"Apa?!" Zea terkejut bukan main, walaupun biasanya Andam selalu marah-marah tapi baru kali ini Zea mendengar Andam mengatakan hal seperti itu padanya.
"Kenapa! Kamu tidak terima Aku mengataimu, Hah!" geram Andam. "Suami baru pulang bukannya Kamu sambut dengan senyuman dan membuatkannya minum. Kamu justru meminta motor baru! Apa kamu tidak memiliki belas kasihan pada suamimu, Zea?!" teriak Andam, dia tidak peduli jika suaranya terdengar oleh tetangga lain, kali ini Andam benar-benar marah.
Melihat kemarahan suaminya kedua mata Zea tiba-tiba mengabur dipenuhi dengan air asin. "Kamu jahat Mas, JAHAT!" teriak Zea sakit hati, dia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam.
Andam terduduk lesu dikursi kayu diruang tamu, dia menyesal karena telah mengatakan kata-kata yang tidak seharusnya dia katakan pada Zea. Apa lagi samar-samar dia mendengar isakan tangis dari dalam kamar, Andam yakin jika Zea pasti tengah menangis sekarang. Mendengar isakan Zea, Andam semakin merasa bersalah.
..............................
Esok harinya, pukul delapan pagi.
"Hei! Melamun saja ada apa?" tanya teman satu pasar Andam yang bernama Ajis, saat dia melihat Andam terlihat melamun saja sejak tadi. Bahkan dapat Ajis lihat jika Andam pagi ini terlihat tidak fokus saat melayani pembeli.
"Ini, Jis. Aku sedang bingung. Kemarin Aku bertengkar dengan istriku." jawab Andam dengan wajah lesu dan sedih, jujur Andam masih sangatlah bersalah pada Zea atas perkataannya yang sudah diluar batas kemarin.
Walaupun Andam sudah meminta maaf pada Zea kemarin dan Zea juga sudah memaafkannya, tapi sikap Zea terlihat tidak seperti biasanya. Sekarang Zea terlihat lebih pendiam. Menurut Andam sekarang sikap Zea berubah drastis. Zea menjadi lebih dingin dan berbicara hanya seperlunya saja.
"Bertengkar kenapa, Dam? Kamu bisa bercerita padaku mungkin saja Aku bisa membantu atau setidaknya Kamu lebih lega setelah berbicara padaku." ujar Ajis, dia memang selalu terlihat peduli pada Andam karena mereka sejak dulu adalah teman, teman masa kecil hingga setua sekarang.
Ajis adalah tetangga Andam, rumahnya tidak dekat tetapi tidak terlalu jauh. Jika diukur mungkin hanya berjarak lima puluh meter saja dari tempat tinggal Andam. Mereka sejak dulu memang selalu akrab dan saling membantu jika diantara mereka berdua ada yang sedang kesulitan atau menghadapi masalah.
Andam menghela nafas, dia segera menceritakan kejadian kemarin pada Ajis. Semoga setelah bercerita pada Ajis, Andam bisa menemukan solusi dan jalan keluar agar Zea bersikap seperti biasa lagi padanya. Ternyata didiamkan oleh seorang istri itu tidak menyenangkan tapi menghampakan.
"Oh, seperti itu ceritanya." Ajis manggut-manggut setelah mendengar cerita Andam. Dan dia mulai paham sekarang.
"Wajar saja jika kamu marah, Dam. Tapi kamu tetap salah. Zea benar tapi dia juga salah. Intinya kalian berdua sama-sama benar dan sama-sama salah," kata Ajis lagi.
"Iya, Aku tahu. Makanya cepat berikan Aku solusi, Jis. Siapa tahu Kamu memiliki solusi yang tepat untukku," kata Andam, dia sudah tidak sabar ingin segera mengubah Zea agar tidak pendiam lagi padanya. Menurutnya kesalahan kemarin sangatlah fatal hingga membuat Zea berubah.
...............................
Zea baru saja pulang dari mengantar Gean dan Giska ke sekolah. Tetapi Zea kembali pergi dari rumah setelah mengingat bahwa dia tidak memiliki bawang merah untuk memasak nanti siang. Akhirnya dia pun kembali pergi menuju warung terdekat.
"Mau beli apa Mbak, Zea?" tanya Bu Atun pemilik warung, saat Zea sudah sampai diwarung tersebut.
"Mau beli bawang merah sama bawang putih, Bu. Kalau beli satu ons tetapi dua macam, boleh tidak ya, Bu?" tanya Zea.
"Boleh dong mbak, mau satu ons dua macam?" tanya Bu Atun.
"Iya deh, Bu." jawab Zea, dia memanglah selalu seperti ini. Jika membeli bawang merah selalu satu ons dan isinya ada dua macam. Ingin membeli banyak, misalnya masing-masing satu ons, tapi uangnya harus dia hemat supaya tidak sampai kehabisan uang, dan kebutuhan lain juga bisa terpenuhi. Sukur-sukur Zea masih bisa menyisakan sedikit uangnya untuk ditabung.
"Eh, mbak Zea. Beli apa, mbak?" tanya seorang pria yang seumuran dengan suaminya. Dia adalah Mas Aman.
"Ini, Mas beli bawang." jawab Zea, dia menatap Aman yang terlihat luwes dengan kemeja dan celana jeans hitamnya. "Rapih sekali, Mas Aman ingin kemana?"
"Ini ada job manggung didesa sebelah, mbak. Tapi aku justru sedang bingung ini," Mas Aman menggaruk sisi kepalanya sambil memilih rok0k dietalase kecil khusus rok0k.
"Loh, bingung kenapa, Man? Dapat job masa malah bingung, harusnya ya seneng dong," sahut Bu Atun sambil menimbang bawang untuk Zea.
Mas Aman, dia adalah tetangga berbeda rt dengan Zea dan Andam. Aman pria berusia 37 tahun ini adalah seorang penyanyi disalah satu grup organ tunggal didesa Bambu Lebar yang ditinggali Zea dan Andam. Dia juga seringkali merekrut seseorang untuk dijadikan artis panggung untuk berduet dengannya.
"Ini loh Bu, teman manggungku. Dia malah sedang sakit dia jadi tidak bisa manggung hari ini. Padahal permintaan job harus ada dia mereka ngefans dengannya." kata Aman, dengan kepala yang sibuk mencari siapa pengganti sementara untuk teman manggungnya itu.
"Oalah seperti itu. Ya cari saja yang lain Man, banyak lah yang bisa menyanyi." kata Bu Atun, sambil menyerahkan pesanan Zea. "Eh, lah ini ada mbak Zea, siapa tahu mbak Zea mau bergabung dengan grup organ tunggalmu." saran Bu Atun, sambil menatap Aman yang sedang membakar rok0knya dengan k0rek yang tersedia.
Zea terkejut dengan penuturan Bu Atun. "Lah, Bu. Aku mah tidak cocok menjadi penyanyi suaraku jelek, Bu." kata Zea, sambil mengulurkan uang lima ribu pada Bu Atun. harga bawang satu ons memanglah lima ribu.
Aman merenungkan saran Bu Atun. Tapi tidak ada salahnya jika mencoba saran darinya. Aman menatap Zea. "Tapi tidak ada salahnya jika kita mencoba, mbak Zea. Ayo ikut ke studio musikku kita cek vokal. Mumpung masih ada waktu satu jam untuk manggung diacara,"
Zea terdiam, dia bingung karena belum meminta izin pada Mas Andam. Tapi ... Dipikir-pikir tidak ada salahnya hanya mencoba, lagi pula sebenarnya Zea tidak tertarik dengan dunia tarik suara.
Zea menatap Mas Aman. "Baiklah, Mas Aman. Mari kita coba, tapi ... Jangan tertawa setelah mendengar suaraku,"
...........................
Andam tiba ditempat tinggalnya yang sederhana. Dia turun dari motor dengan senyum yang mengembang. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan istrinya.
"Zea, Aku pulang! Ayo kita beli motor baru!" tetapi setelah mencari Zea diseluruh ruangan Andam tidak menjumpainya.
"Dimana Zea?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Astrea
bagus ih novelnya thor smngt sellu
2025-03-16
0
DeanPanca
eh iya dong, istrimu yang menghidupkan suasana. karena semangatnya, anak" jga pasti bersemangat.
2025-03-16
0
Astrea
mknya tetap sbr wlopun istri ngeselin. soalnya klo istri ngambek susah Ndam balikin mood nya/Facepalm//Facepalm/
2025-03-16
0