Satu minggu kemudian.
"Jaga diri, jaga hati, ya, Mas. Kamu harus selalu mengingat aku dan anak-anak dikampung. Diluaran sana pasti banyak yang menggiurkan,"
Andam terkekeh. "Sejak kapan kamu cemburuan begini, Ze? Sumpah, aku geli mendengarnya."
Zea cemberut. "Aku serius, Mas. Kamu malah becanda,"
Andam berhenti terkekeh. "Baiklah, aku mengerti. Kamu dan anak-anak jangan lupa terus mendo'akan aku juga ya," pinta Adam.
Zea dan anak-anak tersenyum. "Baiklah, Ayah," ucapnya bersama-sama.
Andam tersenyum senang, tetapi tetap ada setitik kesedihan karena harus berjauhan dengan istri dan anak-anaknya. Tapi tidak papa, dia pergi merantau ke Malaysia juga untuk mereka.
"Peluk Ayah, Sayang," Andam merentangkan kedua tangan lalu Zea, Gean, dan Giska memeluknya bersama-sama.
"Ayo, Dam," seru sopir travel yang akan mengantar Andam ke Malaysia.
Andam mengangguk dan melepas pelukan. Setelah berpamitan dan menyempatkan mencium pipi juga kening istri dan anak anaknya, Andam segera masuk ke dalam mobil travel tersebut.
Gean dan Giska melambai tangan ketika mobil yang membawa ayahnya mulai menjauh, lalu menghilang dibalik pepohonan.
Sedangkan Zea, wajahnya yang semula terlihat ceria kini berubah sendu. Selama menikah dengan Andam baru kali ini dia berjauhan dengan jarak yang sangat jauh.
"Semoga impianmu terwujud, Mas. Begitu juga dengan impianku." batin Zea. Wajahnya yang sendu kini kembali terlihat lebih bersemangat.
"Gean, Giska. Ayo, masuk! Kalian harus mandi." seru Zea, sambil menggiring anak-anaknya masuk ke dalam kontrakan.
Semenjak kejadian waktu itu, Andam dan Zea memutuskan untuk tinggal dikontrakan milik pak Demin yang berbeda desa. Keadaan kontrakan memang tidak semewah disana karena uang sewanya tidak mahal. Tapi, dikontrakan ini mereka jauh lebih nyaman dan tentram daripada dirumah milik pak Fatur. Disini uang sewa jauh lebih ringan dan cocok untuk keuangan Andam.
Beberapa jam kemudian.
Zea sudah selesai mengurus anak-anak, dan kebetulan hari ini Gean dan Giska libur sekolah. Jadi, mereka hanya bersantai dirumah dengan menonton TV.
"Ge, kamu jangan pergi kemana-mana. Ibu ingin membeli camilan diluar. Jagain Adeknya," seru Zea.
"Baiklah, Bu. Tapi, Gean dibelikan kerupuk seblak sama coklat," pinta Gean.
"Iya. Ibu, berangkat sekarang." kata Zea. Dia segera keluar rumah dan pergi dengan motor butut Andam.
Sesampainya diwarung, Zea langsung mencari camilan yang diminta Gean. Setelah menemukannya Zea memilih camilan untuk diri sendiri.
"Sudah, Mbak?" tanya pemilik warung saat Zea menaruh aneka camilan dimeja kasir.
"Sudah, Bu. Semuanya jadi berapa?" tanya Zea sambil mengambil uang dari saku celana. Kebiasaan Zea adalah, lebih memilih menaruh uang disaku daripada didompet.
"Tujuh puluh lima ribu saja." kata pemilik warungnya.
Setelah membayar, Zea keluar dari warung dan mencantelkan kresek berisi camilan digantungan besi pada motor. Kemudian Zea melajukan motor menuju kontrakan.
Hanya beberapa menit saja, Zea telah sampai dikontrakan. Dia langsung membawa sekantong camilan ke dalam rumah. Baru saja Zea masuk dan menutup pintu, Gean sudah menubruknya.
"Gean, ada apa? Kamu mengagetkan Ibu," kata Zea, dia terkejut.
"Ponsel Ibu berdering." jawab Gean.
"Oh, Ibu kira ada apa. Coba ambilkan ponsel Ibu, Ge. Siapa tahu ada hal penting," kata Zea.
Gean mengangguk dan berlari ala super hiro ke dalam kamar. Berapa detik, Gean sudah kembali dengan ponsel ditangannya. "Ini Bu." Gean mengulurkan ponsel berwarna biru pada Zea.
Zea menerimanya dan mengucapkan terima kasih. setelah itu, Zea mengambil semua camilan dan membukanya untuk dimakan bersama-sama dengan Giska dan Gean.
Gean terlihat senang dibelikan coklat dan kerupuk seblak, dia mengambilnya dan dimakan bersama Giska.
"Enak tidak, Dek, coklatnya?" tanya Gean sambil memperhatikan Giska yang mengunyah coklat.
Giska mengangguk sambil mengacungkan satu ibu jarinya. Selepas itu, mereka berdua asik makan sambil menonton acara animasi disalah satu gelombang TV.
Sambil mengggigit kue kacang yang Zea beli untuknya, dia mulai membuka ponsel dan menekan aplikasi hijau. Benar kata Gean, di log panggilan sana banyak panggilan tak terjawab dari kontak Mas Aman. Zea penasaran dan menghubunginya balik.
Diacara kawinan seseorang, Aman meletakan buah salak yang sedang dia makan. Dia meraih ponsel diatas pangkuan yang menyala, dan menerima panggilan dari nama kontak Mbak Zea.
"Hallo, Mbak Zea." sapa Aman.
"Hallo, Mas. Maaf, aku tadi pergi ke warung dan lupa tidak membawa ponsel." kata Zea.
"Tidak apa-apa. Sebenarnya mau kasih tahu kalau ada job lagi didesa Mekar Sari. Acara pernikahan," jawab Aman.
Zea berbinar. "Masih butuh artis lagi tidak, Mas. Aku sudah lebih baik, sudah tidak lemas lagi." Zea berharap dia mendapat job lagi dari mas Aman. Lumayan untuk beli jajannya anak-anak.
Andam memang meninggalkan uang dua juta untuk kebutuhan sehari-hari selama dia belum gajian. Tetapi, tidak ada salahnya jika Zea mencari uang tambahan, kan?
"Ini sudah ada Siti, mbak. Dia sudah sembuh dari sakitnya. Tapi, nambah satu artis lagi kayanya malah bagus. Aku share loc ya, nanti Mbak Zea Ke sini," kata Aman.
Zea tersenyum senang. "Iya, terima kasih Mas." jawab Zea. Setelahnya dia mengakhiri panggilan.
Dengan bergembira, Zea buru-buru mandi dan bersiap. Setelah selesai dan puas dengan penampilannya, Zea keluar dari kamar dengan tas kecil ditangannya.
"Ibu mau kemana? Kok rapih sekali," tanya Giska yang melihat ibunya keluar kamar dengan wajah cantik dan baju khusus.
"Iya. Ibu ingin kemana?" Gean mengulangi pertanyaan Giska.
Zea tersenyum. "Gean, kamu jaga Adek ya. Ibu mau manggung lagi, tadi om Aman menelpon dan Ibu harus ke sana sekarang." Zea mengacak rambut Gean yang lurus.
"Iya. Ibu, hati-hati." seru Giska dan Gean bersama.
"Pasti, Sayang. Kalian lanjutin lagi makan camilannya, jangan lupa tidur siang." Zea mengingatkan.
Gean dan Giska mengangguk patuh. Mereka mengantar kepergian Zea yang akan mengais rezeki disuatu tempat. Lambaian tangan mungil mereka membuat senyum Zea mengembang sempurna.
...----------------...
Satu tahun kemudian.
Zea turun dari mobil mewah yang mengantarnya pulang dari acara festival lampion. Disana, Zea baru saja memamerkan suaranya yang merdu.
"Terimakasih, Ken. Sudah repot mengantarku pulang. Padahal tidak usah." Zea berdiri diluar mobil.
"Aku ini temanmu. Tidak perlu sungkan seperti itu, Ze." balas Kendra, dia manager baru Zea yang sudah membeli kepemilikan artis dari Aman dua bulan yang lalu.
Kini, Zea sudah bukan lagi artis desa. Kini, Zea sudah menjadi artis yang manggung diacara besar dan kondang, hanya saja belum masuk TV.
"Baiklah, Ken. Aku masuk dulu." ~ Zea.
"Oke." Setelahnya, Kendra segera pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
kalea rizuky
suami nya mana masak g pulang2
2025-04-06
0
DeanPanca
wah mantap Zea. kalau udah jadi artis besar jangan lupa aku yg selalu mensupport mu ya😄😄
2025-04-04
0
Aksara_Dee
wuiih keren Zea, gmn kabar suaminya?
2025-03-28
1