih manipulatif dari yang kukira."

Ketidaksukaan yang Meninggalkan Luka

Karina, yang sejak tadi terdiam, akhirnya berbicara. Suaranya penuh kebencian. "Aurelia, aku tidak mengerti kenapa kau masih di sini. Apa kau benar-benar menikmati ini? Melihat orang lain menderita?"

Aurelia menoleh padanya, bibirnya melengkung sinis. "Lucu. Kau berbicara tentang penderitaan seolah aku tidak pernah merasakannya."

Karina mengepalkan tangannya. "Aku tidak peduli dengan masa lalumu. Yang aku tahu, kau menikmati kehancuran ini!"

Aurelia menatapnya tajam. "Jika aku menikmati ini, aku tidak akan diam selama ini. Aku tidak akan membiarkan Aditya terus berpura-pura menjadi pria yang sempurna sementara dia mengkhianati semua orang yang mencintainya."

Karina terdiam.

Pak Surya menghela napas panjang. "Cukup. Aku tidak ingin mendengar perdebatan yang tidak berguna ini. Karina, jika kau punya harga diri, pergilah dan jangan kembali."

Karina menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Aditya, yang sejak tadi hanya menahan diri, akhirnya meledak. "Papa, kau tidak bisa mengatur hidupku sesuka hati!"

Pak Surya menatapnya dingin. "Aku sudah memberimu cukup kebebasan, dan lihat apa yang kau lakukan dengannya. Kau menghancurkan hidup orang lain tanpa berpikir panjang."

Aditya terdiam.

Viona menggigit bibirnya. "Pak Surya, saya hanya ingin anak saya memiliki kehidupan yang layak…"

"Dan dia akan mendapatkannya," jawab pria itu tanpa ragu. "Aku akan memastikan semua kebutuhanmu terpenuhi. Tapi jangan berharap lebih dari Aditya. Dia tidak akan bisa menjadi ayah yang baik."

Aditya tersentak. "Papa!"

Aurelia terkekeh kecil. "Setidaknya ada seseorang yang akhirnya mengerti itu."

Aditya menoleh padanya dengan tatapan penuh amarah. "Apa yang kau inginkan, Aurelia?"

Aurelia menatapnya dalam. "Aku ingin kau merasakan bagaimana rasanya dikhianati oleh seseorang yang seharusnya kau percayai."

Aditya terdiam.

Pak Surya berdiri, menunjukkan bahwa pertemuan ini sudah berakhir. "Semua sudah jelas. Aku tidak ingin melihat masalah ini berlarut-larut. Aku sudah mengurus semuanya, dan kalian tidak punya pilihan selain menerima."

Aurelia menghela napas panjang, lalu bangkit berdiri. "Bagus. Karena aku juga tidak ingin berada di sini lebih lama lagi."

Ia melangkah keluar dengan anggun, meninggalkan Aditya, Karina, dan Viona dalam keheningan yang menyakitkan.

Air Mata yang Tak Terduga

Saat Aurelia sampai di luar gedung, angin malam berembus lembut, membawa aroma hujan yang baru saja reda.

Tangannya mengepal.

Dadanya terasa sesak.

Ia ingin merasa puas.

Ia ingin merayakan kemenangan ini.

Tapi tanpa ia sadari, air mata jatuh dari matanya.

Sebuah luka lama yang ia pikir sudah sembuh kembali terbuka.

Dan kali ini, ia tidak tahu bagaimana cara menutupnya lagi.

Apa yang sebenarnya ia cari?

Dan kenapa rasa sakit ini belum juga hilang?

Luka yang Tak Tampak

Aurelia menghapus air matanya cepat-cepat, seolah menolak kenyataan bahwa ia baru saja menangis. Ia bukan perempuan lemah. Ia sudah melewati neraka dan kembali dengan kEpala tegak. Tapi mengapa hatinya masih terasa kosong?

Ia berjalan pelan menuju mobilnya, menyandarkan tubuh di pintu, mencoba mengatur napas.

Tadi, di dalam ruangan itu, ia menikmati melihat Karina yang hancur. Menikmati melihat Aditya yang semakin terpojok. Semua yang ia rencanakan selama ini mulai membuahkan hasil.

Lalu, kenapa ada sesuatu yang terasa salah?

Ponselnya bergetar di dalam tas, tapi ia tak segera mengangkatnya. Ia tahu siapa yang menelepon.

Pak Surya.

Pria tua itu memang licik. Ia tidak akan membiarkan masalah ini menggantung terlalu lama. Dan entah bagaimana, Aurelia tahu ia masih memiliki peran dalam rencana besar pria itu.

Ia akhirnya mengangkat telepon, menempelkannya ke telinga tanpa berkata apa-apa.

“Jangan terlalu lama berpikir,” suara Pak Surya terdengar tegas di seberang. “Aku masih butuh kau dalam permainan ini, Aurelia.”

Aurelia mengerutkan kening. “Aku bukan bidak catur, Pak Surya. Aku sudah melakukan bagianku.”

“Belum,” jawab pria itu tenang. “Aku tahu kau menginginkan keadilan, tapi kau juga menginginkan sesuatu yang lebih dari ini, bukan?”

Aurelia terdiam.

Pak Surya tertawa kecil. “Aku sudah lama hidup, Nak. Aku tahu perasaan orang bahkan sebelum mereka menyadarinya sendiri.”

Aurelia mengepalkan tangan. "Aku tidak menginginkan apa pun dari Aditya lagi."

"Oh?" nada suara Pak Surya penuh dengan skeptisisme. "Benarkah? Lalu mengapa kau masih berdiri di sana dengan mata berkaca-kaca?"

Aurelia terdiam, matanya menatap pantulan dirinya di jendela mobil. Ia memang menang. Ia berhasil menghempaskan Karina, menginjak harga diri Aditya, bahkan membuat Viona gemetar dalam ketidakpastian.

Tapi mengapa ia masih merasa... hampa?

Pak Surya melanjutkan, suaranya lebih lembut kali ini. "Kau sudah bertahan lima tahun, Aurelia. Aku penasaran, sampai kapan kau akan terus berperang dengan luka yang tidak bisa dilihat orang lain?"

Aurelia menarik napas dalam. “Aku bukan orang yang menyimpan luka. Aku membalasnya.”

Pak Surya terkekeh. “Benar. Tapi kau lupa satu hal. Pembalasan tidak selalu menyembuhkan.”

Kalimat itu menancap dalam di benaknya.

Setelah panggilan berakhir, Aurelia membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi.

Di luar, kota terus berdenyut dalam hiruk-pikuknya. Tapi di dalam mobil ini, ia sendiri.

Dan untuk pertama kalinya dalam lima tahun, ia mulai mempertanyakan satu hal—jika ini bukan kemenangan, lalu apa yang sebenarnya ia kejar?

Sebuah ketukan pelan terdengar di jendela mobilnya.

Aurelia menoleh, dan matanya membelalak.

Di luar sana, berdiri seseorang yang tidak ia duga akan muncul malam ini.

Seseorang dari masa lalunya.

Seseorang yang tahu persis betapa dalam luka yang selama ini ia tutupi.

Tiba-tiba, udara di sekitarnya terasa semakin dingin.

(BERSAMBUNG KE BAB SELANJUTNYA...)

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Thor... maaf sebelumnya, ada beberapa bagian yg suka bingung sy bacanya 😬🙏

kadang dituliskan "Aurelnya pergi meninggalkan ruangan tsb dengan Anggun"

Namun.. berlanjut, kalau Aurel masih ada kembali diruangan tsb 😁😁🙏

2025-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!