Bab 8. Sekali-kali Melawan

"Mamah mana, Pah? Kok nggak ikut keluar?" tanya Hana, karena sedari tadi hanya ada ayah mertuanya yang duduk di meja makan.

"Kayaknya Mamah kelelahan, dia masih tidur di kamar. Kita makan duluan saja," jawab Papah Aris yang membuat Hana diserang perasaan tak nyaman.

"Mmm ... Aku tunggu Mamah aja deh, Pah, aku juga belum laper soalnya," balas Hana mencari alasan agar tidak berduaan dengan pria paruh baya itu. Namum, Papah Aris seperti memiliki seribu satu cara untuk membuat Hana tetap ada di hadapannya.

"Kalo gitu kamu temani Papah aja deh, nggak enak soalnya makan sendiri. Biasa di kapal rame-rame," ujarnya yang membuat Hana tak bisa bernafas dengan lega.

"Tapi aku sambil beres-beres ya, Pah."

"Yah silahkan, yang penting Papah nggak ngerasa sendirian banget di ruangan ini. Agak serem juga soalnya," balasnya terkekeh.

Tak bisa menolak, akhirnya Hana tetap berada di dapur. Akan tetapi Hana tidak hanya duduk dan menatap Papah Aris. Hana berusaha menyibukkan diri, supaya ketegangan di wajahnya tidak ditangkap oleh sang ayah mertua.

Sambil membersihkan kompor ataupun mencuci piring, sesekali Hana melirik ke belakang, karena dia merasa seperti sedang ditatap dan diawasi. Baru kali ini dia berharap agar ibu mertuanya segera datang, tapi sampai pria itu selesai makan nyatanya Mamah Saras tak kunjung menampakan batang hidungnya.

*

*

*

Pulang dari pesta pernikahan Heri dan Mayang, Mamah Saras memang langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Hingga saat malam tiba, wanita paruh baya itu baru keluar karena merasa lapar.

Mamah Saras hendak pergi ke dapur, tetapi di sela langkahnya dia melihat sesuatu yang janggal, dia seperti kehilangan sesuatu. Setelah diingat-ingat ternyata vas bunga di sudut ruangan tidak ada, membuat dia langsung berteriak memanggil nama menantunya.

"Hana!" panggil Mamah Saras memekik sekuat tenaga.

Hana yang sedang makan langsung terlonjak mendengar suara itu. Sontak dia langsung meletakkan alat makan dan berlari keluar dapur untuk menghampiri ibu mertuanya.

"Hana, cepat ke sini!" ulang Mamah Saras dengan nada yang semakin tinggi, dan dalam hitungan detik Hana sudah berada di hadapan wanita paruh baya itu. Dia hampir saja tersedak karena masih mengunyah.

"Ada apa, Mah? Kenapa berteriak-teriak seperti itu, ini kan sudah malam?" tanya Hana dengan lembut, karena dia tahu Mamah Saras memiliki riwayat darah tinggi. Kalau kumat bagaimana?

"Itu semua gara-gara kamu! Dasar tidak becus, ke mana vas bunga kesayangan Mamah? Kamu ke mana kan, hah?" cetus Mamah Saras sambil bertolak pinggang.

Mendengar itu, Hana langsung teringat dengan vas bunga yang tak sengaja dia pecahkan.

"Jangan-jangan kamu jual, iya?!" sambung Mamah Saras dengan nada menyentak dan menuduh menantunya, karena Hana tak lekas menjawab.

"Tidak, Mah. Aku tidak menjual apapun milik Mamah. Hanya saja, tadi siang aku tidak sengaja menyenggolnya. Vas bunga itu jatuh dan pecah," jawab Hana sedikit terbata dengan pandangan yang menunduk. "Nanti aku ganti deh." Lanjutannya sebagai bentuk pertanggungjawaban.

"Astaga, kamu tahu tidak? Vas itu hadiah dari Tante Lisa saat dia berlibur ke luar negeri. Dan kamu pasti tahu, bahwa benda itu harganya sangat mahal, bahkan harga dirimu saja tidak cukup untuk membayarnya!" maki Mamah Saras tanpa perasaan, ada saja sesuatu yang memancing perdebatan di antara mereka.

Sakit hati? Tentu saja, semua cacian dari mulut pedas Mamah Saras seperti mencabik-cabik jantungnya. Hingga dia langsung mendongak dan menatap manik mata Mamah Saras. Sekali-kali dia ingin melawan, supaya tidak terus-menerus diinjak-injak.

"Mamah boleh memarahiku, tapi tidak untuk mencaciku, Mah. Aku ini menantumu, apa hanya karena sebuah vas bunga, Mamah boleh semena-mena seperti ini? Tidak! Aku rasa Mamah sudah sangat keterlaluan," balas Hana dengan menggebu dan mata berkaca-kaca. Karena emosi dia tidak bisa mengontrol dirinya.

Yah sebab walau bagaimanapun dia hanyalah seorang wanita biasa.

"Dasar tidak tahu diuntung! Kamu berani melawan Mamah?!" sentak Mamah Saras seraya mengayunkan tangannya ke udara.

Akan tetapi sebelum melandas di pipi Hana, wanita itu segera mencekalnya. "Harga diriku tidak bisa dibeli dengan uang, Mah. Apalagi hanya sebuah vas bunga. Kalau Mamah menganggapku kurang ajar, coba Mamah introspeksi terlebih dahulu, kenapa aku bisa bersikap seperti ini!"

Mamah Saras dibuat mendelik, dengan cepat dia menarik tangannya dari cekalan Hana. Dia ingin bicara tapi sang menantu justru pergi meninggalkannya.

Karena tak tahan, akhirnya Hana berlari untuk masuk ke dalam kamar. Sementara Mamah Saras kembali merutuk.

"Dasar menantu tidak tahu diuntung! Sudah salah tapi malah membela diri. Bisa-bisanya Heri menikahi wanita sepertimu, benar-benar sebuah kesialan!"

Mamah Saras memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke meja makan. Di sana dia melihat makanan milik Hana yang belum habis separuh.

Sebagai bentuk pembalasan dendam, Mamah Saras membuang makanan itu ke tempat cuci piring. Tak hanya itu semua masakan juga dia masukan ke tempat sampah, supaya Hana tidak makan sampai pagi.

Sedangkan dia akan pesan makanan secara online. Demi harga dirinya, dia rela menahan lapar dan tidak memakan masakan menantunya.

"Biar dia tidak usah makan sekalian! Berani-beraninya melawanku," kata Mamah Saras dengan seringai kecil yang menghiasi bibirnya. Namun, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan suaminya, padahal tadi Papah Aris sudah tidur.

"Ada ribut-ribut apa sih, Mah? Suaranya sampai membangunkan Papah," cetus Papah Aris.

"Mantumu itu kurang ajar! Habis mecahin vas bunga punya Mamah bukannya minta maaf malah marah-marah nggak jelas!" balas Mamah Saras mengomel. Padahal dia sendiri yang memicunya.

Untuk mendamaikan keduanya, sontak Papah Aris langsung mengambil jalan tengah. "Ya udah nanti vas bunganya Papah ganti. Mamah nggak perlu marah-marah lagi sama Hana. Kasihan kan, dia sudah capek masak."

Mamah Saras senang mendengar vas bunga mahalnya akan diganti, tapi tak suka jika sang suami membela menantunya itu.

"Ih kenapa Papah malah bela Hana sih? Kan dia yang salah," cetusnya tak ingin disentuh saat Papah Aris mencoba merengkuh kedua bahunya.

Papah Aris menghela nafas. Di depan keluarganya, dia benar-benar terlihat seperti pria yang baik.

"Kalo gitu biar nanti Papah suruh Hana minta maaf sama Mamah."

"Nah gitu dong, orang dia yang salah!" Setelah berkata seperti itu, Mamah Saras langsung kembali ke kamar untuk mengambil ponsel dan memesan makanan.

Sementara di kamar lain, sambil menangis Hana berusaha menelpon suaminya. Akan tetapi berulang kali Hana mencoba, Heri tidak mengangkat panggilannya satu pun.

Dengan mendesaahkan nafas kasar, Hana menyandarkan punggungnya yang lunglai ke kepala ranjang. Di saat seperti ini pun dia masih harus dipaksa positif thinking.

"Mungkin dia sedang banyak pekerjaan," gumam wanita itu pada diri sendiri.

Detik selanjutnya dia dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Hana langsung mengangkat kepala dan mendengar suara dari luar sana.

"Han, Hana ...," panggil sang ayah mertua, membuat Hana ketar-ketir sendiri. Tak ingin meladeni Papah Aris, Hana tak menjawab dan berpura-pura tidur, beruntung dia sudah mengunci pintu.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

jangan bukain pintu han? cari aman ,apalagi dari gerak gerik pamermu beliau sepertinya buaya rawa2...pasti banyak kebohongan yang pamer mu sembunyikan dan kalau sudah saatnya tiba..pasti akan meledakkk laksana bommm dan menghancurkan mamermu 🤭 apalagi mamermu punya riwayat darah tinggi, di pastikan langsung nyungsepppp tuh mamermu kalau tahu kebusukan suaminya yang selama ini dia sembunyikan.

nahh gitu dong han..sekali-kali jadilah wanita jahat, egois dan licikk. dengan begitu kamu bisa melindungi dirimu sendiri supaya tidak di injak2 orang lain. kalau kamu tetap lemah dan nurut, orang lain akan semakin seenaknya meremehkan dirimu.

Sudah jangan lagi memikirkan Heri..suami macam dia tak pantas kamu pikirkan, lebih baik kamu tidur dan jaga kesehatan mental kamu.

2025-03-19

7

Aisyah Ranni

Aisyah Ranni

Keluarga kumpulan dedemit nih kayaknya,Mak Lampir,Gerandong dan Butho ijo yg tinggal serumah dengan Hana.tinggal NYI pelet bentar lagi masuk ke rumah itu yg jadi istri kedua Gerandong 😡

2025-03-19

3

Ma Em

Ma Em

Bu Saras suamimu tuh ajar jgn ganggu Hana , jgn anakmu saja si Heri yg sering kamu ajarin yg ga benar malah disuruh nikah lagi tapi biarin juga kalau suaminya bu Saras nikah lagi agar bu Saras bisa merasakan betapa sakitnya kalau dipoligami jgn Hana saja yg dipoligami .

2025-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!