"Makin hari, kelihatannya makin sukses saja si Zea. Kira-kira dia diantar siapa ya tadi?"
"Dia itu penyanyi. Kemungkinan Zea diantar temannya."
"Ah, aku tidak percaya. Mereka pasti ada hubungan,"
"Heh! Jangan suudzon, Minah! Memangnya kamu tahu yang didalam mobil tadi laki-laki atau perempuan? Tidak, kan?"
"Halah! kamu ini, aku tahu kamu suka sama dia. Bilang saja kamu tidak terima aku mengatakan hal buruk pada wanita itu. Kamu kan pernah berhubungan dengan dia,"
Mereka berdua adalah Fatur dan Minah. Mereka diam-diam memang selalu memata-matai Zea seperti itu. Rumah tangga mereka berdua memang sempat renggang dan pisah ranjang. Namun, Fatur yang masih mencintai Minah, dia memilih mengarang cerita bahwa Zea lah yang menggodanya hingga dia tidak bisa tahan dengan pesonanya.
Minah sempat menolak, tetapi dengan kata-kata rayuan pak Fatur, akhirnya Minah kembali luluh dan mereka berbaikan. Bahkan, Minah yang tidak terima suaminya digoda oleh Zea. Minah rela membeli rumah didekat kontrakan Zea tanpa sepengetahuan Zea.
Minah sengaja ingin memata-matai Zea dan mencari bukti bahwa Zea lah yang bersalah, bukan suaminya. Jika semuanya sudah terbukti benar Minah akan memasukan Zea ke dalam jeruji besi.
Fatur melihat Minah yang masuk ke dalam rumah dengan kesal, secara tidak langsung dia memang telah membela Zea. Tetapi, naluri hatinya tidak terima jika Zea benar-benar memiliki pria lain. Itulah alasan kenapa pak Fatur mencoba berpikir positif saat Minah berkata buruk tentang Zea.
"Tidak bisa dibiarkan, aku tidak terima Zea memiliki pria lain selain aku. Pokoknya, aku harus bicara dengan Zea," gumam pak Fatur sambil menatap rumah kontrakan Zea.
...----------------...
Pagi Hari.
"Anak-anak sudah bangun?"
"Belum, Mas. Biarkan saja, lagi pula hari ini mereka libur sekolah. Kamu sudah sarapan?"
"Sudah, dong. Tadi bos aku ada rapat mendadak dipagi buta ini. Jadi, beliau membelikanku makanan restoran."
"Wah, bos kamu baik sekali. Pantas saja kamu betah disana,"
"Ini semua demi kamu dan anak-anak, Ze. Aku nanti gajian, nanti aku tranfer ya,"
"Berapa?"
"Sepuluh juta. Cukup, kan?"
"Untuk urusan uang aku rasa tidak ada cukupnya kalau kita tidak bersyukur. Terima kasih, Mas."
Andam tertawa. "Kamu manis sekali. Sebelumnya tidak pernah semanis itu,"
"Aku serius, Mas. Kamu malah becanda," Zea cemberut.
"Baiklah-baiklah, aku tutup dulu teleponnya. Bos memangilku. Salam untuk anak-anak,"
Zea tersenyum. "Iya, kamu hati-hati bawa mobilnya,"
Andam mengiyakan dan menutup panggilan. Di Malaysia, Andam memang diterima kerja sebagai supir pribadi. Setelahnya, Zea bangun dari tempat tidur dan menuju kamar anak-anak. Disana Gean dan Giska masih tidur dikamarnya masing-masing.
Triiing triiiing
Zea berjingkat ketika ponsel digenggaman kembali berdering. Dilayar tertera nama Manager Kendra.
Zea tersenyum dan segera menerima pangggilan tersebut. "Hallo."
"Hallo, Ze. Jangan lupa, hari ini ada job diluar kota," kata Kendra, dia hanya berniat mengingatkan Zea saja supaya tidak terlupa.
"Iya, tenang saja. Aku ingat kok." jawab Zea dia berjalan menuju kamarnya kembali.
"Pukul tujuh pagi aku jemput. Bersiaplah," kata Kendra.
"Siap, Ken." jawab Zea mantap. Setelahnya Kendra mengakhiri teleponnya. Dan Zea bergegas mandi dan bersiap.
Satu jam kemudian.
"Ibu, mau kemana?" tanya Gean yang baru saja keluar dari kamarnya. Dia sempat terkejut melihat Ibu-nya sudah memakai pakaian khusus dan membawa tas bagus.
Zea mensejajarkan tingginya dengan Gean. Zea menyentuh kedua bahu Gean. "Kak, Ibu ada pekerjaan diluar kota. Kamu baik-baik dirumah sama adek,"
"Kemarin sudah pergi, kenapa sekarang Ibu pergi lagi?" Gean bertanya dengan wajah polosnya. Dikedua mata Gean, Zea melihat jika ada ke-rinduan yang menumpuk.
Zea menghembus nafas pelan, berusaha memberi Gean pengertian. "Kak, Ibu bekerja juga untukmu dan adek."
Tin tiiin
Suara klakson membuat Zea kembali berdiri dan mengusap pucuk kepala Gean. "Ibu berangkat ya, Sayang. Kamu jagain adek,"
"Tapi, Gean minta uang untuk jajan," Gean menatap Ibunya dengan wajah sendu.
Zea terdiam, lalu mengambil uang lima ribu dan mengulurkannya pada Gean. "Berbagi dengan adek. Ibu, berangkat." katanya lalu keluar rumah dan langsung masuk ke dalam mobil yang tidak lain milik Kendra, manager barunya.
Kemudian Kendra segera melajukan mobilnya, mereka menuju luar kota. Diperjalanan, Kendra sesekali menatap wajah Zea yang fokus menatap ke depan. Bulu matanya yang lentik semakin indah jika sedang berkedip pelan. Kendra memalingkan wajah dan tersenyum. Diantara banyaknya artis yang terkait kontrak dengannya Zea terlihat paling berbeda diantara mereka.
Beberapa jam, Kendra dan Zea telah sampai ditempat tujuan. Mereka segera turun dari mobil dan menuju ruang make-up. Disana teman-teman sefrekuensi Kendra dan artis lainnya sudah datang dan terlihat menunggu kedatangannya.
"Hai, Ken! lima menit lagi kalian terlambat." seru Opi teman Kendra sekaligus asistennya.
"Yang lain gimana sudah dimake-up semua?" tanya Kendra sambil menarik lengan Zea dan memintanya duduk. Lalu meminta MUA miliknya untuk make over.
"Beres, Bos. Hanya tinggal Zea saja." Opi menjawab. Kemudian pergi ke bagian pantri dan menyiapkan dua gelas kopi dan camilan untuk Kendra dan Zea.
"Ngopi dulu, Bos." kata Opi, dia menaruh dua cangkir kopi diatas meja lalu kembali ke pantri mengambil beberapa camilan untuk disandingkan dengan kopi. "Bos, Zea. Silakan dinikmati kopi dan camilannya." kata Opi lagi.
"Terima kasih, Jas." sahut Zea yang sedang dimake over. Sedangkan Kendra dia langsung duduk disofa dan meneguk kopi yang dibuat oleh Opi.
Sepuluh menit, Zea selesai dimake over. Dia menyempatkan menyeruput kopi miliknya dan mengambil satu potong donat kentang yang terlihat menggiurkan.
Kendra dan Opi yang melihat Zea sudah selesai didandani berdecak kagum. Opi dan Kendra tidak bisa membohongi diri jika Zea Alaska memiliki pesona berbeda, dia terlihat sangat cantik dan memukau ketimbang artis yang lainnya.
Kendra tak bisa melewatkan gerak-gerik Zea walaupun hanya sedetik saja. Entah mengapa setiap gerakan kecil dari Zea selalu menarik perhatiannya.
"Ssttt ... sssttt ... ." Opi menyikut lengan Kendra, membuat Kendra mengalihkan tatapannya pada Opi. "Kenapa?" tanya Kendra.
"Kamu naksir Zea, Bos. Gas lah, jangan hanya memperhatikannya dari jauh. Atau untukku saja, boleh?"
"Sembarangan!" ~ Kendra.
"Uhuk Uhuk!" Zea tersedak donat yang sedang ditelan. "Ken, apa maksudnya sembarangan? Maaf jika aku bertingkah tidak sopan." Zea merasa tidak enak hati mungkin dia sudah terlalu banyak makan donatnya dan Kendra menganggapnya tidak sopan.
Kendra dan Opi gelagapan, mereka berdua terlihat kikuk. "Eh, tidak. I-ini Opi, dia buang air lupa nyiram."
"Sialan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
DeanPanca
dasar laki" Buaya segala alam, masih cinta tapi berani main belakang
2025-04-04
0
DeanPanca
belum reda juga amarah si Minah Markonah ini
2025-04-04
0
Astrea
lo katanya masih cinta minah kok gak rela Zea sama pria lain fatur suka sama Zea dan minah ya? wah tidak bisa dibiarkan itu si fatur
2025-04-08
0