Bab 6. Firasat

"Apa katamu? Pisah rumah dengan Mamah? Kamu ingin menelantarkan orang tuaku, Han?" seru Heri dengan volume suara yang meninggi.

Dari nada bicaranya saja, Hana sudah tahu kalau Heri tidak akan setuju dengan idenya. Akan tetapi dia akan tetap berusaha memperjuangkannya, demi hatinya, demi keutuhan rumah tangganya.

"Kan ada Mayang, Her. Mamah bisa tinggal dengannya, bukankah Mayang hanya sendirian di apartemen?" ujar Hana memberi saran. Supaya mereka bisa hidup mandiri tanpa bayang-bayang siapapun.

"Kamu keberatan Mamah di sini? Kenapa? Mamah adalah orang tuaku, Hana. Aku hanya ingin berbakti padanya di sisa umurnya. Apa aku salah? Aku tidak akan setuju dengan idemu! Lagian kita harus tahu diri, di sini kita yang menumpang!" jawab Heri, karena mau seperti apapun, Mamah Saras tetaplah menjadi nomor satu.

Dia tidak akan mendahulukan kepentingan siapapun kecuali ibunya. Karena itu semua wujud baktinya terhadap seseorang yang telah melahirkan dan membesarkannya.

Mendengar itu dada Hana terasa sesak. Lantas sekarang dia lagi yang harus mengalah?

"Kalau begitu kamu bisa kan bicara dengan Mamah agar bersikap lebih lembut padaku? Aku ini menantunya, Her. Aku bukan orang lain di antara kalian, bahkan kita sudah cukup lama tinggal satu atap!" tegas Hana ingin sebuah keadilan.

"Astaga, Hana! Mamah seperti itu karena kamu salah. Kalau kamu tidak melakukan kesalahan, Mamah tidak akan mungkin memarahimu. Pokoknya apa yang Mamah lakukan itu semuanya berdasar!" bentak Heri semakin tak mengendalikan diri, karena Hana selalu menyudutkan ibunya.

"Lalu apakah diamku juga sebuah kesalahan? Aku tidak pernah melawan, Her. Aku selalu menuruti semua yang Mamah katakan, tapi apa? Tidak ada bedanya!" Hana sampai bangkit dengan emosi yang menggebu.

Namun, bukannya sadar akan kelakuan sang ibu yang sudah keterlaluan. Heri malah menyambar baju dan memakainya dengan cepat.

"Malam ini aku tidur di kamar lain. Aku lelah dan aku malas berdebat denganmu. Aku akan memberimu waktu sendiri, semoga kamu bisa berpikir lebih jernih setelah ini!" cetus Heri, dia melewati Hana begitu saja. Bahkan menutup pintu dengan cukup keras.

Tepat pada saat itu, hati Hana kembali remuk. Sepertinya bicara atau tidak memang tidak akan pernah ada gunanya. Wanita itu menyugar rambutnya dan menggigit bibir untuk meredakan emosi.

"Apakah di sini aku hanya dianggap sebagai robot? Hanya menjadi pesuruh dan tidak memiliki perasaan?" gumam Hana bertanya pada dirinya sendiri.

Dia ingin menyerah, tetapi kakinya seolah terikat di tempat ini. Bagaimana caranya dia pergi?

***

Setiap pulang kerja, Hana semakin mendapati perubahan sikap suaminya. Akan tetapi Hana tidak berani bertanya, karena sekali dia mengeluarkan suara, hanya jawaban ketus yang dia terima.

Hingga saat akhir pekan tiba, pagi-pagi sekali Heri sudah berdandan rapih, dia juga membawa koper kecil yang sebelumnya sudah disiapkan ketika Hana masih terlelap.

Melihat itu tentu Hana bertanya-tanya. Dia terus mengerutkan dahi dan menebak-nebak, apa yang akan dilakukan suaminya.

"Her, kamu mau pergi ke mana? Kenapa bawa koper segala?" tanyanya saat pria itu sedang menyemprotkan minyak wangi di beberapa anggota tubuhnya.

Tubuh tegap itu benar-benar terlihat sempurna, jika Heri sedang berjalan sendiri, mungkin pria itu dianggap belum memiliki seorang istri.

"Aku ada kerjaan ke luar kota. Bos menyuruhku secara mendadak, jadi aku menyiapkan semuanya sebelum kamu bangun," jawab Heri, dia memasang dasi tanpa bantuan Hana. Padahal biasanya wanita itu yang melakukannya.

"Kerjaan? Tidak biasanya kamu yang pergi, Her. Lalu berapa hari kamu di sana?" tanya Hana mulai merasakan firasat yang tak enak.

"Bos sedang sibuk sekali akhir-akhir ini. Lagi pula hanya dua hari saja, malamnya aku langsung pulang. Jadi jangan khawatirkan apapun," balas Heri dengan nada lembut, setelah selesai dia mengecup puncak kepala Hana sekilas dan keluar untuk sarapan.

Namun, entah kenapa hati Hana malah mencelos, karena dia merasakan sesuatu yang lain. Dia seperti tak rela Heri meninggalkannya begitu saja.

Setelah beberapa detik mematung, akhirnya Hana menyusul suaminya untuk pergi ke dapur. Karena dia belum sempat memasak, dia pun hanya membuat roti panggang dan segelas kopi.

Anehnya, meskipun begitu Mamah Saras tidak marah. Dia malah meminta Hana untuk dibuatkan teh hangat.

"Ini teh yang Mamah minta," ucap Hana sambil meletakkan gelas.

Tanpa berterima kasih, Mamah Saras langsung menyambarnya dan meminum sedikit-sedikit. Dia sama sekali tak memedulikan kehadiran Hana di tengah-tengah dia dan Heri.

"Her, kok kamu terlihat rapih sekali sih? Bukannya kamu libur hari ini?" tanya Mamah Saras basa-basi.

"Oh, kebetulan aku mau pergi, Mah. Ada urusan mendadak di perusahaan, jadi aku harus pergi ke luar kota sekitar dua hari," jawab Heri dengan bersemangat. Wajahnya senantiasa berseri, entah kapan terakhir kali Heri menunjukkan wajah seperti itu ketika bersama Hana. Rasanya sudah sangat lama.

"Oh yah? Kalau begitu Mamah boleh ikut tidak? Mamah mau pergi ke rumah Tante Lisa, dia ada acara minggu ini, sekalian pulangnya jemput Papah di pelabuhan," kata Mamah Saras. Karena dia mendapat kabar bahwa suaminya akan pulang.

"Tante Lisa? Yang anaknya ikut berlayar sama Papah?" tanya Heri dan Mamah Saras langsung mengangguk. "Boleh."

"Nanti kamu santai saja di rumah, tidak perlu ikut Mamah keluar. Mamah tidak mau malu di depan Tante Lisa karena membawa kamu!" cetus Mamah Saras menyindir Hana.

"Iya, Mah. Lagi pula aku juga ingin istirahat," jawab Hana, pokoknya dia akan mengiyakan semua ucapan ibu mertuanya itu.

"Baguslah. Tapi ingat, saat Mamah pulang, rumah harus sudah bersih. Jangan badanmu saja yang dimandikan, tapi rumah ini juga harus kinclong! Papah mau pulang."

"Aku mengerti!"

Mamah Saras menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk senyum sinis. Sementara Hana benar-benar tidak tahu, kalau sebenarnya antara ibu dan anak itu sudah ada sebuah kesepakatan.

Selesai sarapan Heri dan Mamah Saras langsung pamit pergi, Hana menyalimi tangan Heri dan seperti biasa pria itu akan membalasnya dengan kecupan yang sangat banyak.

"Halah, sudahlah, hanya dua hari saja seperti mau pisah bertahun-tahun!" tukas Mamah Saras yang membuat Heri langsung menjauh dari Hana.

Dia masuk ke dalam mobil, sementara Hana hanya mampu memerhatikan dengan sebuah lambaian tangan.

Dia tidak tahu, kalau ternyata tepat hari itu, suaminya hendak menikahi wanita lain, yakni adik iparnya sendiri.

Sementara Mamah Saras menjadi saksi pernikahan antara Heri dan Mayang. Keduanya benar-benar bersekutu untuk membohongi Hana.

Deg!

"Astaga, kenapa dadaku tiba-tiba terasa nyeri?" gumam Hana sambil memegangi dadanya, sementara pikiran wanita mulai melalang buana.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

Hufttt rasa hati ingin mengumpatt, tapi apalah daya mulut tak mampu berucap 😔 yakin ikutan sakit hati han? di bohongi, di khianati sama orang yang selama ini di cintai, di anggap rumah dan tempat berbagi rasa tuh sakitnya tak bisa di ucapkan lewat kata.

Ayolahh han..bangkit deh? aku juga gemess sama kamu, jadi wanita jangan terlalu lemah lahh, kalau kamu lemah dan nurut kayak gini? akhirnya kamu sendiri yang rugi? harga dirimu di injak2 dan kamu di pandang sebelah mata. kamu tuh punya daya han? jadi jangan merasa tak berdaya gitu...Kalau kamu tetap jadi wanita poloss, tak mencintai dirimu sendiri dan tak menghargai dirimu sendiri, sampai nantipun kamu akan di hina2...makanya kerja, dandan yang cantik, naikkan value diri, jangan cuma di rumah pakai dasterr saja. malah di anggap pembantu diri eloo..ishhh gemess sama wanita lemah kayak kamu han 😏😤🤭

Semoga suaminya mamah saras...selengkii 😏 beliau kan kerjaannya berlayarr 🤭 meski tidak semua laki2 pelayaran begitu yaa? tapi kebanyakan begitu 😔✌️

2025-03-18

7

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

hallo Damkarr ..Mohon cepat datang, ada orang butuh bantuan nih? tolong Robohin tuh acara pernikahan laki2 yang mau menikah lagi, padahal sudah beristri 😏😤
wkwkwkw mau aku kirimm Santettt online buat mamah saras dan herii...Aku doain pas malper tuh Tiang listrikk belum sampai nyetrumm sudah robohh ...Aamiinn yang kencengg 🤭

2025-03-18

3

Nur Aisy

Nur Aisy

kok aku pengen gellut ya sama Saras itu ,,,😡😡😡😡 ,,dasar laki laki sialan ,,,, sok ganteng loo ,,sumpah pengen tak tampol wajahnya pkek parutan kelapa ,,, sakit nya Sampek sini loh Hana🥺🥺🥺 sabar ya cantik ,pasti kmu akan dapat yg lbih baik dari suami sialanmu itu

2025-03-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!