SITUASI MACAM APA INI?

"Ya ampun anda berdua pasangan yang serasi!" puji karyawan butik saat melihat aku dan Sandy berjalan keluar butik.

"Terima kasih!" jawabku sambil tersenyum.

"Berikan tasmu!" pinta Sandy, dia tahu aku sedikit kerepotan dengan belanjaanku.

"Eh, apa tidak apa-apa?" tanyaku meyakinkan.

"Tentu saja, aku ini kan lelaki jantan!" jawabnya sembari mengerlingkan matanya.

Akupun tertawa melihat tingkahnya, dia tidak keberatan membawakan tasku, padahal sebagian pasangan pria enggan melakukannya.

"Kita makan dulu atau nonton bioskop dulu?" tanyaku kepadanya. Dia sejenak berpikir.

"Sepertinya kalau untuk film yang akan diputar sebentar lagi, kita akan telat. Kita makan saja, aku sudah lapar..!" ujarnya. Tangannya masih menggenggam erat jemariku, kami pun menyusuri lantai 2 di mall ini. Sekilas aku menangkap sosok Hendra Wijaya yang sedang duduk mengobrol dengan beberapa anak yang berseragam sama dengan Sandy. Aku agak ragu untuk memastikan, tapi justru Sandykala berjalan mendekat ke arah mereka.

Langkahku sedikit memelan, diapun bertanya.

"Kenapa? Itu teman-temanku, ayo kita ke sana!" ajaknya, matanya menatapku.

"Itu sepertinya rekan kerjaku yang tadi!" jawabku.

"Ah iya, pria besar itu. Apa hubungannya dengan teman-temanku..?" tanyanya tiba-tiba.

"Kamu yakin kita akan ke sana?" aku sedikit ragu, bagaimana kalau teman-temannya tidak menyukaiku atau apa pikiran mereka terhadap Sandy jika mereka tahu bahwa Sandy menjalin hubungan dengan wanita yang lebih tua 10 tahun darinya.

Pikiranku kian kalut, terlebih Hendra Wijaya ada di sana. Selama ini aku tidak terlalu mengumbar hubunganku di kantor. Lalu apa yang akan dipikirkan Hendra Wijaya, jika tahu bahwa pacarku adalah anak sekolahan.

"Kamu mau kita cari tempat makan lain?" tanya Sandy, sepertinya dia peka dengan sikapku barusan. Aku juga tidak ingin dia merasa tidak nyaman.

"Hhmm..kamu yakin ingin ke tempat lain?" aku tidak boleh egois. Ayolah Aruni, ini adalah konsekuensi yang harusnya kamu ketahui sejak awal.

"Aku tidak mau memaksa kamu!" jawabnya tenang, dia tidak pernah marah atau kesal dengan sikapku barusan.

"Ayo, kita temui mereka. Aku yakin teman-temanmu pasti menyenangkan..!" ucapku penuh keyakinan.

"Sungguh? Kamu mau kita menemui mereka?" tanyanya balik, sorot matanya berbinar.

Aku mengangguk, dan kami melanjutkan langkah kami menuju ke tempat teman-temannya makan.

...*****...

"Sudah lama nunggunya?" tanya Sandy begitu sampai di depan teman-temannya.

Steve, Kevin, Rendy, Viola dan Hendra Wijaya terkejut dengan kehadiran kami berdua.

"Bu..Bu Aruni!" ucap Hendra Wijaya terkejut, dia bahkan sampai berdiri dari kursinya.

Wajahnya terlihat sangat keheranan, seakan menyiratkan rasa penasaran.

"Oh..Pak Hendra, kita berjumpa lagi.." ucapku sok tenang.

"Hei Sandykala, siapa dia?" tanya Viola membelalak. Dia mengamatiku dari atas sampai bawah.

"San, cakep amat, siapa nih?" tanya Steve sembari mengulurkan tangan, tapi mendadak ditampik oleh Sandy.

"Jangan pegang-pegang! Pacar aku inih!" jawabnya penuh percaya diri.

"PACAR???" tanya Kevin, Steve dan Rendy bersamaan.

Hendra Wijaya dan gadis SMA yang berada disamping mereka pun terkejut bukan kepalang.

"Heii..kepalamu terbentur apa? Bisa-bisanya kamu ngaku-ngaku kalo kakak ini pacar kamu ha!" kata Viola penuh emosi. Badannya sedikit bergetar.

"Viola, pelankan suaramu, tidak sopan!" pinta Hendra menenangkan.

"Apanya yang terbentur, memang nona ini pacarku, tanya saja sendiri!" jawab Sandy, diapun memegang pundakku.

"Ah..maafkan kalau sudah membuat kehebohan. Perkenalkan saya Aruni, benar saya pacarnya Sandy!" ucapku sambil menyalami teman-teman Sandy. Viola enggan menerima uluran tanganku. Dia nampak masih tidak percaya dengan apa yang dia saksikan.

"Bukannya keterlaluan kalau memang kamu tidak menyukaiku, kamu tidak perlu meminta kakak ini untuk pura-pura jadi pacarmu kan.." kata Viola sedikit bergetar.

Kevin mencoba menenangkannya.

"Vi, jangan begini! Sedari tadi dia memang bilang kalau dia punya pacar, dan mungkin ini benar pacarnya Sandy..!" ucap Kevin. Dia meminta Viola untuk duduk kembali.

Hendra Wijaya menatapku dengan tatapan yang tidak biasa, aku belum pernah ditatap sedemikian rupa olehnya.

"Buat apa pura-pura, dia ini memang pacarku. Lagipula untuk apa kamu marah?" tanya Sandy sedikit emosi.

Aku memegang tangannya, suasananya menjadi tidak nyaman. Akupun segera memintanya untuk berbicara lebih sopan.

"Sandy, jangan bicara seperti itu, mungkin nona ini sedikit terkejut dengan kehadiran kita.." ucapku.

"Oh ya, silakan duduk Kak!" ujar Rendy, dia memberikan kursi kepadaku.

Aku pun meminta Sandy untuk duduk, dan dia menurutiku. Hendra Wijaya mengelus kepala gadis bernama Viola, wajah mereka sekilas mirip, apakah mereka bersaudara. Dan pertanyaanku barusan mendapatkan jawaban.

"Maafkan adik saya Bu Aruni, dia sedikit emosional..!" ucap Hendra.

"Ayo kita pulang Kak! Aku mendadak tidak selera makan, kalian saja yang menonton film, aku permisi!" ujarnya sembari menggandeng Hendra Wijaya keluar restoran.

"Maaf Bu Aruni, saya permisi dulu, sampai jumpa di kantor..!" pamit Hendra. Akupun hanya mengangguk pelan. Masih aku rasakan suasana canggung diantara kami berlima.

"Maaf kalau kehadiran saya membuat acara nonton kalian berantakan..!" kataku membuka pembicaraan.

"Wahh..memang mengejutkan! Tapi mau bagaimana lagi, mungkin dengan begini, Viola bisa move on dari bajingan satu ini..!" kata Steve, dia menendang kaki Sandykala.

"Aahh..kenapa juga kamu tendang kakiku Steve, aku kan sudah pernah bilang, kalau aku hanya melihatnya sebagai teman, tidak lebih!" jelas Sandy.

"Pantas saja kamu tidak melihatnya sebagai wanita, kakak ini memang cantik..hihihihi!" timpal Kevin, dia sedikit menggoda Sandykala.

"Yah, benar juga kalau tidak suka mau bagaimana lagi. Tapi, apa yang kakak lihat dari bajingan ini? Wajahnya memang tampan, tapi kalau berjalan dengannya terasa seperti anak TK..hahahaha!" kelakar Rendy. Dan itu membuat wajah Sandy merah padam, dia seperti sedang diroasting oleh teman-temannya.

"Kalian salah, memang tipeku seperti anak TK begini, jadinya aku senang kalau jalan dengannya.." imbuhku, dan lagi-lagi teman-temannya tertawa melihatku yang ikut menggodanya.

"Ahh..Nona, kenapa malah ikut-ikut membullyku seperti mereka!" katanya kecewa, mulutnya meruncing tanda dia tidak suka.

"Lihatlah, aku merinding tahu! Kenapa kamu bisa seperti ini..?" tanya Steve.

"Memang kalau sedang jatuh cinta, bisa merubah segalanya!" timpal Kevin.

"Pantas saja dia digandrungi banyak cewek, ah sainganku terlalu beraaat!!" ucap Rendy.

"Oh ya? Dia idola para cewek?" tanyaku penasaran.

"Dia adalah penyebab kami masih jomblo sampai kelas 3,karena semua cewek di sekolah tergila-gila sama dia!" jelas Kevin.

"Benar sekali, tapi apa Kakak mengenal Kak Hendra? Kakak Viola?" tanya Steve tiba-tiba.

"Aahh, Hendra Wijaya rekan kerjaku di kantor.." jawabku.

...*****...

"Jadi malam pas kamu kabur itu, kamu ketemu sama Kak Aruni?" selidik Steve.

"Iya, bahkan dia yang menyelamatkan aku, ya kan Nona?" tanyanya gemas.

"Hentikan sikapmu itu, aku tidak menyangka sifat aslimu manja seperti ini..!" omel Kevin, dia terkejut dengan sikap Sandy yang berubah 180 derajat saat bersamaku.

"Penyelamat apanya, aku juga saat itu sedang ada masalah, jadi kita saling menyelamatkan kan?" tanyaku balik kepada Sandy.

Dia pun mengangguk sambil tersenyum, dan tangannya tak lepas menggenggam tanganku.

"Ya Tuhan, Kak Aruni tidak akan dibawa penjahat, kenapa sedari tadi kamu pegangi terus tangannya!!" ucap Rendy emosi.

"Kalian kenapa emosi, aku sedang menyelamatkan pacarku dari lelaki buaya seperti kalian..!" ungkap Sandy.

Kevin, Steve dan Rendy hanya bisa menghela nafas melihat tingkah sahabatnya yang mendadak jadi budak cinta.

"Benar juga sih, kalau pacarmu Kak Aruni, harus dijaga benar-benar, apalagi Kevin suka tebar pesona!" celetuk Rendy.

"Sialan, bukanya kamu juga pasti naksir kalau Kak Aruni masih jomblo?" umpat Kevin.

"Sudahlah, yang jelas pasti tipe Kak Aruni tetaplah lelaki setia seperti aku!" celoteh Steve.

Mereka bertiga saling debat dan menjatuhkan satu sama lain. Sementara lelaki tampanku masih saja terpaku memandangiku.

"Kalian ini berisik, apa kalian tidak bisa memberikan ketenangan padaku?" ucap Sandy, dan ketiganya seketika langsung terdiam.

"Ya ampun, harusnya kamu pikirkan apa yang akan terjadi pada Viola setelah ini!" ujar Steve.

"Benar juga San, kamu tahu sendiri kalau dia sudah menyukaimu sejak kelas 1 kan? Bahkan aku adalah salah satu cowok yang ditolaknya setelah si Rendy.."kata Kevin.

"Kenapa juga aku dibawa, aku sadar kalau waktu itu akan ditolak, bodohnya kamu malah ikutan menyatakan cinta kepada Viola!" imbuh Rendy.

"Jadi Viola sudah suka dengan Sandy sejak kelas 1?" tanyaku ikut dalam percakapan mereka.

"Iya Kak, maka dari itu selama ini Sandy tidak pernah dekat dengan cewek manapun, tapi sejak dia ikutan nongkrong dengan anak-anak dari sekolah lain, banyak cewek yang kerap datang ke sekolah.." jawab Steve.

"Wah, wah Don Juan satu ini bener-bener bikin masalah!" ucap Kevin penuh emosi.

"Masih tidak sadar juga? Heii..kejadian waktu itu, yang kamu kalah taruhan, si Jimmy ikutan jadi korban tahu tidak?" kata Steve tiba-tiba.

"Kalian saja tidak datang membantuku waktu itu, apa kalian tahu, si Brian itu mau menjebak aku dengan gadis itu..!" jelas Sandy.

"Menjebak? Apa maksudnya?" tanya Rendy.

"Dia mencampur minuman yang disiapkan untukku dengan obat perangsang, lagian untuk apa kita kumpul di klub mentereng itu? Dia sudah menyiapkan ruangan khusus untukku!" kata Sandy kembali.

"Wah..wah, kenapa tidak bilang sih? Aku dan Jimmy waktu itu memang sedikit curiga, ada gerombolan pria dewasa yang duduk tidak jauh dari tempat kita..!" jawab Steve.

"Kayaknya Jimmy parah deh, aku bukannya kabur, cuman nyari bantuan, akhirnya polisi datang, dan semua itu bisa diatasi berkat kakaknya si Kevin yang jadi kepala polisi..!" terang Rendy.

"Menurutmu aku ijin dua minggu lebih buat apa? Wajahku ini aset kalian tahu tidak? Aku bahkan harus terbang ke Korea Selatan untuk menyembuhkannya..!" omel Kevin.

Aku menyimak percakapan mereka. Rupanya wajah tampan Sandykala bukan hanya berkah, tapi juga ujian. Raut wajah mereka berempat sedang serius, aku yang orang baru mencoba untuk diam dulu melihat situasi.

"Lagian kenapa juga ngajakin taruhan kalau kamu tidak kuat minum?" tanya Steve.

"Aku hanya ingin mencoba seberapa kuat aku minum, siapa sangka malah dijadikan ajang taruhan.."jawab Sandy, netranya memandangku penuh tanya.

"Kenapa? Yang lalu biarkan saja berlalu, lagipula kan pelakunya sudah ditangani. Jimmy juga sudah pulih kan?" ucapku menenangkan dia.

"Kak Aruni tahu Jimmy?" tanya Steve kaget.

"Dia adik sahabatku di kantor..hehehehe!" jawabku sambil tertawa.

"Situasi macam apa ini?" tanya Kevin semakin pusing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!