Hana menyambut senin paginya dengan senyum cerah, meski hari-harinya masih diisi oleh mual dan muntah. Karena masih belum mendapat seragam, dia masih mengenakan baju putih dengan rok span hitam, rambutnya dicepol rapih lengkap dengan make up tipis.
Sesampainya di Meditra Group, Hana langsung pergi ke loker untuk menyimpan barang-barangnya, Di sana ia bertemu dengan rekan kerjanya—Vanya—wanita yang dia temui saat wawancara kerja. Saat menerima tamu wanita itu terlihat sangat ramah, tapi aslinya berbeda seratus delapan puluh derajat, itulah yang disebut tuntutan kerja.
"Dari kemarin ku perhatikan kamu bolak-balik ke toilet terus, ngapain sih? Dandan? Atau emang nggak niat kerja?" cetus Vanya saat membenahi penampilannya. Dia ingin menegur Hana waktu itu, tapi urung karena mentolerir Hana yang masih baru. Namun, lama-lama dia kesal juga, karena setiap hari ada saja waktu untuk ke toilet.
Mendengar pertanyaan yang ditunjukkan kepadanya, Hana tak langsung pergi ke depan. Sebenarnya dia juga merasa tak enakan, tapi mau bagaimana lagi? Dari pada dia muntah di meja resepsionis, lebih baik dia izin pada seniornya. Ya, meskipun Vanya terlihat lebih muda, tapi Hana tak bisa memungkiri bahwa wanita itu lebih dulu ada di Meditra Group.
"Maaf ya, Van, kadang aku kepengen pipis terus karena grogi, aku nggak biasa ngadepin orang banyak," jawab Hana mencari alasan untuk menutupi kehamilannya. Karena setelah dia baca-baca beberapa artikel, fase ini akan terlewat setelah trimester pertama.
"Introvert ya?" tebak Vanya sambil melirik sinis.
Hana hanya bisa mengangguk.
"Orang introvert kok berani-beraninya ngambil kerjaan jadi resepsionis. Harusnya sih dipikir-pikir lagi," gerutu Vanya yang masih bisa terdengar jelas oleh Hana. Namun, wanita itu mencoba untuk tutup telinga, dan memilih untuk menghindar.
"Aku ke depan duluan ya, Van," pamit Hana, sementara Vanya masih asyik berdandan untuk menyokong penampilannya.
...
Dari hari ke hari Hana benar-benar mampu untuk mengontrol rasa mualnya di hadapan semua orang. Mungkin karena si jabang bayi yang mengerti bahwa ibunya sedang bekerja. Ketika rasa itu bergejolak Hana langsung izin ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya di sana.
Namun, hari itu Elgar yang juga sedang berada di toilet, tak sengaja melihat Hana masuk dengan wajah pucat dan langkah yang terburu-buru.
"Ada apa dengan, Hana?" gumam Elgar. "Apa dia sakit?" Tebaknya, kemudian memilih untuk bersembunyi, padahal dia sudah selesai dengan hajatnya.
Saat Hana keluar, Elgar yang mengintip juga melakukan hal yang sama dan membuat tabrakan yang disengaja.
Bruk!
Hana yang sedikit lemas terdorong mundur dan langsung mengangkat wajahnya. Sementara Elgar mengeluarkan kata maaf, dan membuat Hana merasa de javu.
"Anda—Anda yang waktu itu di toko kue 'kan?" tanya Hana samar mengingat wajah Elgar yang lagi-lagi menabraknya.
Mendengar itu, hati Elgar seperti disiram air. Dia senang karena Hana mengingatnya, meski sedikit. Elgar mengangguk.
"Benar, maafkan aku untuk yang kedua kalinya ya," ujar Elgar sambil diam-diam memperhatikan wajah Hana yang masih pucat. Andai wanita itu tidak memakai lipstik, mungkin akan semakin kentara.
"Ah iya, ngomong-ngomong Anda kerja di sini juga?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Hana, karena yang tadinya tak sengaja bertemu, kini mereka malah satu perusahaan.
Lagi-lagi Elgar mengangguk, jarang berinteraksi dengan wanita selain tentang kerjaan, apalagi dengan cinta pertamanya, membuat dia jadi salah tingkah.
"Benar, kemarin aku juga sempat melihatmu di bagian resepsionis, ku pikir aku salah lihat, ternyata benar. Kamu baru ya?" balas Elgar berusaha keras mencari obrolan. Meski klasik, tapi sepertinya ada sedikit kemajuan.
"Iya, saya baru saja bergabung dengan perusahaan ini. Kalau begitu—saya duluan ya," pungkas Hana mengingat pekerjaan yang sudah ditinggalkan cukup lama. Andai dia tetap berada di sana, bukan hanya Vanya yang akan marah-marah tapi dia pasti mendapat teguran juga dari Ibu Mia.
Hana hendak melangkahkan kakinya, tapi dia kembali dicekal oleh kalimat yang dilontarkan Elgar.
"Sebelumnya perkenalkan—aku Elgar dari divisi pemasaran."
Hana sedikit mengernyit, karena tiba-tiba pria yang ada di hadapannya menyebutkan nama.
"Anda pasti sudah tahu nama saya," balas Hana mengingat Elgar pernah menyebutkan namanya, meski salah orang tapi tetap saja namanya sama-sama Hana.
Setelah itu Hana langsung melenggang pergi, sementara Elgar merasakan bibirnya yang berkedut.
"Karena kita sudah jadi partner kerja, tidak salahkan kalau kita berteman?" gumamnya, kemudian turut meninggalkan tempat tersebut.
...
Saat jam makan siang seluruh karyawan silih berganti masuk ke kantin, karena perusahaan menyediakan makanan untuk para karyawannya. Saat itu karena sedang ramai Hana bingung mencari tempat duduk, hingga dia melihat sebuah lambaian tangan dari seseorang. Yakni Elgar yang sedari tadi menyisihkan kursi untuk Hana.
Karena tak memiliki pilihan lain, Hana pun melangkah ke arah pria itu dan duduk di sampingnya.
"Lain kali datanglah lebih awal," kata Elgar karena sudah memperhatikan Hana beberapa kali selalu datang di saat sedang ramai-ramainya.
"Tidak bisa, saya bergantian dengan Vanya, dia selalu minta duluan," jawab Hana karena mengalah.
"Kalau begitu mulai besok aku akan menyisakan tempat duduk untukmu. Cari aku di sini," pungkas Elgar agar Hana tidak perlu mencari-cari tempat kosong. Hana merasa heran kenapa Elgar baik sekali padanya, tapi rasa lapar membuat lamunannya buyar akan hal itu.
"Makanlah, sebentar lagi jam istirahat akan habis," kata Elgar dan Hana hanya bisa mengangguk patuh. Sementara orang yang ada di sekitarnya tampak tidak peduli, mereka hanya sibuk dengan makanan masing-masing.
...
Siang ini Mayang ditraktir makan oleh atasannya—orang yang sudah membantunya untuk naik jabatan. Dia berpikir bahwa pria itu telah melupakan ucapan yang pernah dia lontarkan, tetapi ternyata hari ini dia menagihnya pada Mayang.
"Aku sudah membantumu untuk menjadi kepala divisi pemasaran. Sekarang mana janji yang pernah kamu ucapkan, aku berhak mendapatkannya 'kan?" ujar pria berkepala botak itu, dia menaikkan alisnya menunggu jawaban Mayang.
Wanita itu merasa bingung, sebab kini dia sudah menikah. Andai dia melakukannya, maka dia bisa dianggap telah berselingkuh. Namun, jujur saja permainan Heri memang sangat tidak memuaskan, jiwa liarnya seperti ingin berkelana untuk merasakan yang lain.
"Saya harus atur waktu dulu, Pak," ujar Mayang yang membuat pria itu mengulas senyum dan menjawil dagu wanita itu.
"Aku tunggu!" katanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Niͷg_Nσͷg
Hemmm benar² Ularr kaduttt, segala cara kamu halallkan demi bisa mendapatkan kemewahan, dihh ini kah yang katanya wnaita berkelass, pintarr dan multitalentaa...ehhh ada benarnya juga sihh , si mayang multitalentaa tapi multitalentaa dalam menaklukkan laki2 hidung bengkonggg 😏
Wahh...El? sudah mulai berani pdkt yaa? 🤭 pelan2 saja El? jangan buru2 ...yang ada nanti kamu di kira SKSD. apalagi kamu belum tahu? kalau saat ini hana dalam masa tidak baik2 saja, lebih jelasnya hana trauma masalah Cinta..jadi fokus hana saat ini , cuma ingin bekerja dan melindungi anaknya. jadi kalau kamu punya rasa sama hana...pelan2 saja yaa El? 🤭
2025-03-26
6
Ma Em
Heri apakah seperti itu istri pilihan ibumu Mayang yg dipilih untuk menjadi istri Heri itu ternyata hanya seorang jalang yg sering menjajakan tubuhnya pada semua pria dasar wanita murahan , Heri dan ibunya pasti menyesal karena sdh salah memilih istri , istri yg baik malah disia siakan.
2025-03-26
1
Rina
Rasain kamu Her , wanita seperri itu yang kamu pilih , lihat mama Saras menantu pilihanmu mau aja di ajak main sama laki” lain , semoga Hana jadian sama Elgar ta walaupun Elgar tau Hana seorang janda dan sedang hamil 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2025-03-26
1