Bab 2. Tidak Ingin Merusak Surganya

Heri masuk ke dalam kamar dan mendapati Hana yang sudah berbaring menghadap tembok. Terdengar isak tangisnya yang lirih, membuat dada Heri sedikit sesak. Bagaimana pun dia mencintai wanita itu, karena mereka sudah bersama-sama dalam waktu yang cukup lama.

Heri yakin sepintas atau sepenuhnya Hana telah mendengar ucapan ibunya barusan.

Dengan perlahan pria itu naik ke atas ranjang, memindahkan guling ke sisi dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Dia sungguh merasa bersalah tiap Mamah Saras memberikan tuduhan dan cemoohan pada Hana.

Akan tetapi dia juga tidak bisa melawan ucapan orang yang sudah melahirkannya. Sebagaimana pesan yang sering disampaikan oleh sang ayah—Aris Hermawan. Surga ada di telapak kaki ibu, dan dia tidak ingin merusak surganya.

"Maafkan Mamah ya, Han. Mamah pasti sedang khilaf berkata seperti itu, kamu jangan diambil hati, karena sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu. Kita berusaha lagi ya, supaya kita bisa mendapat anak sesegera mungkin dan mematahkan ucapan Mamah," ujar Heri menenangkan Hana.

Namun, bukannya tenang, tangis Hana malah bertambah pecah. Dia merasa bahwa terlahir menjadi seorang wanita itu sangat berat resikonya.

Sebab mereka terus disalahkan, padahal tidak ada satupun di dunia ini wanita yang ingin terlahir tidak sempurna. Hah benarkah wanita yang belum jadi ibu itu artinya tidak sempurna? Hana sampai berpikir seperti itu.

"Tapi aku tidak mandul, Her. Kita sudah memeriksakannya ke dokter dan aku baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan rahimku, tapi kenapa Mamah selalu menyudutkanku?" rengek Hana dengan suara sumbang, rasa lelah semakin menggerogoti hatinya.

Akan tetapi dia tidak pernah berpikir untuk lepas dari Heri. Dia mencintai pria itu, sangat!

"Iya-iya aku mengerti, Hana. Mamah hanya asal bicara, kamu seperti tidak tahu saja."

Heri mengusap puncak kepala istrinya dengan sayang, sementara Hana yang mendengar itu merasa bahwa ucapannya percuma. Ya, selamanya Heri hanya akan membela Mamah Saras.

Hingga akhirnya wanita itu memilih untuk diam. Semakin bicara hatinya justru semakin sakit, seperti ada belati yang menusuk-nusuk.

"Sudah ya, lebih baik kita tidur. Besok aku ada meeting dengan bos," ujar Heri, sebagai wakil direktur, dia tentu memegang jabatan yang cukup tinggi di perusahaan. Dia tidak mau merusak citranya, hanya karena terlambat meeting.

Hana mendesahkan nafas, dan yang bisa dia lakukan hanyalah mengalah pada perasaannya. Dengan mata yang masih basah, akhirnya wanita itu mencoba untuk terlelap. Dan kecupan singkat di kepalanya, menjadi penghantar tidur.

***

Pagi harinya. Seperti rutinitas biasa, Hana menjadi orang yang pertama bangun saat fajar mulai menyingsing, dia membuat sarapan untuk suami dan ibu mertuanya sambil memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Dia selalu menghemat waktu dengan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah sekaligus.

"Masak apa kamu hari ini?" tanya Mamah Saras saat tiba di dapur. Hidup wanita paruh baya itu sudah enak sekali, sebab makan tinggal makan, baju tinggal pakai, uang bulanan selalu berjalan.

"Aku masak kentang, sayur buncis dan juga ayam goreng, Mah," jawab Hana sambil melirik sekilas, dia terlihat biasa saja, seolah tak pernah terjadi masalah.

"Masak itu yang bergizi dikit gitu lho. Kamu kan pegang uang banyak dari suamimu. Beli daging atau ikan, hari-hari itu terus proteinnya, kasihan anakku, bosan!" cerocos Mamah Saras tanpa perasaan, padahal Hana menerima uang dari Heri tidak utuh, sebab sebagiannya diberikan pada sang ibu mertua.

Dan juga sesekali Hana sudah sering memasak apa yang disebutkan Mamah Saras, hanya saja tak pernah dinilai, apalagi dipuji-puji.

"Iya, Mah," balas Hana singkat, sebab tak ingin berdebat.

"Terus kalau pagi-pagi itu mandi, suami mau berangkat kerja, kamu malah kumel dan masih bau iler seperti itu!"

"Mah, Hana kan masih mengerjakan yang lain. Biasanya juga dia dandan kok," timpal Heri yang baru saja tiba di dapur, tipis-tipis dia membela istrinya tanpa meninggikan suara.

Hana menundukkan pandangan. Karena apapun yang dilakukannya selalu salah. Dandan salah, tidak dandan apalagi.

Mamah Saras hanya mendengus, lalu mereka menghabiskan sarapan bersama.

Sebelum Heri berangkat bekerja, Hana mengantar sang suami sampai di ambang pintu.

Dia menyalimi Heri dengan takdzim serta mengecup kedua pipi suaminya.

"Aku berangkat ya, Han. Kamu baik-baik di rumah, kalau memang ada apa-apa langsung telepon," ucap Heri memberi perhatian. Hana langsung mengangguk kecil.

"Kamu juga hati-hati ya. Jangan lupa dimakan bekalnya," balas Hana mengingatkan suaminya, karena meskipun sibuk Heri harus tetap mendapat asupan agar tidak sakit.

Heri langsung mengiyakan, lalu mengecup kening Hana sekilas. Sementara Mamah Saras mengintip dan menatap dengan penuh kebencian. Bagaimana pun caranya, dia harus membuat Heri mau mempoligami Hana, agar sang anak bisa memiliki keturunan sebagai penerus keluarga.

"Gila saja kalau aku membiarkan Heri terus-menerus hidup dengan wanita tidak normal itu!" cetusnya dengan nada mencibir.

***

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

astagfirulloh astagfirulloh Yakin dehh punya mamer macam nyonyah saras, bukan hanya merusak Raga, tapi juga mentall langsung ambyarr 😫 bagaimana hana bisa hamill, kalau psykisnya saja sudah di bikin berantakan kayak gitu sama memernya. Dan suami yang seharusnya jadi garda terdepan buat istrinya, malah selalu membela mamanya...surga memang ada di telapak kaki ibu, tapi doa istrimu yang memperlancar rezekimu her? jika sekarang hidupmu enak dan mapan, itu karena doa istrimu di sepanjang malam.

2025-03-16

8

Ayesha Almira

Ayesha Almira

mertua yg g pandai bersyukur kyk gtu

2025-03-16

2

Dien Elvina

Dien Elvina

cihh sebel banget punya mamer kyk gitu ..syng nya Hana gak punya kekuatan buat balesnya 😠

2025-03-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Separuh Hidup
2 Bab 2. Tidak Ingin Merusak Surganya
3 Bab 3. Bertemu Seseorang
4 Bab 4. Dibanding-bandingkan
5 Bab 5. Cemas
6 Bab 6. Firasat
7 Bab 7. Rahasia
8 Bab 8. Sekali-kali Melawan
9 Bab 9. Menyambut Kepulangan Suami
10 Bab 10. Rencana Kembali Bekerja
11 Bab 11. Mencari Tahu
12 Bab 12. Titik Terang
13 Bab 13. Bak Disambar Petir
14 Bab 14. Bukan Pilihan
15 Bab 15. Talak
16 Bab 16. Langkah Baru
17 Bab 17. Dinyatakan Hamil
18 Bab 18. Diterima Kerja
19 Bab 19. Menantu Yang Diharapkan?
20 Bab 20. Sengaja
21 Bab 21. Mengadu
22 Bab 22. Fokus Takdir Masing-masing
23 Bab 23. Kebetulan Lagi?
24 Bab 24. Ngidam
25 Bab 25. Aku Suka Baunya
26 Bab 26. Malu-malu
27 Bab 27. Makin Muak
28 Bab 28. Membuat Kue
29 Bab 29. Menjadi Pahlawan
30 Bab 30. Merasakan Ketulusan
31 Bab 31. Tak Ingin Disalahkan
32 Bab 32. Jatuh Cinta Yang Merepotkan
33 Bab 33. Keputusan Sulit
34 Bab 34. Berdebat
35 Bab 35. Hal Kecil
36 Bab 36. Kehamilan Mayang
37 Bab 37. Pakai Taktik
38 Bab 38. Dikenalkan Dengan Bangga
39 Bab 39. Bukan Mesin Anak
40 Bab 40. Bukan Harapan Palsu
41 Bab 41. Lebih Mementingkan Hana
42 Bab 42. Seperti Paparazi
43 Bab 43. Undangan Reuni
44 Bab 44. Niat Memanas-manasi
45 Bab 45. Reuni
46 Bab 46. Dia Cinta Pertamaku
47 Bab 47. Kenangan Masa Lalu
48 Bab 48. Kamu Hanya Singgahan
49 49. Kebenaran Menemui Jalannya
50 Bab 50. Tidak Ada Bedanya
51 Bab 51. Fakta Mengejutkan
52 Bab 52. Minta Tanggung Jawab Siapa?
53 Bab 53. Memetik Apa Yang Ditanam
54 Bab 54. Aku Hanya Sedang Jujur
55 Bab 55. Ngidam Pizza
56 Bab 56. Melahirkan
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1. Separuh Hidup
2
Bab 2. Tidak Ingin Merusak Surganya
3
Bab 3. Bertemu Seseorang
4
Bab 4. Dibanding-bandingkan
5
Bab 5. Cemas
6
Bab 6. Firasat
7
Bab 7. Rahasia
8
Bab 8. Sekali-kali Melawan
9
Bab 9. Menyambut Kepulangan Suami
10
Bab 10. Rencana Kembali Bekerja
11
Bab 11. Mencari Tahu
12
Bab 12. Titik Terang
13
Bab 13. Bak Disambar Petir
14
Bab 14. Bukan Pilihan
15
Bab 15. Talak
16
Bab 16. Langkah Baru
17
Bab 17. Dinyatakan Hamil
18
Bab 18. Diterima Kerja
19
Bab 19. Menantu Yang Diharapkan?
20
Bab 20. Sengaja
21
Bab 21. Mengadu
22
Bab 22. Fokus Takdir Masing-masing
23
Bab 23. Kebetulan Lagi?
24
Bab 24. Ngidam
25
Bab 25. Aku Suka Baunya
26
Bab 26. Malu-malu
27
Bab 27. Makin Muak
28
Bab 28. Membuat Kue
29
Bab 29. Menjadi Pahlawan
30
Bab 30. Merasakan Ketulusan
31
Bab 31. Tak Ingin Disalahkan
32
Bab 32. Jatuh Cinta Yang Merepotkan
33
Bab 33. Keputusan Sulit
34
Bab 34. Berdebat
35
Bab 35. Hal Kecil
36
Bab 36. Kehamilan Mayang
37
Bab 37. Pakai Taktik
38
Bab 38. Dikenalkan Dengan Bangga
39
Bab 39. Bukan Mesin Anak
40
Bab 40. Bukan Harapan Palsu
41
Bab 41. Lebih Mementingkan Hana
42
Bab 42. Seperti Paparazi
43
Bab 43. Undangan Reuni
44
Bab 44. Niat Memanas-manasi
45
Bab 45. Reuni
46
Bab 46. Dia Cinta Pertamaku
47
Bab 47. Kenangan Masa Lalu
48
Bab 48. Kamu Hanya Singgahan
49
49. Kebenaran Menemui Jalannya
50
Bab 50. Tidak Ada Bedanya
51
Bab 51. Fakta Mengejutkan
52
Bab 52. Minta Tanggung Jawab Siapa?
53
Bab 53. Memetik Apa Yang Ditanam
54
Bab 54. Aku Hanya Sedang Jujur
55
Bab 55. Ngidam Pizza
56
Bab 56. Melahirkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!