Hari ini Elgar memutuskan untuk pulang ke rumah, sebab setelah lulus kuliah dia langsung memilih untuk hidup mandiri dengan membeli sebuah rumah yang sebenarnya tak jauh dari kawasan rumah Hana—ketika masih menjadi istri Heri, lebih tepatnya dekat apotik yang menjadi pertemuan kedua mereka.
Pria itu membawa satu box kue kesukaan ibunya dan senantiasa menebar senyum. Persis seperti orang yang sedang kasmaran, sontak hal tersebut membuat sang ibu merasa heran.
"Kamu kenapa, El? Sedang bahagia ya, makanya senyum-senyum begitu?" tanya Mamah Mirna sambil mengernyitkan dahi. Saat ini wanita itu sudah menyiram bunga-bunga kesayangannya di halaman rumah.
Lagi, lengkungan di bibir Elgar justru semakin lebar.
"Kurang lebih seperti itu," jawabnya sambil mengusap tengkuk karena malu. Karena selama ini dia memang tidak pernah cerita soal wanita kepada ibunya.
"Kenapa tuh? Coba cerita dong sama Mamah," ujar wanita paruh baya itu jadi kepo, tetapi Elgar justru menggeleng, mulai tersadar bahwa wanita yang telah membuatnya bahagia itu sudah memiliki suami.
"Aku bawa kue kesukaan Mamah lagi, aku ke dalam dulu ya," pungkas Elgar langsung memutus pembahasan. Bahkan setelahnya dia langsung melenggang, membuat Mamah Mirna kembali mengernyit heran. Aneh sekali putranya, baru saja tersenyum, kini langsung berubah murung.
***
Hana dan Rindy baru saja menyelesaikan makan malam. Setelah mencuci piring, Hana kembali keluar seraya membawa sesuatu di tangannya.
"Rin, ini uang untuk bayar kontrakan. Maaf ya kalau tidak full," ujar Hana seraya menyerahkan beberapa lembar uang, setengah dari biaya kontrakan mereka selama sebulan. Uang yang Hana hasilkan dari menjual gelang pemberian Papah Aris, selebihnya dia belanjakan kebutuhan sehari-hari, supaya mereka lebih hemat.
Namun, dengan cepat Rindy menolaknya. Dia tahu bahwa Hana merasa tidak enakan karena merasa menumpang, tapi dia juga tahu bahwa saudarinya belum bekerja.
"Enggak, Han, kamu simpen dulu aja buat kebutuhan kamu. Aku udah sisihin kok buat bayar kontrakan bulan ini, kamu tenang aja ya," balas Rindy dengan sungguh-sungguh.
"Nggak apa-apa, Rin, aku juga masih ada tabungan kok. Lagi pula aku punya kabar baik," kata Hana yang belum memberitahu Rindy bahwa dia sudah diterima kerja, jadi dia akan segera mendapatkan gaji.
"Apa itu?"
Hana tersenyum lebar.
"Besok aku udah mulai kerja," jawab Hana yang membuat Rindy langsung terbelalak.
"Sumpah? Kamu udah diterima kerja, di mana?" tanya Rindy bertubi-tubi merasa senang karena akhirnya Hana memiliki sumber pencaharian.
"Di Meditra Group, aku jadi resepsionis di sana," jawabnya masih tersenyum. Rindy langsung memekik girang.
"Ya ampun selamat ya, Han. Ini pasti rejeki anak kamu."
Hana langsung mengangguk.
"Eh tapi pihak perusahaan nggak masalah kan memperkerjakan ibu hamil?" tanya Rindy, karena biasanya ada perusahaan yang menolak calon karyawan yang sedang berbadan dua.
Hana juga tidak tahu, karena dia memang tidak mengatakan hal demikian kepada Ibu Mia.
"Semoga aja sih enggak, Rin, lagi pula anakku ini pintar, kemarin dia tidak membuatku kesusahan, dan aku harap selanjutnya terus begitu," ujar Hana sambil mengelus perutnya. Rindy langsung mengangguk, dia tidak ingin Hana terbebani dengan pertanyaannya.
"Kalian pasti bisa, aku jamin semuanya lancar," katanya ikut mengusap perut ibu hamil itu.
***
Hari minggu.
Karena sudah memutuskan untuk kembali tinggal di rumah, akhirnya Mayang mengemas semua barang-barangnya yang ada di apartemen dan berhenti membayar uang sewa. Namun, satu yang ia minta sebelum benar-benar setuju dengan ide Mamah Saras, dia tidak ingin menempati kamar yang pernah ditempati Hana, dia ingin suasana baru.
Jadilah kamar tamu—kamar yang sempat ditempati Mayang—sedikit dirombak, dengan mengganti cat dan beberapa furniture lainnya. Mayang ingin bayang-bayang Hana segera menghilang dan suaminya bisa segera melupakan mantan istrinya itu.
"Bagaimana, Sayang?" tanya Mamah Saras setelah Mayang melihat kamar barunya. "Kamu suka?"
Mayang melihat sekeliling, dia menarik sudut bibirnya karena merasa cukup puas. Akhirnya dia mengangguk-angguk.
"Bagus, aku suka nuansanya. Cocok untuk eum—" Pembicaraan yang sedikit sensitif dan langsung mengundang tawa. Mamah Saras yang paham akan hal itu pun terkekeh-kekeh.
"Mamah yakin habis ini bayi kalian cepat jadi," kata Mamah Saras penuh percaya diri.
"Aamiin," balas Mayang masih tersenyum.
Pagi berikutnya, karena merasa sudah ada Mayang, Mamah Saras pun bangun lebih siang, karena pasti Mayang sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya. Namun, saat dia menghampiri meja makan, dia tidak melihat ada apapun di sana.
"Lho? Mayang nggak nyiapin sarapan buat suaminya?" gumam wanita paruh baya itu. Dia berpikir sang menantu sudah mengerti akan kewajibannya, karena sudah berubah status menjadi seorang istri.
Bertepatan dengan itu, Mayang dan Heri yang sudah siap untuk ke kantor pun menghampiri meja makan, disusul oleh Papah Aris. Mereka ikut heran karena meja masih bersih dan tak ada hidangan apa-apa selain air putih.
"Mamah nggak masak?" tanya Heri, karena hari-hari sebelumnya Mamah Saraslah yang menyiapkan itu semua.
"Iya, Mah, biasanya jam segini udah siap," timpal Papah Aris sambil mengucek matanya, lalu menarik kursi untuk diduduki.
Mamah Saras langsung ternganga.
"Heri, harusnya kamu tanya Mayang dong, dia kan istri kamu, harusnya Mayang yang siapkan," ujarnya yang membuat Mayang mengernyit dan saling pandang dengan suaminya.
"Mah, aku kan kerja juga kaya Kak Heri. Masa aku harus capek nyiapin sarapan, kalau aku telat gimana?" balas wanita itu sedikit menggebu, karena seolah-olah kesalahan hari ini dilimpahkan kepadanya. "Lagian Mamah kan juga tahu aku nggak bisa masak!" lanjutnya menegaskan.
Mamah Saras menelan ludahnya, teringat bahwa dia memang tidak pernah membiarkan putri angkat sekaligus menantunya itu untuk berada di dapur. Jadi, apa yang dia harapkan sekarang.
"Sayang, tapi kamu kan sudah jadi istri, harusnya kamu belajar," kata Mamah Saras berusaha berlemah lembut. Akan tetapi hal itu malah membuat Mayang semakin merasa kesal, dia segera menggandeng tangan suaminya dan menyeret pria itu keluar.
"Udah deh aku sarapan di luar aja sama Kak Heri!" serunya disela-sela langkah, membuat Mamah Saras kian menganga. Yang seperti itukah yang diharapkan wanita paruh baya itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Niͷg_Nσͷg
Wkwkwkw maaf maaf sebelumnya? tapi aku suka banget part ini? Dan sakeng senengnya mau teriakk SOKORRRRRINNN mang enak di bantah sama menantu sekaligus merangkap anak angkat kesayangan, lagian mana bisa mayang masak, ngepell, nyuci..dia mah cuma bisa merayuu suami orang 😏 lihat saja nyonyah? sebentar lagi suami anda yang kena rayu mayang 🤭 malah jangan2 nanti mayang hamilll anaknya papah heri wkwkwkwk 🫢
jadi penasaran..apa mungkin saat masih sekolah dulu, Elgar termasuk cowok introvert yaa? makanya dia tak punya nyali buat dekati hana. 🤔 biasanya kalau cowok yang punya kepercayaan tinggi, meski tahu hana sudah ada pasangan, kan tetap pede buat dekati 🤭
2025-03-26
11
Uba Muhammad Al-varo
baru juga hitungan hari NYONYA itu mulut langsung mengganggap,ayo serangga masuk itu NYONYA dah buka mulut, apa lagi hari berikutnya NYONYA langsung kena struk,jadi nggak sabar menunggu up-nya kembali 🙏💪💪💪/Hey/
2025-03-26
0
Dien Elvina
ha ha ha sokorin kamu mama Seres itukah menantu yg kau harapkan ..gak bisa apa² skrng kamu lah jadi babu untuk menantu kesayangan mu 🤣
2025-03-26
0