Sebelum pulang ke rumah Heri benar-benar menjemput Mayang di tempat kerjanya. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pangan.
Begitu sampai ternyata Mayang sudah menunggunya di lobi utama. Hingga dengan cepat gadis cantik itu masuk ke dalam mobil Heri.
"Terima kasih sudah menjemputku, Kak. Oh iya kita langsung ke restaurannya saja ya. Aku sudah reservasi untuk dua orang," ucap Mayang sambil tersenyum manis.
Dia nampak tidak segan pada Heri, karena sebenarnya dia juga menyukai kakak angkatnya itu. Sayang, Heri malah menikahi wanita seperti Hana, wanita menyusahkan!
Jadi pada saat Mamah Saras menawarinya untuk menjadi istri kedua Heri, Mayang langsung menyetujuinya. Sebab yang pasti dia akan lebih disayang dan diutamakan.
"Baiklah. Oh iya, kamu bete menungguku ya?" balas Heri sambil memperhatikan Mayang yang sedang memakai seat belt, tak dipungkiri Mayang juga cantik. Namun, karena Mayang tumbuh bersamanya, dia selalu menganggap gadis itu sebagai adik kecilnya.
"Tidak, aku kan tahu kalau jalanan pasti macet."
Heri mengangguk-angguk. Jam pulang kerja adalah waktu paling produktif bagi kendaraan, jadi paling tidak para pengendara harus menyiapkan kesabaran.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku juga sudah lapar."
Akhirnya Heri kembali membawa kendaraan roda empat miliknya untuk membelah jalan raya. Mereka berdua menikmati perjalanan ditemani senja di ibu kota layaknya sepasang kekasih.
Bahkan Heri melupakan Hana yang terus menunggu kabarnya di rumah.
Di saat hati sang istri dilanda kecemasan. Kini Heri justru terus tertawa dan menikmati makan malam dengan Mayang. Dia pikir sang ibu benar-benar mengatakan bahwa dia lembur di kerjaan. Nyatanya Mamah Saras ingin mengadu domba, supaya Heri dan Hana bertengkar karena salah paham.
"Heri kemana sih? Kenapa sampai jam segini dia belum pulang? Dia juga tidak mengirim pesan apapun padaku. Membuatku khawatir saja," gumam Hana sambil menggenggam ponselnya.
Sedari tadi dia sudah berusaha untuk menghubungi sang suami, tetapi tak sedikitpun balasan. Karena Heri mensilent ponselnya.
Akhirnya Hana keluar dari kamar, dia mondar-mandir di depan pintu utama menunggu kepulangan suaminya.
Dia terus melirik jam dinding, dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Kecemasan melanda karena tak ada kabar apapun, bahkan saat menelpon nomor kantor dijelaskan bahwa Heri sudah pulang.
"Kamu ini sedang apa sih? Kurang kerjaan yah?" sentak Mamah Saras tiba-tiba mengejutkan Hana.
"Aku menunggu Heri, Mah, dia belum pulang juga," jawab wanita itu, terus memandangi jendela yang sengaja dia geser gordennya. Agar saat Heri datang, dia bisa melihatnya.
"Halah, Heri kan sudah besar. Paling juga dia lembur. Untuk apa kamu berlebihan seperti itu?" cetus Mamah Saras, seolah dia tidak pernah berada di posisi Hana, yakni seorang istri yang mencemaskan suaminya.
"Dia tidak menghubungiku. Tentu saja aku merasa khawatir," lirih Hana lalu berjalan ke arah jendela, dia mengintip lagi.
"Sudah, jangan terlalu mengekang suamimu. Sebentar lagi juga dia pulang!"
Benar saja, di luar sana terdengar suara deru mobil, hati gundah Hana langsung luruh, hingga dengan segera dia membuka pintu, dan menghampiri Heri yang terlihat sumringah.
"Her, kamu habis ke mana? Kenapa tidak menghubungiku?" tanya Hana dengan sisa kecemasan. Dia menelisik anggota tubuh suaminya, dan dia melihat bahwa Heri baik-baik saja.
"Aku lembur, Han. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan hari ini," jawab Heri bohong sesuai dengan instruksi ibunya. Hana ingin percaya, tetapi melihat wajah Heri yang berseri, rasanya membuat dia jadi memikirkan hal lain.
"Tapi kenapa kamu tidak menghubungiku? Dari tadi aku menunggumu dengan cemas," ulang Hana, karena Heri belum menjawabnya.
"Aku lupa menaruh ponselku di mana, Hana. Aku lelah, jadi jangan mencecarku dengan banyak pertanyaan apalagi marah-marah," balas Heri menghindar.
Lantas Heri melewati Hana yang berdiri di depannya. Dia bukan malas untuk ditanya-tanya, dia hanya takut salah bicara dan membuat wanita itu jadi curiga. Sementara Hana hanya bisa mematung di tempat. Dia bingung kenapa Heri malah berkata demikian, sama sekali tak menenangkan.
Sementara di sisi lain Mamah Saras menarik sudut bibirnya melihat pemandangan itu.
****
Setelah malam itu sikap Heri bertambah semakin berubah. Begitu juga cacian dan hinaan dari ibu mertuanya, tidak ada hentinya berdengung di telinga Hana.
Hingga akhirnya wanita itu kembali berpikir untuk pisah rumah. Dia berniat untuk membicarakan itu semua dengan Heri setelah sang suami pulang bekerja.
Tepat saat Heri selesai mandi, Hana langsung mendekati pria itu. Dia duduk di sisi ranjang dan menatap Heri yang menunjukkan wajah yang selalu sumringah, entah karena apa.
"Her, aku ingin bicara empat mata," ujar Hana membuka obrolan. Senyum Heri langsung menghilang seketika, dia menoleh dan menatap Hana dengan alis yang bertaut.
"Ada apa? Kamu tidak tahu yah kalau aku ini seharian pusing mencari uang. Apa kamu tidak berpikir memberiku waktu istirahat?" balas Heri dengan nada dingin.
"Aku hanya ingin bicara, dan kamu hanya perlu mendengarkan, Her. Semua itu tidak mengeluarkan tenaga."
Hana tak habis pikir, dari hari ke hari Heri malah bertambah semakin aneh.
"Ya sudah bicaralah!" ketus Heri sambil mengibaskan rambutnya menggunakan handuk kecil. Dia berlaku acuh tak acuh.
"Aku ingin kita pisah rumah dengan Mamah," kata Hana memberanikan diri. Dan hal tersebut tentu membuat Heri langsung menghentikan gerakan tangannya, dia memicing tajam ke arah istrinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Niͷg_Nσͷg
Sepertinya heri akan menolak ajakan hana buat pindah rumah, karena saat ini yang ada di otak heri bukan tentang hana saja . tapi sudah terisi dengan si uler keket...hana...hana...daripada kamu mengajak heri pindah rumah, lebih baik kamu mengajukan permintaan buat kerja lagi saja? kamu akan di hargai dan di hormati, kalau punya penghasilan sendiri han? lagian daripada kamu diam di rumah, dengerin radio rusak lebih baik cari kesibukan. dengan begitu kamu bisa mendapatkan suasana baru, tidak melulu tentang Alat dapur dan alat pel.
Suami macam heri tidak bisa di pertahankan 😏 anak emak...suami macam apa dia? bukannya menjaga perasaan istrinya, malah menyakiti hati istrinya. kalau tak mampu memberikan kebahagiaan, minimal jangan kasih racunn 😤
2025-03-18
6
Uba Muhammad Al-varo
Heri.....kamu sekarang boleh senang karena Mayang disisi,tapi lihatlah beberapa waktu kedepannya kamu akan mendapatkan penderitaan karena kamu telah menyakiti Hana,jadi nggak sabar menunggu penderitaan Heri dan si nyonya Saras yang bermulut pedas menyesal dan menderita.
2025-03-18
0
Dien Elvina
si Heri udah di butakan Mayang ..gak ada lagi yg namanya cinta buat Hana ..semakin hari perilaku nya semakin menyebalkan ..
kasian Hana di perlakukan buruk oleh dua manusia yg gak tau diri 😫
2025-03-18
1