ZTS 6

Pagi harinya, pukul 06:50, menit.

Kebiasaan Zea Alaska dipagi hari setelah selesai memasak dan beberes rumah adalah mengantar Gean dan Giska ke sekolah. Kali ini dia akan menebus kesalahannya kemarin untuk tidak terlupa menjemput mereka diwaktu pulang sekolah nanti.

Setelah semuanya siap, Zea segera mengantar anak-anak dengan motor ke sekolah dengan memakai jas hujan karena pagi ini kebetulan turun hujan.

Karena pagi ini hujan turun, Andam terpaksa tidak berdagang dipasar pagi seperti biasanya. Jadi dia akan bersantai dirumah seharian full sambil memandang barang dagangannya yang tetap utuh.

Andam menghela napas, dia kini sedang duduk disamping rumah tepat dimana dia menaruh buah dagangannya.

Andam bersyukur jika didaerah tempat tinggalnya turun hujan, itu adalah bentuk rahmat dari Sang Pencipta. Tetapi, dia juga resah karena tidak bisa berjualan dan berakhir tidak mendapatkan uang sepeserpun.

"Semoga nanti ada yang beli daganganku walau turun hujan," lirih Andam, dia mencoba ikhlas dan pasrah akan penghasilannya hari ini. Jika hari ini dia tidak mendapat rezeki dari berdagang semoga saja ada rezeki lain yang Tuhan limpahkan.

Tiba-tiba Andam teringat dengan Zea yang mengatakan dia pelit karena tidak mau membelikan motor baru, kemarin malan. Andam jadi berpikir mungkinkah dia harus langsung pergi membeli motor baru? Dan membuat kejutan untuk Zea? Secara uang pinjaman dari Ajis masih utuh didompetnya.

Andam tersenyum. "Ya, aku pergi ke pasar kota saja sekarang! Mumpung Zea belum pulang mengantar Gean dan Giska." katanya, dan Andam segera mandi dan beganti pakaian yang luwes.

Setelah itu dia segera pergi dengan motor bututnya menuju rumah Ajis. Begitu sampai disana Andam segera mengetuk pintu rumah Ajis.

Tidak lama sosok Ajis keluar dan menatap Andam dengan sedikit terkejut.

"Andam! Tumben datang tidak menelpon dulu. Ada apa? Duduk dulu, Dam," Ajis mempersilakan Andam duduk dikursi yang ada diteras rumahnya.

Rumah Ajis ini sudah lebih bagus ketimbang rumah Andam. Bahkan Ajis ini tergolong sedikit beruang ketimbang Andam. Wajar, karena Ajis sudah memiliki dua kios pribadi dipasar dan memiliki satu bengkel pribadi diarea pasar kota.

Lagi pula Ajis baru memiliki satu anak dan anaknya masih berusia dua tahun, jadi kebutuhan Andam dan Ajis tidak sama. Lebih banyak kebutuhan Andam yang sudah memiliki dua anak dan mereka berdua sudah bersekolah.

Andam hanya menjadi pedagang emperan dipasar pagi dan hasilnya pun tak pasti. Tapi Andam masih mensyukurinya dari pada dia tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan sama sekali.

"Ini Jis, temani aku ke pasar kota yuk! Uang yang kemarin kamu pinjamkan masih utuh," kata Andam. "Temani aku beli motor untuk Zea," kata Andam lagi.

"Lah, mengapa bukan Zea saja yang ikut denganmu? kan dia bisa memilih sendiri seleranya motor apa? Lagi pula aku takut salah pilih dan istrimu malah tidak suka," tukas Ajis.

Tapi Andam tidak ingin penolakan dari Ajis. Dia tetap memaksa Ajis untuk menemaninya saja. Biar Andam sendiri yang nanti memilih motornya disana.

Ajis akhirnya mau menemani Andam. Mereka pergi dengan motor Ajis karena motor Andam sudah mati pajak dan tidak bisa dibawa ke kota.

...........................

Sementara itu, Zea baru pulang dari mengantar anak-anak. Dia masuk ke rumah, ingin segera sarapan dan bebersih diri. Tetapi setelah selesai sarapan dan mandi, dirumah dia tidak menjumpai suaminya, dia pikir Andam pergi berdagang karena sudah tidak turun hujan lagi. Namun, Zea bingung tatkala melihat barang dagangan suaminya masih stay dirumah.

"Mas, Andam kemana? Dia kan belum sarapan. Padahal aku sudah masak balado terong dan menggoreng kerupuk tadi." gumam Zea.

Tetapi suara dering ponsel diruang TV memecah kebingungan Zea. Dia segera menuju ke sana dan menerima panggilan yang ternyata dari Aman. Kemarin saat ditempat job, Aman dan Zea sempat bertukar nomor.

"Hallo, Mas Aman," sapa Zea setelah menerima panggilan.

"Mbak Zea! Bisa manggung lagi kan? Aku ada job dadakan dipasar kota hari ini," kata Aman. "Acara bazar,"

Zea terkejut mendengar tawaran Aman. Dia tidak menyangka akan mendapatkan tawaran manggung lagi begitu cepat. "Eh, aku tidak tahu, Mas. Aku harus mikir dulu," Zea ragu-ragu.

Aman tidak menekan Zea untuk segera memutuskan. "Oke, Mbak. Aku tunggu kabar darimu. Tapi, aku harus kasih tahu, job ini bayarannya lumayan tinggi, jadi jangan lama-lama mikirnya," kata Aman.

Zea penasaran dengan bayaran yang ditawarkan. "Berapa bayarannya, Mas?" tanya Zea.

"Kamu akan dibayar 2 juta jika kamu bisa manggung dipasar kota hari ini. Soalnya ini permintaan dari pak c4mat langsung." jawab Aman.

Zea terkejut mendengar bayaran yang sangat tinggi. Dia tidak pernah mendapatkan uang sebesar itu sebelumnya. "Wah, Mas. Aku harus mikir dulu. Aku akan hubungi Mas Aman lagi nanti," kata Zea.

Aman tidak keberatan. "Oke, Mbak. Aku tunggu kabar darimu. Jangan lupa, job ini hanya untuk hari ini saja," kata Aman sebelum menutup telepon.

Zea masih terkejut mendengar tawaran Aman. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Disatu sisi, dia sangat membutuhkan uang untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Disisi lain, dia khawatir dengan risiko yang mungkin timbul jika dia manggung dipasar kota.

30 menit.

Zea masih memikirkan tawaran Aman. Dia tidak ingin membuat keputusan yang salah, tapi dia juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan uang yang sangat dibutuhkan.

Tiba-tiba, Zea mendengar suara motor diluar rumah. Dia melihat keluar dan melihat Andam sedang berhenti didepan rumah. Zea penasaran, apa yang dilakukan disana.

"Mas Andam, kamu kemana tadi?" tanya Zea ketika Andam masuk rumah.

"Aku membeli motor untukmu," jawab Andam tersenyum.

Zea terkejut, dia tidak menyangka bahwa Andam membeli motor untuknya. "Motor? Untuk aku?" tanya Zea tidak percaya.

Andam mengangguk, "Iya, aku ingin membuatmu bahagia. Aku tahu kamu sudah lama ingin memiliki motor baru."

Zea merasa bahagia dan terharu, dia tidak menyangka bahwa Andam akan melakukan hal seperti itu untuknya. "Terima kasih, Mas. Aku sangat bahagia," kata Zea memeluk Andam.

Drrttt Drrttt

"Hallo, Mas Aman," jawab Zea setelah menerima panggilan.

"Bagaimana?"

"Iya, Mas aku bisa," ~ Zea.

"Aku jemput, nanti langsung berangkat,"

"Oke, Mas," Zea menutup teleponnya.

"Zea, kamu mau kemana?" ~ Andam.

"Aku mau nyanyi lagi. Tadi, Mas Aman nawarin aku job dipasar kota, bayarannya 2 juta. Lumayan buat kebutuhan kita," ~ Zea.

"Tapi, Anak-anak bagaimana?"

"Mumpung dirumah kamu yang menjemput mereka. Aku melakukan ini juga untuk keluarga kecil kita, please, izinkan ya?" mohon Zea.

"Ya sudah, aku izinkan," ~ Andam.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

bukan pelit atau medit.. cuma ora duwe duwit aja kok🥱.

2025-03-22

0

Astrea

Astrea

Andam hebat nih syukur nerima itu trmsuk kunci loh

2025-03-19

0

DeanPanca

DeanPanca

syukur lah di izinkan, mudah"an GK pke embel" ngambek belakangnya.

2025-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!