Bab 7. Rahasia

Di Grand Resort.

Pernikahan antara Heri dan Mayang sudah diketahui oleh beberapa anggota keluarga. Akan tetapi tidak ada satupun di antara mereka yang berniat untuk memberitahu hal tersebut kepada Hana.

Mereka benar-benar sekongkol untuk menjadikan pernikahan itu sebuah rahasia. Membuat Hana terlihat seperti orang bodoh, karena dia tak tahu apa-apa.

Setelah sah menjadi sepasang suami istri, Heri dan Mayang mengajak semua orang yang menjadi saksi pernikahan untuk menikmati hidangan. Karena acara selanjutnya yaitu makan siang bersama.

Tawa terus membahana di ruangan itu, lain halnya dengan Hana yang senantiasa diliputi perasaan aneh. Ada yang bercokol di dadanya, tapi dia tak mendapat jawaban.

"Sayang, selamat ya untuk kalian berdua, semoga pernikahan kalian ini bisa menghasilkan seorang anak," ucap Mamah Saras dengan senyumnya yang mengembang. Senang sekali saat putranya bersanding dengan Mayang, gadis cantik dan pintar.

"Iya, Mah. Terima kasih," jawab Heri sambil tersenyum lebar, lalu menyuapi Mayang dengan satu buah strawberry. Cinta dan kesetiaannya seolah terkikis lebih cepat, padahal Hana sudah menemaninya sejak pria itu masih duduk di bangku sekolah. Ternyata benar, kejayaan juga menjadi salah satu masalah.

Wanita cantik yang memakai gaun putih itu ikut tersenyum manis, menampakkan wajah yang begitu sumringah. Karena akhirnya dia bisa menaklukkan Heri yang sudah lama dia dambakan.

'Setelah ini aku pastikan, hanya aku yang akan menjadi istri satu-satunya Kak Heri.'

"Aku akan memberikan Mamah beberapa cucu yang lucu," timpal Mayang dengan penuh percaya diri, yakin bahwa dia bisa hamil dengan cepat.

Mamah Saras semakin membusungkan dadanya. Kini dia juga bisa membanggakan menantunya. Bukan lagi Hana si miskin dan penuh perhitungan itu.

"Oh iya, Tante ada hadiah untuk kalian," seru Tante Lisa tiba-tiba, dia mengambil sesuatu dari balik tasnya lalu menyerahkannya pada Heri.

"Tiket?" ujar Heri.

"Iya, Her. Ajaklah Mayang untuk bulan madu, supaya kalian fokus membuat baby," kata Tante Lisa sambil terkekeh, dan perkataan itu pun mengundang tawa semua orang.

"Terima kasih, Tante. Kami pasti akan meluangkan waktu untuk yang satu ini," jawab Mayang dengan malu-malu.

Tak hanya itu hadiah yang mereka terima, karena yang lain pun ikut menyusul setelah menyelesaikan acara makan-makan itu.

Hingga sekitar jam 2 siang, hampir seluruh keluarga pamit untuk pulang. Begitu juga dengan Mamah Saras, dia ingin segera meninggalkan sepasang pengantin baru itu, agar mereka bisa beristirahat atau pun melakukan hal lain. Di samping itu dia juga sudah berjanji untuk menjemput Papah Aris, suaminya.

"Sayang, Mamah pulang dulu ya. Fokuslah pada istrimu dan jangan pikirkan hal lain. Kamu kan sudah mengambil cuti," kata Mamah Saras sebelum pergi.

"Iya, Mah. Aku minta tolong yah jangan sampai Hana curiga padaku," jawab Heri. Tanpa dipinta pun Mamah Saras pasti melakukannya. "Oh iya satu lagi, titip salam untuk Papah."

"Kamu tenang saja, istrimu itu hanya wanita bodoh, jadi dia tidak akan mungkin berpikir sampai ke sana," ujar Mamah Saras, selalu saja menjelek-jelekkan menantunya itu.

"Mamah ...." Heri mencoba memperingati, karena meskipun begitu, Hana masih menjadi wanita yang dia cinta hingga dia tak rela melepaskan wanita itu.

Sementara Mamah Saras, beranggapan bahwa Hana bisa dijadikan sebagai pembantu. Hitung-hitung menghemat pengeluaran.

"Iya-iya, ya sudah Mamah jalan ke depan, taksi sudah menunggu. Nikmati waktu kalian berdua dengan sebaik mungkin."

Mamah Saras mengusap lengan Heri dengan lembut, lalu detik berikutnya dia mulai berjalan meninggalkan putranya.

Setelah itu Heri pun masuk ke dalam untuk menemui Mayang yang kini sudah sah menjadi istri keduanya. Dia hanya memiliki waktu dua hari untuk dihabiskan bersama Mayang, jadi dia lepas semua pikiran tentang Hana agar tidak mengganggu.

"Kak," panggil Mayang pada Heri yang berdiri di depan pintu.

Tepat pada saat itu Heri langsung disuguhi tubuh Mayang yang begitu semampai. Dalam hitungan detik, hasraat Heri terpancing saat Mayang tiba-tiba bertelanjaang bulat di depannya.

Apalagi sebelum menikah, mereka memang sudah sempat melakukannya.

Sungguh Heri menjadi gelap mata, hingga dengan cepat dia melangkah dan meraih tubuh Mayang.

"Kamu benar-benar menggoda, Sayang," ucap Heri saat menggendong tubuh Mayang untuk naik ke atas ranjang, sementara Mayang hanya bisa terkekeh dan mengusap pipi Heri dengan lembut.

"Aku milikmu saat ini, Kak. Aku akan melakukan apapun untuk menyenangkanmu."

Tanpa segan lagi Heri melempar tubuh Mayang lalu melepaskan semua pakaiannya. Mereka akan memulai penyatuan, sementara di sisi lain Hana baru saja menyenggol vas bunga yang dilewatinya.

Brak!

"Astaga, kenapa hari ini aku tidak fokus sekali sih? Sebenarnya ada apa?" gumam wanita itu, lagi-lagi dikejutkan dengan kecerobohannya.

*

*

*

Setelah banyak kejadian di hari ini, akhirnya Hana memutuskan untuk tidur siang, untuk mengistirahatkan pikirannya. Namun, dia malah kebablasan, karena dia baru saja bangun ketika jarum jam menunjuk ke angka lima.

Sontak Hana bangkit dengan tergesa. Dia berlari ke arah dapur untuk menyiapkan makanan atau dia akan kena omel ibu mertuanya.

Sebelumnya Hana mencuci wajahnya, lalu mengeluarkan semua bahan-bahan yang sudah dia beli tadi pagi. Ketika sedang sibuk memasak, tiba-tiba dia mendengar deheman seorang pria dari arah belakang.

"Ehem!"

Hana langsung menoleh dan mendapati ayah mertuanya sudah di dapur. Dia baru ingat kalau Mamah Saras membahasnya tadi pagi. Ayah mertuanya pulang hari ini.

"Papah," panggil Hana langsung menghentikan pekerjaannya. Dia melangkah ke arah Papah Aris dan menyalimi pria paruh baya itu. "Kapan Papah sampai?" tanyanya basa-basi.

"Sekitar satu jam yang lalu dan Papah lihat kamu sedang tidur," balasnya sambil terus memperhatikan wajah Hana. Wanita itu merasa tidak nyaman, jadi dia berusaha menghindari tatapan itu.

Apalagi mendengar kalimatnya? Darimana Papah Aris tahu kalau dia tidur?

"Lama tidak bertemu kamu jadi semakin cantik. Heri pasti senang menatapmu setiap hari," lanjutnya memberikan pujian yang entah maksudnya apa. Hana hanya mampu tersenyum, karena sejak dulu dia memang merasa tak betah berhadapan dengan Papah Aris.

"Aku lanjut masak ya, Pah," katanya buru-buru pamit, Papah Aris mengangguk seraya menuangkan air putih ke dalam gelas. Dia minum sambil sesekali memperhatikan Hana yang berdiri di depan kompor.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

astagaaa han...kamu benar2 berada di sarang peyamunn 😫 semua orang yang ada di sekelilingmu nyereminn, bikin deg2gan han? apalagi pamermu sepertinya dia seorang pemain handall...hati2 han? lengahh dikit kamu pasti kena terkamann.

makanya han? jangan pernah berfikir buat menemani seorang laki2 dari nol, selama ini kamu selalu ada buat heri di saat dia susah dan masih merintis karier, tapi apaaa? di saat heri sudah sukses dan punya segalanya, heri menghianatimu habis2san. Dan lebih kejammya lagi? sudah menyakiti dia tidak mau melepaskanmu...serakah banget kamu her? lihat saja..aku pastikan kamu akan kehilangan hana dan di saat hana pergi, kamu juga di campakkan mayang. karena sejatinya mayang bukan mencintai dirimu...tapi dia ingin menghancurkanmu her...nggak sabar menunggu kehancuranmu dan emakmu her...😤😤

2025-03-19

6

vivinika ivanayanti

vivinika ivanayanti

Haahh....😱😱😱 Pak...iku menantu mu pak 🙄

2025-03-19

3

Dien Elvina

Dien Elvina

dahlah Han, ke depan nya kamu harus kuat ..si Heri udah waktunya untuk di lepas .. daripada selalu teraniaya dgn keluarga mereka yg toxic 😫
mending kamu pergi Han .. apalagi liat gelagat gak baik dari papa mertua mu 😥

2025-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!